Mardi

Mardi, S.Pd. M.Ds merupakan alumni S1 Seni rupa IKIP Surabaya dan S2 Desain ITB Bandung. Mulai 1995 sebagai guru SMK N 12 Surabaya Jurusan Animasi, d...

Selengkapnya
Navigasi Web

BELAJAR DARI CINA

Negeri Tirai Bambu

 

Kisah perjalanan penulis ke Tiongkok atau Negeri Tirai Bambu. Sebuah kesempatan yang tak terpikirkan sebelumnya, Pemerintah Joko Widodo Presiden Republik Indonesia telah memberi peluang kepada 1000 guru untuk belajar ke luar negeri, salah satunya ke negeri Tirai Bambu (Cina), tepat 1 ahun yang lalu. Tujuan utama adalah agar terbukanya wawasan para guru dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Kami dalam satu kelompok terdiri 20 orang yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Animasi dan Multimedia. Kami bertempat di Jiangsu School of Vocational Institut and Technology (JSVIAT).

Sebelum perjalanan apa yang harus dipersiapkan? Dalam waktu yang singkat, melalui berbagai proses test bahasa inggris (toefl), test kesehatan, pengurusan paspor, pas foto, ijazah, akta kelahiran dan visa harus disiapkan dengan baik. Belum lagi dengan menyiapkan baju, obat-obatan, alat tulis yang akan dibawa dalam tugas belajar di sana. Kebutuhan selama sebulan memang cukup banyak, apalagi kaum hawa. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga sesi yaitu sesi Pra Departure di Jakarta, sesi  Pelaksanaan di Cina, dan sesi Post Departure.

Bagaimana suasana alam di Cina? Sebagai orang yang belum pernah melakukan perjalanan ke luar negeri memang selalu bertanya-tanya dalam hati bagaimana nanti keadaan alam di Cina. Berbagai upaya kami bertanya kepada teman sejawat, panitia, dan browsing di internet. Kenyataan terjadi setelah landing dari perjalanan 4 jam dengan pesawat Cina Airline dari Singapore. Setibanya di bandara Beijing Capital International Airport keadaan terbukti adanya. Kami disambut dengan panitia lokal dengan baik. Ketika itu masih pukul 04.00 dini hari, udara sangat dingin dan kabut. Namun setelah jam 07.00 suasana tidak kunjung cerah suhu udara sangat dingin sekitar 10 derajat Celsius, bisa dibayangkan seperti dalam frezzer. Saat itu memang sedang musim gugur, terlihat hampir semua pohon-pohon tidak berdaun dan kering pada rantingnya. Namun beberapa jenis pohon masih bertahan dengan daun-daun yang rimbun. Di Cina ada empat musim yaitu: musim gugur, musim semi, musim panas, dan musim dingin. Hamparan daratan yang sangat luas terlihat dari kereta api cepat yang saya tumpangi. Metode penggarapan kebun sayur dan sawah yang ditangani dengan cara modern menjadi suasana makin segar.

Bagaimana keramahan masyarakat di Cina? Setiap warga asing yang ke Cina seperti halnya warga asing yang akan tinggal sementara di Indonesia. Kami sebagai pengunjung dengan tugas studi dalam waktu tertentu, bukan wisatawan, bukan bermukim, dan bukan pula sebagai pekerja (woker). Selama di Cina kami dilayani dengan sangat baik. Kami dipandu dengan guide yang menterjemahkan dari Bahasa Cina ke Bahasa Inggris.

Pada hari Jumat saat kami harus sholat jumat, datang seorang mahasiswa Indonesia utusan KBRI untuk mengantar kami ke masjid. Saya mengira seperti halnya kita akan ke masjid di Indonesia ditempuh cukup dengan jalan kaki. Ternyata…kami diajak keluar kampus dengan berjalan kaki kira-kira dua 20 menit dengan jalan cepat, setelah itu naik bus kota (bus umum) selama 60 menit (berdiri jika tidak kebagian kursi). Setelah turun dari bus kota masih harus berjalan kaki lagi kira-kira 15 menit (sekitar 10 Km). Barulah bertemu masjid. Sungguh perjuangan yang tidak bisa dilupakan.

