Mansiah Abdurrahman

Nama : Dra. Mansiah Tempat tanggal lahir : Jakarta 8 Mei 1966 Alamat; Jalan Kebagusan Raya RT 010/05. No.4, Kelurahan Jagakarsa, Kec,Jagakarsa, Jakarta Selata...

Selengkapnya
Navigasi Web
TARAJE
#Tantangan Menulis hari ke 303

TARAJE

#Tantangan Menulis hari ke 303

Mansiah Abdurrahman

TARAJE

Mang Unang adalah orang tua dari Asep yang baru pertama sekali tinggal di Jakarta. Banyak percakapan orang Jakarta yang tidak dipahami Mang Unang, Asep yang hanya berprofesi sebagai tukang cukur sering menterjemahkan pembicaraan orang Jakarta yang ditanyakan mang Unang. Di kampungnya di Garut, Mang Unang punya keahlian menggali sumur.

Saat itu septic tank rumah kontrakan yang ditempati keluarga Asep sudah penuh. Sudah satu minggu menelpon petugas sedot WC belum juga ditangani. Pak Haji Rohim pemilik kontrakan menawarkan Mang Unang untuk menggali Septic tank baru. Tawaranpun diterima. Setelah menunjukkan lokasi penggalian Mang Unang dengan semangat melaksanakan penggalian lubang tersebut. Disepakati dengan Pak Haji Rohim lubang septic tank ukurannya 2 x 1meter dengan kedalaman lima meter. Pak Haji Rohim sangat bertanggung jawab. Selain memberi upah yang sesuai, ia juga menjamin makan siang buat Mang Unang.

Setelah dua hari, penggalian sudah mencapai kedalaman dua meter. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. terdengar suara Pak Haji Rohom,”Mang Unang ayo makan siang dulu.” Terdengar jawaban dari dalam lubang, “Iya, taraje Pak Haji.” Pak Haji Rohim pun balik ke rumahnya. Selang setengah jam Pak Haji Rohim kembli lagi di dekat lubang, “Mang Unang ayo makan siang,” kembli terdenganr jawaban, “ Iya, tolong taraje, Pak Haji.” Pak Haji Rohim jalan menuju kios cukur Si Asep,“Sep, Bapak lu gue suruh makan siang dari tadi, cuman bilang , Ntar aje , melulu.” Sontak Asep yang lagi merapikan alat cukur segera menuju lubang tempat Bapaknya sedang menggali. Segera Asep mengambil tangga dan menurunkannya ke dalam lubang. Bapaknya yang sudah lemas, sekuat tenanga menaiki anak tangga.

Sesampai di atas, segera Asep memberi minum bapaknya. Pak Haji Rohim merasa bersalah dan gugup sambil memegang kepala dan sesekali membetulkan letak peci putihnya. “Lah! dari tadi gue suruh ajak makan dia selalu bilang ‘Ntar aje’ die kagak minta tangga, gue juga nggak engeh. “Iya Pak Haji, taraje itu maksudnya tangga.” Kata Asep, sambil memapah Bapaknya, “Maasya Allah....” Pak Haji Rohim menepuk jidat, “Gue kire die bilang, ntar aje!, Ayo Sep, ajak makan bapak lu.”

Jakarta, Sabtu 21 Rajab 1442 H./ 06 Maret 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Miskomunikasi, keren bun cerpennya taraje bahasa daerah mana bun?

06 Mar
Balas

TErima kasih sudah mampir, bu Yusmanita. Taraje itu bahasa sunda, salam Literasi

06 Mar



search

New Post