Mamiek mujianah

Lahir di Mojokerto 9 Januari 1975, Mengabdikan diri sebagai guru di SDN Tanjungkenongo 1 sejak tahun 2003 sampai sekarang. Sosok yang sedikit pendiam tapi punya...

Selengkapnya
Navigasi Web
LUDRUK KESENIAN KHAS JAWA TIMUR YANG HAMPIR PUNAH

LUDRUK KESENIAN KHAS JAWA TIMUR YANG HAMPIR PUNAH

LUDRUK KESENIAN KHAS JAWA TIMUR YANG HAMPIR PUNAH

Tantangan Hari Ke - 27

Indonesia memiliki banyak ragam budaya dan kesenian. Salah satunya adalah ludruk. Kesenian ini berupa drama berbahasa Jawa yang menceritakan kehidupan sehari-hari atau tentang kepahlawanan. Dalam pementasannya ludruk diiringi music gamelan yaitu music tradisional Jawa.  Saat ini ludruk sudah jarang dipentaskan. Keberadaannya terkalahkan dengan kesenian lain yang lebih disukai anak-anak muda. Dulu ludruk biasanya dipentaskan pada acara-acara penting peringatan hari besar atau pada acara hajatan.

Pertunjukan ludruk diawali dengan tari remo yang dibawakan oleh seorang penari. Pada pertengahan tarian biasanya penari akan membawakan sebuah lagu berbahasa Jawa yang disebut nggandang. Tari remo ini menggambarkan seorang yang gagah dan tampan dengan rias wajah dan busana yang menarik. Ciri khasnya adalah penari memakai gelang kaki yang disebut gongseng. Jika kakinya dihentakkan akan berbunyi cring-cring.

Pemain ludruk dalam pementasan tidak menggunakan naskah, karena itu mereka harus pandai berimprovisasi dan mengembangkan jalan cerita yang sudah dibuat. Biasanya ludruk terdiri dari tiga babak yaitu remo, dagelan dan cerita. Ciri khas ludruk yaitu jula-juli, lagu berbahasa jawa yang berisi nasihat, guyonan dan diakiri dengan parikan atau pantun berbahasa Jawa. Selain hiburan ludruk juga sebagai sarana penerangan untuk masyarakat.

Pada masa penjajahan pemain ludruk memanfaatkan pertunjukan sebagai alat penerangan masyarakat untuk mempersiapkan kemerdekaan. Bahkan pemerintah Jepang menangkap Cak Durasim dan memasukkannya ke dalam penjara hingga meninggal karena tembang jula-julinya yang terkenal, Bekupon omahe doro, melok nipon tambah soro (Bekupon rumahnya burung dara, ikut Jepang tambah sengsara)

Ludruk sendiri berasal dari kata gela-gelo dan gedrak-gedruk. Seperti tari remo pada awal pertunjukan, kepalanya gela-gelo atau menggeleng-geleng dan kakinya gedrak-gedruk atau menghentak-hentak. Kesenian ludruk ini lahir sekitar tahun 1907 – 1915 di daerah Jombang dan berkembang di seluruh daerah Jawa Timur.

Majunya arus perkembangan teknologi dan komunikasi membawa banyak dampak pada kesenian tradisional. Banyak kebudayaan dan kesenian tradisional yang punah akibat kurangnya antusias penonton termasuk ludruk. Masyarakat lebih memilih menonton film atau sinetron karena ceritanya yang lebih menarik. Anak-anak muda lebih menyukai film-film barat atau artis-artis korea. Dan sekarang orang-orang lebih menyukai pertunjukan dangdut daripada ludruk.

Sebenarnya sayang jika kesenian tradisional seperti ludruk ini punah tergerus perkembangan jaman. Kewajiban pemerintah bersama masyarakat melestarikannya. Agar anak cucu kita nanti masih bisa menikmati kekayaan budaya asli bangsanya.

Kuripansari, 30 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

TVRI jaman dulu sering menayangkan, mungkin anak zaman now sudah tidak kenal budaya daerahnya

30 Jul
Balas

Bertambah wawasan tentang Ludruk. Keren, bu. Sukses selalu.

30 Jul
Balas

Sekarang dah jarang ada..

31 Jul
Balas

Kangen jawa timur jadinya bu...kakekku dari sana...barakallah

31 Jul
Balas

Semoga kita bisa melestarikannya dengan cara mengenalkan kepada anak-anak supaya mereka bisa mencintai kebudayaan Indonesia yang hampir punah. Salam Literasi.

30 Jul
Balas

Di masa kecil saya sering melihat ludruk, sekarang jarang sekali

30 Jul
Balas

Sekarang tidak ada, seandainya ada juga tidak ada yang nonton. Terima kasih hadirnya.

30 Jul

Keren sayang, ludruk kini bisa dikatakan punah, eman, budaya asli Indonesia. Salam sukses selalu

30 Jul
Balas

Iya Bu, terima kasih.

30 Jul



search

New Post