Ermawati

Profil Penulis: Penulis lahir di RS Jalan Agus Salim Jakarta Pusat, menempuh pendidikan dasar di Cibubur; dan SLTP di Gandaria, Jakarta Timur, d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Teluh Di Sumur Tua

Teluh Di Sumur Tua

Di sebuah pulau garam di ujung timur Pulau Jawa ada sebuah kota yang penduduk laki-laki nya senantiasa menggunakan sarung dan peci sedangkan kaum perempuannya suka menggunakan sarung dan kerudung. Di kota ini, di jalan raya dan di taman-taman kota pasangan manusia yang asyik masyuk berkencan tidak akan bisa kamu jumpai. Karena penduduknya terkenal sopan dan suka menjaga tata krama. Seluruh warga nya berpegang pada moral yang teguh berpondasi agama yang konon khabarnya sangat kuat.

Sementara keadaan di kota yang lain di pulau ini ada yang meriah dengan berita pertengkaran yang berujung kematian, maka di kota ini setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan saling menebaskan clurit-meminta nyawa di balas nyawa (carok). Disini lebih sadis... ! Karena sakit hati, dendam dan iri hati tidak berakhir dengan perang tanding di alam nyata, tetapi pertarungannya di pindah ke alam gaib.

Ya di kota ini ilmu sihir seperti teluh menjadi solusi pilihan orang-orang yang sopan dan ramah itu untuk menghindari konflik secara frontal. Kisah ini adalah mengenai teluh yang menimpa seorang perempuan muda keturunan orang biasa dari keluarga pedagang dan suaminya yang berasal dari keluarga nelayan. Gara-gara mendirikan sebuah yayasan pendidikan mereka berdua jadi sasaran santet berujung kematian dan gila.

Mereka berdua baru saja lulus pesantren. Lalu mendirikan sebuah yayasan pendidikan. Dibantu oleh kakak tertuanya yang membangun masjid dan gedung sekolah di kota ini-Kota kelahiran meraka dan leluhurnya sejak turun temurun. Mereka mendirikan madrasah diniyah, majlis taklim dan Taman kanak kanak. Perbuatan mulia yang membangkitkan rasa iri hati dan benci manusia dan atau jinkafir yang sudah lama menguasai wilayah itu.

Nama saya Mutiara. Berkulit hitam manis dengan wajah yang juga manis dan tinggi 155 cm, sudah menikah di usia 20 tahun. Saya dan suami baru 3 tahun menikah dan sudah berpengalaman merantau sambil mengajar selama 3 tahun, hari ini memutuskan pulang untuk mengurus kedua orang tua yang sudah tua. Alhamdulillah kami mendapat hadiah dibangunkan sebuah masjid di tanah hibah milik orang tua kami oleh kakak tertua saya. Di masjid itu keluarga saya dan keluarga beberapa kerabat terdiri atas 10-12 KK yang tinggal di satu halaman panjang selalu shalat 5 waktu dengan berjamaah. Oh ya, setiap 1 halaman panjang itu di huni oleh beberapa keluarga yang berkerabat dekat dimana rumah-rumah mereka dibangun di dalamnya dan dikelilingi oleh pagar seluas satu halaman panjang. Di Masjid yang dibangun dekat tempat tinggal ini, suami saya yang menjadi imamnya.

Ia juga memimpin sebuah madrasah diniyah di sore hari dan pengajian bapak-bapak kajian tafsir di malam hari. Sedangkan saya mengajar Taman Kanak-Kanak milik saya sendiri setiap pagi hari kerja dan majlis taklim perempuan (kompolan). Kami dikarunia 2 orang anak; lelaki dan perempuan. Ibu saya yang sudah sepuh membantu kami mengawasi perawatan cucu-cucunya tersebut sambil berjualan jajanan untuk siswa-siswa TK Islam dan Madrasah. Sungguh suatu kehidupan yang penuh berkah dan diinginkan oleh orang-orang yang suka mengabdikan diri untuk pendidikan. Orang-orang yang mengharafkan surga. Alhamdulillah.

