WHISPERING (Tagur hari ke-27)
Ketika awal-awal berdomisili di Jember, tepatnya pada tahun 1996, aku masih belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan lingkungan Jember. Rasa homesick selalu melanda, sehingga setiap hari Jumat sore atau Sabtu pagi aku selalu pulang kampung ke Tulungagung. Maklum karena selama ini sejak kecil sampai SMA selalu berkumpul dengan orang tua, sehingga ketika harus berjauhan rasanya seperti powerless.
Waktu itu hari Sabtu pagi, aku bersiap untuk pulang kampung ke Tulungagung. Berangkat dari kosan pukul 7 pagi. Dengan naik lin D aku berangkat menuju terminal Tawangalun Jember. Sesampai di terminal aku naik bus Akas jurusan Surabaya. Sebenarnya ada bus Jember langsung Tulungagung lewat Malang, tapi waktu tempuhnya lebih lama dibandingkan dengan lewat Surabaya. Setelah Setelah sekitar 4 jam perjalanan sampailah aku di terminal Bungurasih Surabaya. Setelah turun dari bus aku berjalan ke arah dalam terminal. Saat itu tampak crowded sekali pemandangan tempat pemberhentian bus. Tidak seperti minggu-minggu sebelumnya. Dalam hatiku terbersit tanya, kenapa hari ini tidak seperti biasanya. Tapi pertanyaan in i aku simpan sendiri karena tidak ada orang yang kenal yang bisa aku tanyai. Sebelum masuk ke dalam terminal aku mampir ke loket peron dulu untuk membeli tiket masuk terminal. Dahulu sebelum masuk terminal kita harus membayar karcis peron 500 rupiah.
Setelah, aku terpaku melihat suasana terminal saat itu. Di dalam terminal yang biasanya ada bus-bus yang berjajar sesuai dengan line arah tujuan, saat itu yg tidak ada bus sama sekali. Satupun tidak ada. Yang tampak kerumunan masa yang memenuhi terminal yang luas itu. Aku kumpulkan ingatanku, untuk menjawab sebuah tanya mengapa hari ini berbeda , hari apakah gerangan. Dan akhirnya aku teringat kalau besok adalah hari raya Idul Adha.
Aku layangkan pandanganku ke seluruh penjuru terminal. Penuh sesak berjubel dengan lautan manusia yang kebingungan mencari bus untuk mengantar mereka ke tempat tujuan. Demikian juga dengan diriku. Ku peluk tas ranselku di depan, kemudian sambil menunduk kupejamkan mata. Aku pasrahkan diriku sepenuhnya kepada Allah. Dalam hati aku memohon perlindungan kepada Allah, minta petunjuk apa yang harus aku lakukan dalam situasi yang sangat crowded. Kupasrahkan seluruh jiwa raga, perasaan dan emosi pada titik zero. Benar-benar helpless saat itu. Kalau ada yang berbuat jahat, siapa yang akan menolongku selain Allah. Aku tunduk, berserah, menundukkan hati dan fikiranku pada titik kulminasi terbawah, benar-benar memohon petunjuk dan pertolonganNya.
Sejurus kemudian, terdengar whispering,”berjalanlah ke kiri”. Aku buka mata perlahan, aku amati sekeliling, tidak ada seorangpun yang aku kenal. Lantas dari mana suara whispering tadi. Suara itu begitu lembut tapi sangat jelas. Lalu hati nuraniku menyuruhku untuk mengikuti perintah suara tadi. Kulangkahkan kakiku berjalan ke kiri, dan terus berjalan dalam hiruk pikuk orang-orang yang kebingungan. Dan ternyata langkah kakiku menuju ke pintu masuk kedatangan bus. Tak lama kemudian datang bus Harapan Jaya yang masih kosong. Alhamdulillah, aku adalah penumpang pertama yang dibukakan pintu oleh pak kondektur. Segera aku ambil kursi deretan paling depan di belakang pak sopir. Kemudian ada penumpang yang minta masuk lagi, dan ditolak oleh pak kondektur karena penumpang tersebut turun di Jombang. Pak kondektur bilang bahwa bus ini hanya untuk penumpang jurusan Tulungagung dan Trenggalek. Aku sangat bersyukur mendapat prioritas bisa menjadi penumpang pertama.
Tegalgede, 05 Oktober 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
makasih bu Indah
Keren ceritanya dan awal awal di jember itu gemana perasaannya sih kok harus sering pulang kampung apa adatnya beda apa gmn sih
dari diri sendiri bu Murini, selalu kangen sama orang tua
Keren sekali tayangannya, mantap, sehat dan sukses selalu Bu Marti
Duh, ikut deg-degan baca cerita ini. Keren say. Lanjuuuut
Makasih say
Ih lagi-lagi serem. Tapi seru.. ceritanya