Kondisi masjidnya seperti rumah biasa dengan 3 lantai, yang paling bawah untuk tempat wudlu sedang lantai dua dan tiga untuk sholat. Penduduk muslim di Cina memang tidak banyak, berdasarkan informasi dari takmir ada sekitar 200 orang di kota itu dan yang sudah naik haji sekitar 15 orang. Cina memang negara Komunis sehingga masyarakat yang muslim tidak banyak, namun pemerintah sekarang juga tidak melarang warganya  beragama muslim. Karena agama resmi yaitu Konghucu yang biasa sembahyang di Klenteng.

Setelah sholat jumat kami menikmati jajanan “halal” di depan masjid dengan harga yang terjangkau. Selanjutnya kami pulang dengan berjalan kaki menuju halte bus. Nah…pada saat itu kami tertinggal dengan mahasiswa pengantar. Saat di bus kami bingung harus tanya siapa dan bicara apa? Karena semua orang Cina di bus itu tidak bisa bahasa inggris, apalagi bahasa Indonesia. Saya sempat kontak dengan mahasiswa disana, dissuruh mengatakan turun halte bus di kampus JSVIAT. Eee…tidak ada yang merespon sama sekali… kebingungan kami makin bertambah. Akhirnya kami disuruh menunjukkan kartu tanda pengenal yang menggantung di leher, dengan tulisan huruf “Kanji”. Akhirnya diarahkan dengan menunjukkan peta yang tertempel di dasboard bus, walaupun dengan bahasa “TARZAN” (isyarat). Hehe… Itulah sulitnya jika kita ingin berkomunikasi dengan orang Cina harus bisa bahasa Mandarin.

Bisakah menggunakan handphone dan internet di Cina? Alat komunikasi saat ini yang paling mudah dan praktis adalah handphone. Dua hari sebelum berangkat, saya telah membeli paket roming untuk 1 bulan. Setelah sampai di kampus JSVIAT, kami diberi data nomer kode wifi per- orang. Apa yang terjadi? Hampir semua handphone tidak bisa digunakan. Karena di Cina tidak menggunakan google, tetapi menggunakan aplikasi Baidu. Kartu yang dari Indonesiapun tidak bisa digunakan karena tidak terkoneksi dengan google. Apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan yaitu harus dikoneksikan dengan aplikasi VPN agar tersambung dengan server dari Singapore. Bisa dibayangkan rumitnya! Jika menggantikan dengan nomor local, maka untuk mengaktifkan harus meminta bantuan mendaftarkan pada penduduk local, atau kepada mahasiswa yang sudah 6 bulan tinggal di sana. Jadi ini sebuah keluh kesah jika kita  berkomunikasi di negeri Cina.

Sekilas tentang sistem pendidikan di Tiongkok. Saya bisa mengatakan sistem pendidkan di Tiongkok sudah tertata, terintegrasi dengan baik. Siswa taman kanak-kanak (TK) saat sekolah selalu didampingi orang tua atau pembantunya, anak-anak dibawah umur (17 tahun) sudah memiliki komitmen untuk tidak menggunakan handphone walau Cina sebagai produsen handphone. Sejak TK sudah dibiasakan budaya-budaya antri dimanapun berada, antri cuci tangan, mengambil makan, membeli karcis, naik bus, menonton.

Setelah menginjak dewasa (di atas 17 tahun) mereka wajib militer (wamil) diberikan pendidikan agar menjadi manusia tangguh yang mengarah pada kegigihan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, masyarakat, dan nusa bangsa. Mottonya, semua pekerjaan harus bisa menerangi banyak orang. Sehingga apa yang dilakukan, dikerjakan merupakan komitmen yang menjadi tujuan masa depan. Bekerja keras, disiplin, menghargai waktu selalu diterapkan dalam kebiasaan sehari-hari.