Ramadhan ini Mutiara terkena skizoprenia-sejenis penyakit jiwa dimana pasien kehilangan orientasi atas dirinya sendiri. Kami membawanya ke Jakarta untuk diobati. Mulanya suami saya yang adalah kakak pertamanya membawanya ke bengkel rohani. Saya mendampinginya di ruqiyah, anehnya ia tenang-tenang saja tidak muntah dan teriak-teriak seperti umumnya orang yang kerasukan jin. Kemudian titik-titik pencernaannya di akupunktur, ketika pakaiannya di buka dan harus berganti sarung, saya kaget karena ia selama ini menggunakan pakaian dalam basah seperti orang yang kepanasan. Namun akupunktur membuat wajahnya segar seperti tiba-tiba dialiri oleh darah padahal tadinya ia sangat pucat. Dan terakhir ia diberi obat herbal, namun obat herbal ini tidak diminum sama sekali dan entah ditaruh dimana karena saya tak pernah melihatnya lagi. Dampak pengobatan akupunktur bagi Mutiara adalah ia mau diajak makan di restaurant sate madura. Mengingat tadinya hanya mau makan bubur sambil menangis karena dipaksa, maka ini suatu kemajuan. Namun kali ini saya melihat cara makannya tidak biasa dan jumlah porsi makannya menghabiskan jatah untuk 3 orang laki-laki. Selanjutnya di rumah kami Mutiara menghabiskan minuman sebanyak 1 galon air sehari dan memakan semua kue-kue untuk lebaran sampai tandas, padahal perawakannya sangat kurus- sekitar 39 kg. Tak masuk akal siapa sebenarnya yang menghabiskan semua makanan dan minumannya?

Karena sudah seminggu kami belum menemukan tabib untuk mengobati Mutiara sedangkan kewarasannya masih belum kembali juga dan tak ada orang dewasa yang menjaganya di rumah, maka ia dibawa ke sebuah pesantren suffah tempat kakak keduanya mengabdi di Bogor. Disana banyak ustadz dan ustadzah yang mampu mengobatinya dengan ruqyah. Ada juga ahli bekam dan ahli refleksi. Namun semua gagal total dalam mengobati Mutiara. Jin dalam tubuh Mutiara semua berpindah ke tubuh bayinya yang di gendong di ruang sebelah, sehingga tidak kena di ruqyah.

Keanehan-demi keanehan menyelimuti rumah itu. Pertama adalah robohnya tembok kamar pribadi pemilik rumah saat kakak keduanya sedang shalat tahajud memohon kesembuhan adiknya. Untung saja ada triplek yang menghalangi sehingga kecelakaan tidak mengakibatkan luka serius.

Keanehan berikutnya kecelakaan yang menimpa anak gadis pertama dari kakak keduanya Mutiara-keponakan perempuan. Gadis itu yang bertugas merawat dan mengurus kebutuhan tantenya yang sakit jiwa selama dirumah mereka. Kàkinya hanya tertusuk peniti namun peniti masuk sampai ke pangkalnya menghujam sangat dalam. Akibatnya keponakannya Mutiara itu harus masuk ke rumah sakit untuk dijahit sampai 12 jahitan. Kelak kecelakaan ini menyebabkan kakinya cacat dan gadis ini terpaksa putus kuliah di semester dua. Ironis sekali.

Keanehan berikutnya adalah Mutiara hobby menggunakan pakaian dalam yang baru dijemur dan masih basah. Namun herannya koq ia tidak masuk angin. Mungkin karena makannya yang banyak sehingga ia nampak sehat secara fisik.

Mutiara senang shalat wajib tepat waktu, bahkan seringkali kecepetan karena ia meñggunakan waktu dì wilayah pulau Madura.

Malahan

Terjadi konflik keluarga dimana Mutiara menjadi penyebar fitnahnya. Batin sang kakak kedua dan istrinya tidak siap memaklumi keadaan Mutiara dan mau saja di adu domba oleh jin-jin jahat yang menguasai tubuh Mutiara. Bahkan mertuanya sampai ikut campur dan memaksa kami menjebloskan Mutiara ke Rumah Sakit Jiwa Bogor. Hampir saja saya terprovokasi dan mulai membuat janji dengan perawat di Rumah Sakit Jiwa Swasta di Bintaro.

