Mariyadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kreatifitas Tak Terbatas Masa Pandemi Covid-19

Best Practice

KREATIFITAS TAK TERBATAS MASA PANDEMI COVID-19

DI SMKN 2 BATANGHARI

Oleh :

MARIYADI, S.Pd.I M.Pd.

NIP 196610201995031003

JURUSAN DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA KAYU

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2

( SMK N 2 BATANGHARI )

TAHUN 2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan memegang peranan penting demi maju dan tercapainya pembangunan bangsa Indonesia. Pemerintah dan masyarakat telah menyadari bahwa pendidikan harus terus-menerus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Secara rinci dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berkaitan dengan tujuan Pendidikan Nasional diatas, maka untuk saat sekarang ini mencapai tujuan Nasional tersebut banyak mengalami hambatan terutama untuk meningkatkan kreatifitas siswa dikarenakan ada wabah penyakit Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik.

Seruan Pemerintah kepada masyarakat Indonesia untuk bekerja, belajar dan beribadah dirumah serta tetap tenang tidak panik dan tetap produktif agar penyegaran covid-19 bisa segera dihentikan, telah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat yang tampaknya telah mulai jenuh dengan situasi pandemic ini, sesungguhnya seruan untuk tetap produktif adalah sebuah tantangan bagi para pemimpin dan masyarakat diberbagai sektor kehidupan, terutama di sektor dunia pendidikan, pada saat ini dimana pimpinan institusi pendidikan, pengajar, siswa, maupun mahasiswa, dan keluarga harus selalu bersinergi untuk menciptakan sebuah tim yang valid, positif dan produktif ditengah-tengah upaya pemutusan rantai penyebaran virus covid-19. Institusi pimpinan pendidikan dari mulai sekolah PAUD,TK, SD, SMP, SMA/SMK sampai Perguruan Tinggi harus dengan bijak dalam mengambil keputusan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat, terkait untuk belajar dirumah.

Saya bingung bagaimana langkah-langkah menerapkan pembelajaran disaat kegaduhan pandemic covid-19 ini, penulis merasa kesulitan mengembangkan sebuah strategi pembelajaran yang menarik dan inovatif, karena dalam praktik pembelajaran, ada beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, (6) model pembelajaran. Dalam penelitihan best practice ini penulis mencaba melaksanakan strategi baru dalam pembelajaran di masa covid-19.

Berdasarkan pertimbangan ini maka peneliti sangat bermotivasi untuk merancang pembelajaran khususnya aktifitas pembelajaran yang berkaitan dengan skill sesuai jurusan dimasa pandemi covid-19 ini dan hasil praktik siswa bisa membawa hasil produk yang optimal, yang berbasis potensi local yang setarap dengan produk pangsa pasar. Dalam Strategi Pembelajaran ini, masa covid-19 sekolah melaksanakan kegiatan produksi atau layanan jasa yang merupakan bagian dari proses belajar mengajar (PBM) yang dilaksanakan secara bertahap, sedangkan strategi yang peneliti laksanakan dalam Best Practice ini adalah strategi Pembelajaran Adjusted with Public Interest ( AWPI ) ini dirancang secara khusus agar mengena dan menembak tepat sasaran artinya harus menyentuh dan memenuhi dengan kriteria yang diharapkan dan diminati oleh masyarakat, baik di lingkungan dunia pendidikan, perkantoran, maupun umum, untuk itu karya siswa harus dirancang secara khusus yaitu; simpel, aplikatif, inspiratif, kreatif, dan inovatif ( SAIKI ), bahan yang digunakan untuk praktik siswa yang mengacu pada potensi local, maka penulis menyusun sebuah strategi dimasa pandemic ini, sebuah rancangan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dan kreatifitas masing-masing hasil karya siswa, khususnya dijurusan desain dan produktif kriya kayu, dengan mengambil judul : Kreatifitas Tak Terbatas Masa Pandemi Covid-19 Melalui Strategi AWPI Berbasis Potensi Lokal Di SMK N 2 Batanghari ”.