Di negara Cina sangat menghargai budaya local seperti: tarian tradisional, barongsai, pakaian adat, lukisan tradisional, pembuatan gambar dengan kertas potong gunting, musik tradisional. Sehingga konten tradisonal dan peninggalan purbakala para leluhur zaman dahulu masih tersimpan dengan baik di berbagai museum.

Mengapa beli barang dari cina itu murah? Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini sudah banyak barang-barang yang dijual dipasaran Indonesia berasal dari Cina. Mengapa? Dengan expansi dagang ke seluruh dunia merupakan cara menguasai dunia. Kebijakan program One Belt One Road (OBOR), sebagai langkah yang tepat dalam menjalin kerjasama di segala bidang. Mulai dari berdagang kecil hingga skala besar seperti: pembuatan jalan tol, bandara, dan  gedung pencakar langit.

Pembuatan barang-barang dengan sistem pabrikan mengakibatkan harga-harga menjadi jauh lebih murah,tenaga kerja yang dipakainya sedikit, menggunakan peralatan mesin otomasi, sehingga kualitas barang yang dihasilkan juga akan lebih bagus.

Pada waktu itu kami diajak keliling pabrik GMC, sebuah pabrik pembuatan truk terbesar di Cina. Namun produknya sudah mendunia. Berbagai macam truk, seperti truk fusso, truk khusus angkatan perang, truk dengan kombinasi katrol, produk katrol yang tingginya setara gedung lantai 50 dan masih banyak lagi. Kerjasama penggunaan pralatan tersebut telah sampai ke negara kita seperti TATA dan APG

Bagaimana menekan jumlah penduduk yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia? Negara Cina menerapkan peraturan satu keluarga (setelah menikah) hanya diperbolehkan memiliki 1 anak. Hal ini yang sekarang menjadi dilema, karena sebagian besar penduduknya sudah tua sedangkan angkatan muda sangat sedikit. Pada saat kami berada disana, mulai diberi kelonggaran dalam satu keluarga diperbolehkan memiliki 2 anak, jika lebih maka akan dikenakan denda.

Pembangunan gedung dan tata kota. Perlu dikatehui bahwa negara menguasai seluruh tanah, bangunan dan kekayaan alam di dalamnya. Sehingga penataan kota dan pembangunan gedung merupakan tanggung jawab negara dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Hampir tidak ada gedung yang kecil dan kumuh. Jika adapun dalam proses pembogkaran yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Pemerintah membangunkan apartemen-apartemen minimal tingkat 5 tanpa lift. Mereka harus naik tangga agar menjadi manusia sehat. Gedung-gedung terebut diberikan kepada rakyatnya dengan system sewa atau membeli dengan jangka waktu maksimal 70 tahun. Setelah itu harus dikembalikan lagi ke negara. Sedangkan anak cucunya jika ingin memiliki rumah/apartemen juga harus membeli/sewa sendiri. Sehingga perputaran uang negara selalu rutin. Jadi tidak ada penduduk yang bisa memiliki rumah selamanya, atau diwariskan ke anak cucunya, karena semua dengan model sewa/membeli sebagai Hak Guna Bangunan (HGB)

Cina sebagai negara adidaya memang cukup pantas. Bukan hanya tentang expansi perdagangan, tetapi juga dalam merencanakan pendidikan sejak masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa untuk terus berjuang, ulet, bersatu, dan bekerjasama.

Bagaimana dengan kita…?

Mari kita kembali pada sunah nabi…..”Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, petiklah yang baik dan tinggalkan yang kurang baik/kurang sesuai dengan ideologi bangsa kita.

 

Semoga manfaat!

Salam dari kota pahlawan

Tunggu cerita berikutnya dari Taiwan….

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post