Martin, M.Pd

Kepala SMA Negeri 1 Gunung Talang, Kab. Solok Sumatera Barat. Lahir di Selayo tanggal 30 September 1972. Pendidikan SD 2 Selayo, SMPN 1 Kubung 1988, SMAN 1 Kota...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ma'iyatullah, Kebersamaan Allah dengan Makhluk-Nya

Ma'iyatullah, Kebersamaan Allah dengan Makhluk-Nya

( #TantanganGurusiana hari ke-105#)

Ada kisah di zaman Khalifah Umar bin Khathab ra yang terbiasa mengawasi masyarakat negerinya. Pada suatu Malam yang telah larut ke peraduannya. Penduduk Madinah telah berangkat istirahat untuk melepas lelah. Namun di sebuah rumah, seorang ibu tengah berbincang dengan anak perempuannya. Esok pagi, mereka akan berjualan susu ke pasar. Dengarkan isi pembicaraan mereka. "Nak, campur saja susu itu dengan air!" perintah sang ibu. "Tidak boleh, Bu. Amirul Mukminin melarang kita mencampur susu yang akan dijual dengan air," jawab anak gadisnya. "Tetapi semua orang melakukan hal itu, Nak. Campur sajalah! Toh, Amirul Mukminin tidak melihat kita melakukan hal itu." "Bu, sekalipun Amirul Mukminin tidak melihat kita, namun Tuhannya Amirul Mukminin pasti mengetahui!" jawab putrinya itu. Umar bin Khathab yang malam itu tengah berada di dekat rumah tersebut dan mengetahui isi pembicaraan mereka berdua. Berlinang air mata sang Khalifah, demi menyaksikan ada seorang wanita yang demikian tinggi keimanannya kepada Allah.

Kisah di atas menunjukkan sebuah kondisi keterjagaan diri karena kedalaman pengetahuan dan keimanan kepada Allah. Kisah anak wanita penjual susu di atas menandakan betapa ia sangat mengerti tentang pengawasan Allah atas seluruh makhlukNya. Tiada satupun makhluk yang bisa melepaskan diri dari pengawasan Allah. Dan masih banyak lagi kejadian serupa yang merasakan pengawasan yang sangat kuat dari Allah. Sesungguhnyalah Allah senantiasa membersamai makhlukNya. Kebersamaan Allah (ma’iyatullah) terhadap manusia bisa dirasakan oleh siapapun yang memiliki fitrah yang bersih. Hanya saja, dalam memahami sejauh mana Allah memberikan kebersamaan kepada makhlukNya, terdapat cara pandang yang tidak sama di kalangan kaum muslimin. Kata ma’iyah berasal dari kata ma’a yang artinya bersama. Ma’iyatullah berarti kebersamaan Allah. Jika kita perhatikan dalam Al Qur’an, ada dua bentuk kebersamaan Allah (ma’iyatullah) dalam kehidupan maniusia, yang pertama bersifat umum, dan kedua bersifat khusus. 1. Kebersamaan Allah secara Umum (Al Ma’iyah Al Ammah)

Kebersamaan (Ma’iyah) yang bersifat umum dari Allah ini bersifat mutlak, bahwa tidak ada satupun makhluk baik di langit maupun di bumi yang lepas dari kebersamaan Allah. Seluruh manusia, baik yang muslim maupun kafir, shalih maupun durjana, ahli ibadah maupun ahli maksiat, semua merasakan dan mendapatkan kebersamaan Allah terhadap mereka. Di sinilah kekuasaan Allah atas ciptaanNya, bahwa Allah senantiasa membersamai mereka. Ada dua jenis kebersamaan Allah yang diberikan kepada seluruh makhlukNya secara umum:

a. Pengawasan dari Allah (muraqabatullah)

Seluruh ucapan, gerakan, tindakan perbuatan manusia senantiasa berada dalam kontrol dan pengawasan Allah. Perhatikan ayat-ayat berikut: “Dia Mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Hadid: 4). Ayat di atas menggambarkan bahwa ilmu dan pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, juga menunjukkan kebersamaan Allah (wa huwa ma’akum ainama kuntum) bahwa dimanapun manusia berada pasti Allah membersamai. Tidak ada tempat yang tersembunyi dari pengawasan Allah, semua dalam jangkauan pengetahuanNya.

b. Perbuatan baik Allah (ihsanullah) Seluruh manusia, tanpa pandang bulu, mendapatkan perbuatan baik dari Allah kepada mereka. Bumi diciptakan Allah untuk dimanfaatkan bagi seluruh manusia, baik mukmin maupun kafir. Udara yang Allah sediakan di muka bumi, dihirup bukan saja oleh orang yang bertaqwa, tetapi juga oleh mereka yang durhaka. Air yang Allah berikan dimanfaatkan oleh semua kehidupan, bukan hanya hak bagi hamba yang berjiwa mulia. Alam semesta dengan segenap fasilitas yang ada telah disediakan dan ditundukkan oleh Allah bagi semua makhluk tanpa terkecuali. Allah Ta’ala telah berfirman: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah menundukkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatNya lahir dan batin” (Luqman: 20).