B. Identifikasi Masalah

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Permasalahan yang terjadi di sekolah SMKN 2 Batanghari yang penulis alami adalah bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran yang memanfaatkan media daring (online), akan tetapi banyak kendala yang dialami diantaranya:

1. Banyak siswa-siswi di SMK N 2 Batanghari banyak berasal dari dusun/kampung yang sangat susah terjangkau internet,/ susah sinyal, akhirnya anak mengalami keterlambatan menerima pelajaran, dan menimbulkan keresahan pikiran terhadap siswa itu sendiri maupun orangtuanya

2. Materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk per satu minggu sekali, sehingga akan menumpuk, dan menimbulkan kebosanan.

3. Siswa –siswi dalam pembelajaran produktif berarti berkaitan dengan praktik, dan memang mata pelajaran produktif materinya harus banyak praktik, untuk itu siswa siswi harus mempunyai keahlian sesuai jurusannya, agar mendapatkan ilmu psikomotik/ ketrampilan praktiknya, sesuai dengan program keahlian dan jurusanya yang hasil karyanya selama ini kurang diminati dan dilirik oleh masyarakat luas walaupun sudah mengalami berbagai open open pameran, baik di sekolah maupun bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui kantor Dekranasda maupun kantor Perindakop Kabupaten Batanghari.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas diharapkan Best Practice ini akan meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pembelajaran walaupun masa pandemic belum kunjung habis, untuk mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK), dalam membuat kreatifitas produk kriya kayu. Ada sebuah pelajaran yang bisa dipetik dari dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yakni :

a. Guru di sekolah harus menemukan strategi baru dalam pembelajaran daring ini, karena tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), disebabkan ada beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap, terutama pembelajaran praktik,

b. Sebagai seorang pendidik atau guru saat pandemi ini harus selalu mencari jalan keluarnya dalam memecahkan masalah pembelajaran sehingga siswa siswi tidak ada rasa bosan dan tetap termotivasi dalam menerima pelajaran yang disampaikan.

c. Kegiatan belajar secara during tetap dilaksanakan, tetapi guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang menyenangkan siswa dan hasil produknya bisa diminati oleh masyarakat, sesuai dengan jurusan di sekolahnya. Guru harus bijak dengan mengadakan tatap muka dengan siswa siswi walaupun dilakukan pertemuan dengan siswa siswi satu minggu sekali (shift), dengan mematuhi protokol kesehatan, dan tetap semangat berkreatifitas walaupun pandemi covd-19.

D. Hasil yang diharapkan

Hasil yan diharapkan dari pengalaman terbaik yng penulis harapkan dari “Kreatifitas Tak Terbatas di Masa Pandemi Covid-19 ”,ini adalah:

1. Memberikan alternative baru dalam menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang dinamis bagi siswa, guru dan sekolah, disaat pandemi covid-19 ini yang menyenangkan, untuk upaya peningkatkan kompetensi siswa dan guru dalam menggali kreatifitas hasil karya peserta didik serta menambah pengetahuan dan keterampilan guru, siswa dalam pembelajaran yang baru dan tepat disaat negara, bangsa dan masyarakat mengalami ujian pandemi covid-19

2. Proses Pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa tak akan berhenti dan tak terbatasi oleh pandemi covid-19 yang masih melanda bangsa dan masyarakat diwaktu sekarang ini

3. Siswa mampu berkreatifitas dan bisa mengeksplor gagasan baru dalam merancang menciptakan produk kria kerajinan kayu yang bermanfaat, dan hasil kreatifitas yang diharapkan adalah karya-karya kerajinan kayu yang berkwalitas yang dibuat dari bahan-bahan potensi lokal yang menarik dan diminati oleh masyarakat luas.

4.

BAB II

PELAKSANAAN DAN HASIL

A. Pelaksanaan Best Practice

1. Tempat Pelaksanaan Best Practice

Penelitian Best Practic ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Batanghari Kelas XI Program Keahlian Kriya Kayu untuk Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK).

2. Waktu Penelitian Best Practice

Best Practice ini dilaksanakan di awal semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 yaitu pada bulan September sampai dengan Oktober 2020. Penentuan waktu penelitian mengacu pada Kalender Pendidikan di Sekolah. Oleh karena masih pandemic covid-18 maka penulis membagi jadual masuk siswa di buat per shift dan merujuk pada protocol kesehatan yang ada, sesuai dengan instruksi bapak Menteri Pendidikan bahwa utuk pembelajaran produktif / praktik diperbolehkan untuk tatap muka dan dibuat shift dengan waktu diatur dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

