BAKTI

Tanpa berpikir dua kali Alin meninggalkan begitu saja kuliahnya meskipun sudah semester akhir, demi mendampingi ibunya yang sakit tira ke kampung, rumah orang tua ibunya. Sebagai anak sulung yang sejak ayahnya tiada dan ibunya sakit ia menjadi tulang punggung keluarga. Selama ini memang kuliahnya agak tersendat karena dia sambil bekerja. Ia berpikir biarkan kedua adiknya yang fokus pada sekolahnya. Satu harapan Alin dengan pengobatan dan ketenangan di kampung ibunya akan segera sembuh. Tanpa mengeluh dia rawat ibunya dengan penuh kasih sayang.

Hari berganti hari, tak terasa sudah empat bulan Alin menemani ibunya Tira. Berbagai upaya pengobatan sudah dilakukan, namun perkembangannya sangat lambat, justru kondisinya semakin hari semakin menurun, sampai pada suatu hari kakinya serasa ga mampu berpijak saat dokter menyatakan ibunya kanker rahim stadium akhir dan sampai akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Sedih begitu mendalam hati Alin. Harapannya setelah tira ia akan kembali ke rumah dengan ibunya. Ternyata sebaliknya, itu yang terakhir kalinya ia bersama ibunya. Alin merasa hidupnya serasa gelap, dan tiada pegangan lagi. Air matanya berderai saat meninggalkan pusara ibunya dan juga melihat kakek dan neneknya yang juga merasa begitu kehilangan. Sampai tujuh hari sejak ibunya pergi Alin masih berada di rumah kakek neneknya. Namun ia sadar dan harus bangkit semangatnya karena kedua adiknya masih membutuhkan dirinya. Dengan berat hati ia berpamitan kepada kakek dan neneknya yang melepas kepergiannya dengan linangan air mata...

Jember 21 Oktober 2020