Inilah perbuatan baik (ihsan) dari Allah untuk semua manusia. Rizki Allah tidak dikhususkan bagi orang yang bertaqwa. Fasilitas kehidupan telah disediakan dengan sedemikian lengkap, untuk semua manusia. Oleh karena itu wajarlah jika kemudian Allah menuntut kepada manusia agar berlaku baik (ihsan) karena Allah telah berlaku baik kepada mereka: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (Al-Qashash: 77)

2. Kebersamaan Allah secara Khusus (Al Ma’iyah Al Khashah) Allah SWT juga memberikan kebersamaan secara khusus kepada orang-orang yang beriman dengan benar kepadaNya. Mereka adalah orang-orang yang mampu mensyukuri seluruh nikmat dan karunia Allah secara benar. Mereka mampu merespon kebersamaan Allah secara umum (Al Ma’iyah Al Ammah) dengan positif, oleh karena itu mereka layak mendapat kebersamaanNya secara khusus. Orang-orang yang kufur nikmat, tidak berhasil merespon kebersamaan Allah secara umum dengan positif, tidak akan mendapatkan kebersamaan khusus ini. Paling tidak ada dua jenis kebersamaan Allah secara khusus kepada orang-orang mukmin:

a. Dukungan dari Allah (Ta’yidullah) Allah SWT akan memberikan pembelaan, dukungan dan penguatan kepada orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Perhatikanlah bagaimana Nabi Musa tatkala harus menghadapi Fir’aun dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Nabi Musa dan Harun mengetahui bahwa Fir’aun memiliki banyak tentara yang bisa melakukan tindakan apapun untuk menghalangi aktivitas mereka berdua. Untuk itulah mereka berdua berdoa kepada Allah: “Berkatalah mereka berdua: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampauai batas” (Thaha: 45). Secara hukum kemanusiaan, kekuatan tentu tidak sebanding. Akan tetapi Allah memberikan kebersamaanNya secara khusus kepada mereka berdua: “Allah berfirman: Jangan kamu berdua khawatir sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan Aku melihat” (Thaha: 46). Banyak sekali kita jumpai bentuk-bentuk pembelaan Allah kepada hamba-hambaNya. Nabiyullah Ibrahim As. dilindungi Allah dari panasnya api yang dinyalakan oleh Namrud dan pengikutnya. Musa As. semasa bayi diselamatkan Allah dari pembunuhan Fir’aun. Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat dibela oleh Allah dalam berbagai peristiwa peperangan sepanjang sejarah.

b. Kemenangan dari Allah (Nashrun minallah)

Bentuk dukungan Allah dalam kisah harun dan Musa di atas sangatlah jelas. Atas kehendak-Nya, kemenanganpun didapatkan. Tatkala Fir’aun dan tentaranya mengejar Musa dan umat yang beriman, hingga akhirnya pasukan Musa terdesak di pantai, secara kalkulasi kemanusiaan sulit untuk melepaskan diri. Wajar jika para pengikut Musa mengatakan: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul” (Asy Syu’ara: 61). Akan tetapi dengan segenap keyakinan akan pertolongan Allah, Nabi Musa mengatakan kepada pengikutnya: “Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhan bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (Asy-Syu’ara: 62). Maka dengan kuasa dan kebersamaan-Nya, laut bisa terbelah tatkala Musa memukulkan tongkat ke atas permukaannya, hingga membentuk jalan yang bisa dilalui oleh umat yang beriman. Tatkala Fir’aun menyusul, Allah menenggelamkan mereka di lautan. Demikian mudah Allah memenangkan nabi-Nya di atas musuh-musuh, sebagai bentuk kebersamaan yang bersifat khusus.

Ada dua syarat pokok datangnya al ma’iyah al khashah dari Allah.

Yang pertama adalah kesetiaan menghamba kepada Allah (Al Abid).

Hanya orang-orang yang tekun beribadah dan menyembah Allah sajalah yang layak mendapatkan pembelaan dan kemenangan dari-Nya. Bagaimana mungkin seseorang atau sekelompok orang mengharapkan pertolongan Allah, sementara mereka menyalahi syariat-Nya?

Yang kedua, adalah kesungguhan memperjuangkan agama-Nya (al Mujahid).

Tidak setiap hamba yang rajin beribadah akan mendapat pembelaan-Nya, akan tetapi mereka yang menunjukkan pula kesungguhan memperjuangkan kebenaran Islam, berhak meraih kemenangan yang dijanjikan-Nya. Contoh dari para Nabi terdahulu hingga Nabi terakhir muhammad saw, menunjukkan pertolongan dan kemenangan dari Allah turun berkaitan dengan kesetiaan mereka mengabdi kepada Allah, dan kesungguhan mereka berjuang di jalan Allah. Jika ingin mendapatkan kemenangan dari Allah, jadikan diri kita ahli ibadah (al abid) dan senantiasa berjuang menegakkan kalimat Allah (al mujahid). Tanpa keduanya, kita tidak akan mendapatkan kebersamaan Allah secara khusus.

Dirangkum dari berbagai sumber :

- Aqidah seorang muslim, Al-Ummah

- Al-Umr, Hakikat Pertolongan dan Kemenangan, GIP

- Dr. Yusuf Qordhowi, Generasi Mendatang Generasi Yang Menang, GIP

- Said Hawwa, Allah, Pustaka Mantiq

- Dan Beberapa blog pribadi

#Menuju Piagam Gurusianer 365#

Kalau ada saran dan usulan silakan ditulis pada kolom komentar.

Solok, 28 April 2020

5 Ramadhan 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaAllah. Betapa banyak ilmu yang Pak Martin sampaikan lewat tulisan ini. Terima kasih, barakallah. Semoga sehat dan bahagia selalu, Pak.

29 Apr
Balas

Terima kasih buk dian. Aamiin.

30 Apr

Duuh lengkap.. trmkasih pak ilmunya. Barakallah.. salam kenal..

29 Apr
Balas

Terima kasih buk erza. Salam kenal juga.

30 Apr

MasyaAllah. Terima kasih sharing ilmunya pak...

28 Apr
Balas

Sama2 pak.

28 Apr

Mantap pak

29 Apr
Balas

Terima kasih pak donni.

30 Apr



search

New Post