3. Subjek Pelaksanaan Best Practice

Subjek dalam pelaksanaan Best Practice ini adalah peserta didik kelas XI Kriya Kayu SMK Negeri 2 Batanghari dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa. Alasan penulis memilih kelas ini sebagai subjek Best Practice adalah sebagai berikut:

a. Kreatifitas dalam pembuatan produk pada mata pelajaran PKK yang dimiliki siswa kelas XI cenderung semangat belajarnya tinggi karena berkaitan dengan praktik dalam membuat sebuah karya kerajinan dan pertama kali dalam memakai peralatan praktik, sedang kreatifitas siswa bervariasi dari rendah, sedang, tinggi, dan peneliti sangat mengharapkan siswa mampu berkreatifitas dan bisa mengeksplor gagasan baru dalam merancang menciptakan produk kria kerajinan kayu yang bermanfaat untuk masyarakat.

b. Dimasa pandemi covid-19 ini kurangnya interaksi tanya jawab sehingga

Siswa sangatlah perlu dieksplor baik pengetahuan maupun skillnya sewaktu

guru melakukan evaluasi di waktu pembelajaran praktik di bengkel Kriya

Kayu.

4. Rancangan Pelaksanaan Best Practice

Rancangan diawali dengan analisis segala permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada masa pandemi covid-19 ini, dengan judul; “Kreatifitas Tak Terbatas Masa Pandemi Covid-19 melalui Strategi AWPI Berbasis Potensi Lokal Di SMK N 2 Batanghari ”. ini dengan strategi AWPI (Adjusted With Public Interst) yang berbasis Potensi Lokal, ini sangat membakar semangat kreatifitas karya siswa. Selanjutnya permasalahan yang terdeteksi akan dilakukan perumusan masalah, rencana tindakan yang akan diterapkan pada pelaksanaan Best Practice ini bisa di kelas maupun diruang praktik sebagai upaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran di saat pandemic covid-19. Makmun dalam Nining (2018) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kalifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan.

Perencanaan Best Practice ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan strategi AWPI yang tersusun, teratur yang diterapkan dalam tindakan langsung dimasa pandemi covid-19, yang pelaksanaanya siswa-siswi bisa merancang pembuatan desain dengan dibimbing guru melalui tatap muka steps by steps dengan kehadiran siswa di atur 5 sampai dengan 6 siswa pertatap muka (ship) dan tetap mematuhi protokol kesehatan , dan sebagian siswa bisa mengerjakan dirumah masing-masing melalui during. Rancangan desain produknya mengikuti strategi AWPI menyesuaikan dengan potensi lokal yang didapatkan dan menyesuaikan minat masyarakat sebagai tantangannya, yaitu, (1) sebelum praktik dibengkel, sifatnya luwes, artinya diperbolehan siswa merancang menemukan masalah, dalam pembuatan desain/pola yang diminati oleh masyarakat (2) penjajakan / observasi lokasi potensi lokal dilingkungannya masing-masing, yang berkaitan dengan perkayuan, seperti tempat mebeller atau lahan perkebunan yang baru direvrenting dari kayu pembongkaran kebun, (3) hasil limbah potensi lokalnya deseleksi menyesuaikan gambar desainya sebelum maupun setelah memperoleh bahan yang didapatkan. (4) Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dalam pembuatan perancangan gambar desain/pola, (5) prses kerja yaitu praktik dilaksanakan di dua tempat, di bengkel sekolah waktu tatap muka dan dirumah pada waktu duringnya, (6) hasil akhir (finishing) hasil karyanya, dan (7) Guru menyusun tes atau instrumen penilaian pembuatan desain, proses dan hasil karya.

Menurut Madya (1994:20) action (tindakan) dalam penelitian adalah upaya yang dilakukan secara sadar dengan perencanaan yang matang. Tidakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah aplikasi dari perencanaan yang telah direncanakan dalam perencanaan melaksanakn proses kerja. Sedangkan Sudjana (2004:28), dalam Risman (2016:131) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak,yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar)yang melakukan kegiatan membelajarkan. Strategi Pembelajaran Adjusted With Public Interest (AWPI) yang penulis rancang merupakan strategi atau model yang bisa membangkitkan, menggali dan memancing daya tarik siswa dalam menemukan kreatifitas siswa dalam pembelajaran seperti yang penulis laksanakan beberapa waktu ini, oleh karena itu dalam model dan strategi harus selalu terdapat tujuan dan asumsi, sintakmatik, system social, system pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di setiap strategi pembelajaran itu merupakan inti atau jantungnya dari model dan gaya mengajar.