Sudah lima tahun saya mengabdi di tempat kelahiran saya dan tanah leluhur saya sendiri, tiba-tiba saya dan suami saya sakit perut tak bisa buang air besar. Kami berdua berobat ke Rumah Sakit dan dirawat. Setelah seminggu saya dinyatakan sembuh, tetapi suami saya mengalami kelumpuhan mulai dari pinggang sampai ke jari-jari kaki. Saya menjerit histeris. Pastilah ini Cuma mimpi! Dan saya menjalani mimpi ini sampai 7 tahun mengurusi seluruh keperluan Mandi, Cuci, Kakus sampai mempersiapkannya shalat diatas kursi roda dan menyuapi makan dan minumnya. Untunglah ia masih bisa mengajar dalam keterbatasan raganya itu karena otak dan ide-idenya tidaklah pernah mati.

Kemudian ia meninggalkan saya, kedua anaknya dan yayasan pendidikan ini untuk selama-lamanya. Alangkah tidak adilnya, disaat saya sudah ikhlas menerima takdir bahwa ia tak akan sembuh lagi selamanya ternyata Allah malah mencabut nyawanya. Seketika dunia menjadi gelap bagi saya. Kenyataan dan khayalan menjadi tidak berbatas lagi. Lalu saya melihat seorang wanita tua yang tadinya tinggal diatas pohon beringin besar di dekat sumur tua melancong ke rumah saya.

Wanita jahanam itu masuk kedalam kepala saya, seorang wanita tua yang pemarah. Ia tertawa senang setiap kali saya baper (bawa perasaan/ sensi) dan sering marah namun ia akan menggedor kepala saya sampai sakit jika saya berprilaku baik . Pribadi saya menjadi terbelah: Kadang saya mudah emosi tak terkendali dan jadi penyebar fitnah, kadang saya berprilaku sebagai Nyai yang bertanggung-jawab dan rajin ibadah. Emak saya bingung dan tersiksa oleh ulah konyol saya yang sudah semakin merajalela. Di panggilnya tabib terkenal dari seantero negri, namun kegilaanku semakin bertambah bobotnya.

Syukurlah ada seorang berilmu yang bersedia menikah dengan saya dan membantu menjalankan yayasan pendidikan ini. Kegilaan saya mereda dan kami dikaruniai 2 orang anak lagi dari suami kedua. Namun saya tak pernah benar-benar sembuh. Cara suami kedua mengatasi saya yang sering kesurupan kadang terlalu keras dan menyakiti Emak dan paman bibi saya yang tinggal se halaman panjang. Maka mereka memarahi suami kedua saya dan dampaknya saya diceraikan.

Sejak itu maka masuklah lagi beberapa makhluk ke dalam kepala saya. Ada lelaki gendut berwajah bengis yang suka mengintip saya mandi dan membawa pentungan mengejar santri. Ada juga banyak anak-anak kecil yang terus tertawa-tawa membuat telinga saya sakit. Ada seorang gadis pucat yang melankolis dan penyedih. Gadis itu sering membuat saya malas makan dan kelaparan. Namun saya tak punya daya melawannya kalau dia sedang menduduki kepala saya, sampai akhirnya saya pingsan satu minggu. Kakak saya membawa saya menyebrangi pulau ke Jakarta.

Tak mungkin kami membawa Mutiara ke rumah sakit jiwa karena ia masih menyusui bayinya Nadia. Kami justru harus bersatu memberi kasih sayang dan perhatian yang maksimal kepada adik kami Mutiara. Suami saya sampai bernazar bahwa bila adiknya sembuh maka ia akan mempelajari caranya dan mengobati semua orang yang terkena penyakit gaib dengan free money. Allah menjawab do’a kami. Seminggu sebelum lebaran berakhir, tetangga sebelah kami membawa sang penyembuh.

Ustadz Syam dan murid-muridnya mengobati adik kami Mutiara. Ia masuk ke alam gaib dan mencari sumber penyakit yang di derita Mutiara. Sehingga sampailah ia di sumur tua sejauh 2 km dari rumah Mutiara di pulau garam sana. Mata batinnya melihat roh sesosok laki-laki terbujur kaku tenggelam di dasar sumur sedangkan Mutiara duduk diatasnya dengan air sumur sudah sebatas leher. Dan airnya berwarna merah darah. Menurut Ustadz Syam roh mereka sudah 15 tahun di tawan di sumur tua oleh teluh yang menginginkan keduanya mati. Suami pertama Mutiara memang sudah wafat sedangkan Mutiara yang sudah gila hanya tinggal menunggu waktu saja.

