Tantangan Hari Ke-3

Akhir-akhir ini anakku yang sulung semakin pintar memimpin doa, baik doa makan atau doa menjelang tidur. Di usinya yang masih enam tahun, aku merasa dia semakin berkembang dalam kemampuannya berdoa. Dia sudah mulai bisa melihat situasi di sekitarnya yang dia rasa perlu di doakan. Dia sudah mendoakan kedua adiknya supaya tumbuh sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan. Dia juga selalu menyelipkan permohonan semoga pandemi covid 19 segera berlalu.

Kebiasaan anak sulungku mendoakan banyak hal sepertinya diperhatikan oleh anak perempuanku yang saat ini masih berumur tiga setengah tahun. Dia mulai meminta giloran memimpin doa meakipun kebiasaan ini sudah lama kami lakukan. Dia mulai meniru kebiasaan abangnya mendoakan banyak hal meskipun saat doa makan. Kadang doa makannya hanya sebaris namun doa yang lainnya sangat panjang. Biasanya aku dan suamiku hanya tersenyum lalu mengacungkan jempol memberikan semangat buat dia.

"Ya Tuhan kami mau makan. Sehatkanlah kami. Sehatkanlah semua. Buatlah Tuhan mamak tidak jahat, tidak hukum-hukum. Amin." Ucap anak perempuanku saat memimpin doa makan malam kemarin. Begitu doanya selesai, aku langsung bertanya, "Emang mamak jahat? Kapan mamak hukum adek?" "Ada, suruh-suruh adek berdiri." jawabnya. Aku terenyuh bercampur shock. Tak pernah terpikir kejadian enam bulan lalu masih membekas diingatannya. Aku ingat waktu itu aku pura-pura marah dan menyuruhnya berdiri karena bermain air di ruang tamu. Padahal saat itu aku mengira dia akan menolak. Tapi ternyata dia menjalankan hukumannya sampai selesai. Namun siapa sangka kalau hal itu ternyata menjadi goresan luka diingatannya. Cukuplah sekali. Semoga menjadi pelajaran bagi semua ibu