Strategi Pembelajaran Adjusted With Public Interest (AWPI) yang penulis rancang merupakan strategi pembelajaran yang menggali dan membakar semangat para siswa yang didalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah sehinga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memiliki ketrampilan dalam memecahkan masalah. Strategi AWPI menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berpikir kritis dan mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, memang penulis akui bahwa selama ini kerajinan kayu hasil karya siswa sangat kurang diminati oleh masyarakat, disamping memang di daerah Kabupaten Batanghari bukan daerah yang banyak tempat wisatanya seperti daerah daerah lainnya. Rancangan Strategi pembelajaran AWPI ( Adjusted With Public Interst) secara umum dapat dikenali dengan adanya 6 (enam) cirri yang dimilikinnya dalam pelaksanaanya, adapun keenam ciri tersebut urutannya yang sudah diterapkan dalam pembelajaran Produktif Kria Kayu adalah:

Solution to Problem ( pemecahan masalah) Observation (pengamatan) Selection of materials (pemilihan bahan) Customize Design New ( desain menyesuaikan gambar yang baru) Work Process (proses kerja) Hasil Akhir (finishing) Menyusun tes instrument pembuatan disain, proses kerja dan hasil karya.

B. Hasil Pelaksanaan Best Practice

Sedangkan hasil pelaksanaan Best Practice dapat dilakukan melalui rancangan dari langkah - langkah Strategi Pembelajaran Adjusted With Public Interst (AWPI) yang berbasis Potensi Lokal pada mata pelajaran produktif kria kayu sebagai berikut:

a. Solution to Problem ( pemecahan masalah)

Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, kegiatan belajar dengan strategi Adjusted With Public Interesting (AWPI) dimulai dengan pemberian sebuah masalah, disaat pandemic covid-19 ini siswa diajak bersama sama dengan berdiskusi tentang masalah; mengapa, bagaimana dan siapa, yang berkaitan dengan pembelajaran praktik yang akan kita laksanakan terutama yang berkaitan dengan hasil pembelajaran praktik yang selama ini kurang diminati oleh masyarakat, dan hanya menumpuk digudang ruang praktik, walaupun hasil praktik siswa memang tidak harus dijual atau paling tidak hasil karya siswa yang jurusan kriya kayu hasilnya bisa diminati dan bermanfaat untuk masyarakat, walaupun dari pihak sekolah sudah bekerjasama dengan pemerintah daerah melalui Dekranasda dan kantor Perindakop kabupaten Batanghari lewat open open pameran namun masih kurang juga minat masyarakat terhadap hasil karya siswa yang jurusan Kriya Kayu, dan dimasa pandemi ini penulis mengajak siswa-siswa untu berpikir keras bagaimana solusinya, agar karya kita yang selama ini tidak diminati oleh masyarakat berubah bisa diminati oleh masyarakat, ternyata siswa-siswa sangat antusias untuk belajar baik dirumah maupun yang akan dilaksanakan di sekolah untuk membuat hasil karya pada pembelajaran produktif kriya yang bisa diakui dan diminati masyarakat. Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas tatap muka peserta didik selalu diingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, dan peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta sama sama memikirkan untuk mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Gambar 1. Apersepsi di depan bengkel dan mencari solusi pemecahan masalah

b. Observation potensi local, dunia industry dan pangsa pasar.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas atau di rumah melalui during dan siswa bias meng-upload gambar desainnya melalui WhatsApp (WA), google classroom, dan bisa dikumpul saat dapat steps tatap muka . Peserta didik diharapkan dapat mengamati dan menjajagi kekayaan potensi local, dunia industry dan pangsa pasar, maupun dilingkungannya seperti dilahan pembungkaran perkebunan dan menemukan akar-akaran kayu yang bisa diolah menjadi karya yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan minat masyarakat, untuk memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi.