Ustadz Syam segera mengembalikan roh suami pertama Mutiara agar tidak terus penasaran dan rohnya Mutiara pun dikembalikan ke tubuhnya di hadapan kami semua saat ini. Mutiara seperti baru bangun dari tidur dan kaget melihat kami semua. Ia menanyakan nama kami satu persatu dan seperti tidak ada apa-apa segera menuju ke dapur membuatkan kopi untuk semua tamu- Ustadz Syam dan murid-muridnya. Mutiara sudah sembuh.

Manusia itu sejatinya memiliki 7 lapisan roh yang harus bergabung agar selalu fokus. Kalau hilang salah satunya saja maka akan membuatnya menjadi linglung. Ada yang rohnya ditanam di dalam kuburan sehingga penderita tidak mau kawin karena merasa sudah punya suami. Ada yang rohnya dipertukarkan dengan roh orang yang mencintainya sehingga penderita kena pelet mendem (Jatuh cinta yang sangat). Ada juga yang rohnya dimasukan ke dalam botol bersama lugut bambu lalu di lempar ke laut sehingga penderita merasakan penyakit kulit berkepanjangan dan menjijikan.

Saya masih menemui Ustadz Syam satu kali lagi sebelum berpamitan pulang. Kali ini ia mengusir makhluk-makhluk di kepala saya. Ternyata ada ratusan yang bercokol bukan hanya di kelapa saya tapi di seluruh urat nadi dari jantung ke seluruh tubuh dan organ-organ lainnya. Mereka berdesak-desakan disitu menyebabkan suhu tubuh saya meningkat sehingga dulu saya selalu memakai baju basah dan tidur di kasur basah. Ustadz Syam mengusir semuanya tanpa kecuali. Semua keluar lewat telinga saya yang kiri karena Ustadz Syam mengusirnya dengan menembakkan energy dari kuping saya yang kanan. Saya sembuh dan tidak pernah kambuh lagi sampai sekarang.

Siapa yang dendam, sakit hati dan iri hati pada kami, tidak perlu lagi kami tanyakan. Penduduk desa dari mulai nenek-nenek sampai anak baru baligh meramaikan lagi shalat lima waktu. Sekarang imamnya adalah anak lelaki tertua saya yang baru saja lulus pondok pesantren. Pengajian malem jum’at bapak-bapak dan ibu-ibu tak kekurangan jama’ah. Begitu pun dengan madrasah dan Taman Kanak-kanak yang sudah mulai ada muridnya lagi. Pesan saya bagi yang mau mendirikan Yayasan pendidikan hendaknya jangan hanya mengandalkan ilmu-ilmu jasmani saja tanpa melakukan olah batin. Kepada Allah saja meminta pertolongan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Konon kabarnya anak kecil pun sdh ada yg " dibekali" untuk jaga diri.

07 Jul
Balas

Serem banget ceritanya. Masyaa Allah, dendam dan dengki menjadi penyakit hati yang parah luar biasa. Semoga Allah melindungi.

07 Jul
Balas

Kalau ini saya tidak kecele. Benar-benar misteri, Kapan ya bisa nulis kayak gini?

07 Jul
Balas

Ini mirip buku Sybil dengan 16 Kepribadian. Tapi kalau di Indonesia berarti di kuptasi oleh jin.

07 Jul

iya bu harusnya jd novel panjang ya bu...aamiin

07 Jul
Balas

Iya pak. Kisah nyata. Harusnya jadi novel. Tapi saya masih belum sanggup bikin novel. Aamiin. Semoga Allah melindungi kita semua.

07 Jul
Balas

Aamiiin bu Umul Muarofah

07 Jul
Balas

Harusnya memang dibekali. Tapi bekal yang terbaik adalah Takwa.

07 Jul
Balas

Aamiiin. Srmoga

08 Jul
Balas

Sepertinya ilmu seperti itu tidak di daerah sana aja Bu..... Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari orang yang seperti itu ya bu.... Aamiin

22 Jul
Balas

Bang... satenya...bang... seratus tusuk. Hi hihi

09 Jul
Balas

Ya Allah semoga terhindar dari hal-hal yang buruk...

08 Jul
Balas



search

New Post