1. Observasi Potensi lokal

Menjajaki potensi potensi local akar akar kayu yang ada dilingkungannya masing-masing, dengan mendatangi lahan-lahan peremajaan/replanting pembongkaran perkebunan yang sedang mengalami replanting atau penanaman ulang perkebunan, sehingga guru dan siswa tidah usah capek-capek menggalinya. Potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan, kekuatan ataupun daya yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih besar (Majdi : 2007), yang penulis cantumkan gambar ini merupakan potensi lokal dari kayu limbah potongan kayu yang penulis temukan di bangsal-bangsal mebeller kayu yang ada didaerah Provinsi Jambi, yang selama ini hanya di bakar saja sehingga dapat menimbulkan kebakaran dan pencemaran udara. Potensi Lokal / potensi daerah Adalah segala sesuatu yang terdapat dan dimiliki oleh daerah tertentu baik itu yang berbentuk fisik maupun non fisik yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan lagi.

Merujuk ke pengertian potensi local di saat pandemic covid-19 ini maka penulis berinisiatif untuk meneliti menyusun Best Practice pembelajaran dalam mengolah dan mengembangkan potensi local, dengan memanfaatkan limbah kayu akar-akaran yang di perkebunan yang sedang mengalami proses permajaan/replanting, dan potongan kayu yang ada bangsal-bangsal dunia industri didaerah khususnya di Kabupaten Batanghari, dengan observasi dan bekerjasama dengan bangsal bangsal / usaha mebeller, konsen maupun pintu jendela.yang berkaitan dengan kerajinan karya, khususnya tentang perkayuan. Seperti gambar limbah potongan kayu dibawah ini.

Gambar 2. Observasi potensi lokal berupa akar pohon di lahan perkebunan

yang mengalami replanting (peremajaan)

Gambar 3. Observasi di perkebunan yang mengalami peremajaan

2. Observasi potensi lokal di dunia Industri dalam bentuk wawancara dan kerjasama.

adalah mempelajari dan penjajakan langsung di dunia industry mebeller maupun bangsal dan perusahaan perkayuan yang ada dilingkungannya untuk melihat limbah potesi local berupa potongan kayu yang tidak diolah lagi, yang penulis dan siswa lakukan di perusahaan maupun di tempat mebeller di lingkungan Kabupaten Batanghari

a. Observasi di usaha mebeller Ananda Jaya Muara Bulian, melihat potensi lokal limbah potongan kayu yang sudah tidak diolah lagi.

Gambar 4. Observasi di dunia usaha mebeller Ananda Jaya Muara Bulian

dan bangsal Joko Thole Beliung Patah Simpang Rimbo Jambi

b. Observasi di perusahaan PT Kayu Karet Pulai Industri (KPI) di Rt 18 Kelurahan Sridadi, Kecamatan Muara Bulian, Kab. Batanghari.

Gambar 5. Observasi di perusahaan kayu PT KPI Muara Bulian Batanghari

3. Observasi di pangsa pasar

adalah tindakan penjajakan ke pasaran dengan berkonsultasi dengan penjual dan pembeli di berbagai pertokoan barang pecah belah dilingkungan Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, dan mall melalui bagian ekspidisi dan berkonsnyasi dam bentuk kerjasama di Provinsi Jambi, bisa juga guru dan siswa siswa mempelajari dan bergabung dalam jual beli online di group Facebook Kabupaten maupun Provinsi.

Gambar 6. Observasi pertokoan pecah belah mak Entong dan took Emly dalam hubungan konsinyasi di sekitar Muara Bulian

c. Selection of materials (pemilihan bahan) yang menyesuaikan bahan dan desain.

Menorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan membahas seputar disiplin ilmu, siswa dan guru melakukan mencari pemilihan dan pencarian bahan yang didapatkan dari potensi local yaitu limbah kayu dari hasil observasi di dunia usaha, perusahaan kayu, da nada siswa yang memanfaatkan akar akar kayu bulian dari hasil pembungkaran atau peremajaan/replanting untuk mendapat gambaran dalam pemecahan masalah terhadap hasil karya yang dibuat dalam pembelajaran, dalam menemukan kreatifitas masing-masing siswa, terutama dalam memilih bahan kayu yang dipraktikkan untuk dijadikan karya yang diminati oleh masyarakat. Bahan kayu disini saat observasi bisa memanfaatkan limbah potongan kayu dari dunia industry dan akar akar kayu di hutan/kebun yang mengalami peremajaan, jadi siswa tidak perlu menggali akar yang diperlukan tinggal memotong dan mengambil saja, yang ada di daerah Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Batanghari, yaitu bangsal-bangsal kayu / pembuatan konsen pintu jendela maupun mebeller terdekat.

Gambar 7. Seleksi pemilihan bahan menyesuaikan desain dan bentuk kayu)

d. Customize Design New ( Desain/gambar menyesuaikan gambar yang baru)

Siswa diberikan tanggung jawab yang maksimal dalam membentuk dan membuat hasil karya dalam proses belajar secara langsung, guru membantu siswa dalam melakukan perencanaan dan penyiapan pembuatan desain baru dan hasil karya yang sesuai dengan minat masyarakat dan menyesuaikan bahan maupun potensi yang ada. Untuk itu karya siswa harus dirancang sesuai desain baru secara khusus yaitu; simpel, aplikatif, inspiratif, kreatif, dan inovatif ( SAIKI ), artinya:

1) Simpel artinya sederhana/bagus, jadi karya yang harus didesain siswa tidak usah terlalu rumit pekerjaanya akan tetapi diharapkan yang bentuknya sederhana yang dapat menarik perhatian masyarakat dan dunia industry

2) Aplikatif dalam KBBI artinya penggabungan dalam penerapan, disini siswa ditantang dalam menerapkan mampu menggabungkan beberapa kompetensi atau beberapa bahan dalam membuat produk hasil karya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3) Inspiratif artinya siswa harus mampu membuat karya yang bisa mengilhami

mampu menginspirasi untuk cirikhas Filosofi Provinsi Jambi yaitu “Angso Duo” Tempat Pena Angso Duo ini mengandung sejarah cerita rakyat provinsi Jambi tentang Angso duo, konon pada jaman dahulu kala sekitar tahun 1500an, hiduplah seorang raja kerajaan melayu yang bernama Orang Kayo Itam yang sakti dan pemberani (mungkin nama ini sekaligus menjelaskan kekayaan dan bentuk fisiknya). Orang Kayo Itam ini menikahi putri dari Temenggung Merah Mato dari Sumatra Barat (Pagaruyung) yang bernama putri Mayang Mangurai. Sebagai hadiah pernikahan, Mertuanya memberikan sepasang Angsa jantan dan betina serta perahu Kajang Lako. Mereka disuruh untuk melepaskan mengikuti kemanapun kedua angsa tersebut berenang. Bila angsa itu berhenti dan membuat sarang untuk bertelur, maka lokasi tempat berhentinya Angsa itu adalah lokasi untuk membentuk kerajaan baru. Singkat cerita, akhirnya mereka menemukan lokasi kerajaan baru tersebut yang kini dikenal sebagai Kota Jambi. Makanya Kota Jambi dikenal juga sebagai, tanah yang dipilih oleh angsa, dan kebutuhan pokok masyarakat jadi tidak berdasarkan job sheet saja terutama dijurusan kria kayu, siswa harus mampu membuat karya yang bisa tepat guna untuk dibutuhkan masyarakat. Sebagai contoh ada salah satu siswa yang

4) Kreatif adalah hasil karya siswa harus memiliki daya cipta, mempunyai kemampuan untuk menciptakan atau mampu untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan atau kenyataan yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

5) Inovatif kata kata ini adalah kata kata yang familiar ditelinga kita yaitu usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan, imajinasi, berbagai stimulan, dari individu yang memilikinya, dalam menghasilkan produk baru baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungannya. Inovatif bisa juga diartikan kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru atau mendayagunakan dan sumber daya yang ada disekeliling kita untuk menghasilkan karya yang benar benar orisinil serta bermanfaat bagi banyak orang.

Gambar 8. Mendesain membuat gambar baru

e. Work Process (proses kerja)

Siswa dituntut untuk praktik langsung disekolah dengan menggunakan peralatan di bengkel kriya kayu atau di dunia industry terdekat yang karyanya sesuai dengan desain yang dibuat, dari potensi local potongan kayu dan akar-akar kayu, serta di demonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka kerjakan, dalam pembelajaran dengan dievaluasi oleh guru baik mulai persiapan, proses kerja, dan hasil akhir, hasil karyanya harus menyesuaikan dengan konsinyasinya. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil dalam praktik atau proses kerja, dan bertanggung jawab memempertahankan hasil karya pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) yang dibuat dan diujikan/ dipresentasikan yang diminati oleh masyarakat, seperti yang terlihat dalam 2 (dua) contoh desain/gambar yang dilaksanakan untuk pembelajaran praktik dalam pembuatan “ Tempat Pena berbentuk Angso Ikan dan Pembuatan Karya Lampu Hias Ruangan” dibawah ini :

1. Berkreatifitas pembuatan tempat pena berbentuk angso duo yang merupakan filosofi Provinsi Jambi dari bahan potongan kayu limbah potensi local

a. Persiapan Bahan, alat pokok, alat penunjang, dan gambar desain di ruang bengkel Kriya Kayu.

Gambar 9. Alat pokok. alat penunjang, pemilihan bahan dan Gambar

Desain di Sekolah SMK N 2 Batanghari

b. Mengetam/meratakan bahan dengan menggunakan mesin ketam tangan listrik (alat semi masinal)

Gambar 10. Meratakan / mengetam bahan

c. Menempelkan desain pada bahan kayu pekerjaan yang sudah diketam.

Gambar 11. Menempel desain ke papan

d. Menggergaji scroll saw ( gergaji mesin) bisa juga gergaji Jig saw, gargaji bentang manual, pada bahan yang sudah di tempeli desain.

Gambar 12. Men scroll saw sesuai dengan gambar desain

e. Melubangi tempat penanya dengan menggunakan mesin bor tangan.

Gambar 13. Melubangi karya tempat pena dan lampu hias

f. Mengukir karya dengan pahat ukir.

Gambar 14. Mengukir karya

g. Membentuk dengan mesin amplas bagian tepi-tepinya dan menghaluskan dengan menggunakan amplas kasar dan amplas halus secara manual

Gambar 15. Mengamplas/ membentuk dengan mesin gerinda amplas

Gambar 16. Mengamplas secara manual

h. Memfinishing (hasil akhir) dengan menggunakan semir sepatu.

Gambar 17. Memfinishing karya tempat pena dengan semir sepatu

i. Hasil karya kreatifitas tempat pena dari potensi local limbah potongan kayu

Gambar 18. Hasil akhir karya tempat pena “angso duo” di masa pandemi covid-19

2. Proses kerja dalam pembuatan lampu hias dari hasil potensi local akar akar pohon.

a. Persiapan bahan, alat, dan desain (gambar)

Gambar 19. Persiapan bahan akar untuk pembuatan lampu hias dan desain

b. Memotong bahan dengan menggunakan gergaji mesin dan gergaji tangan.

Gambar 20. Memotong karya dengan mesin dan gergaji manual

c. Membentuk sesuai dengan desainnya

Gambar 21. Membentuk karya dari bahan akar

d. Membuat lubang lampu dan alur kabel listriknya.

Gambar 22. Membuat lubang alur untuk kabel listrik

e. Mengamplas leku-lekuan bahan kayu akarnya dalam pembuatan karya lampu hias sudut ruangan

Gambar 23. Mengamplas karya akar

f. Memasang lampu pada karya akar-akaran pohon di hasil karya siswa, mulai dari kabel, cucukanya dan viting lampu listriknya, seperti yang terlihat pada gambar 24 di bawah.

Gambar 24. Memasang kabel dan lampu listriknya pada karya

g. Memfinishing hasil akhir bisa menggunakan plitur, sanding seller, melamine, bisa juga memakai semir sepatu, karena bagan kayu yang digunakan adalah kayu bulian.

Gambar 25. Mewarnai atau memfinishing karya lampu hias

h. Hasil karya kreatifitas lampu hias dari potensi lokal bahan akar-akaran kayu.

Gambar 26. Lampu Hias dari akar hasil karya siswa

f. Hasil Akhir (finishing)

Siswa dituntut untuk menyelesaikan hasil akhirnya yang sudah menyesuaikan warna, textur/serat, kepadatan, dan bentuk kayunya. Hasil akhir karya yang sudah di warnai tergantung fungsi dan penggunaan karyanya, jadi karya yang sifatnya benda pajangan diwarnai /difinishing sesuai dengan selera, sedangkan karya yang langsung digunakan tidak harus diwarnai yang penting karya dikerjakan sampai halus, seperti yang penulis cantumkan waktu finishing di work process. Kreatifitas masa pandemic covid-19 melalui strategi AWPI pada pembelajaran yang inovatif dalam praktik produktif merupakan strategi dan metode pembelajaran yang berorientasi pada pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan atau tuntutan industry, dan minat masyarakat. Di bawah adalah hasil kreatifitas karya siswa masa pandemic covid-19.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post