Ermawati

Profil Penulis: Penulis lahir di RS Jalan Agus Salim Jakarta Pusat, menempuh pendidikan dasar di Cibubur; dan SLTP di Gandaria, Jakarta Timur, d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bang, Bikinin Anak Dong

Keberuntungan dianugerahi nikmat pernikahan dimaknai setiap orang dengan cara yang berbeda-beda. Hay beruntung karena ia punya banyak kawan yang siap berkorban untuk membantunya menggapai nikmatnya anugerah pernikahan. Walaupun orang tuanya tinggal jauh dari Jakarta dan tak punya cukup biaya untuk menyelenggarakan walimah anaknya, bahkan untuk sekedar hadir pada hari bahagia anaknya; namun teman-teman kuliahnya di Ciputat menyiapkan kendaraan untuk mengantar pengantin laki-laki yang sebatangkara jauh dari saudara ini.

Seorang sesepuh KAHMI Ciputat bersama istri dan anaknya bersedia dengan tulus menjadi wali pernikahannya. Bukan hanya moril dan keuangan yang dia keluarkan namun juga waktu dan keluarganya dikerahkan untuk memberi dukungan. Seorang tokoh yang di masa kini pernah menjabat ketua DPR walaupun sebentar, hadir dalam pernikahan dengan membawa tunangannya juga.

Semua orang tulus saling berbagi. Bersama sebagai anak rantau yang masih miskin dan papa. Tak punya kepentingan bisnis apalagi politik. Dan Hay beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Namun wati sang mempelai wnita juga tak kalah beruntungnya mendapatkan suami seperti Hay. Suami yang akan mencintainya dengan tulus sampai maut memosahkan mereka.

Demikianlah akhirnya mereka berdua naik keatas pentas menjadi ratu dan raja sehari. Bertepatan dengan kampanye partai golkar di putaran terakhir pada 24 mei 1992.

Hay tersenyum bahagia. Dikantung jasnya penuh amplop berisi uang dari wali pernikahan dan teman-teman setianya yang sudah lebih dulu meraih kemudahan memperoleh uang. Ada yang berprofesi sebagai pengajar, penyair, penulis dan wartawan.

Lebih senang lagi adalah saat ia melohat peraduannya yang dihias dengan bunga segar aneka warna nan harum semerbak mewangi. Hay menantikan lelahnya mentari menyinari dan segera condongnya disisi barat. Saat malam mulai gelap dan ia boleh memeluk istri sahnya dan memberinya bibit kehodupan yang akan meneruskan nama familynya kelak.

Terlalu banyak tamu berdatangan yang ingin bersalaman dengan Hay dan Wati. Wati tampak sumringah melakoni kewajibannya menyalami tamu. Namun sebaliknya Hay nampak mulai jengah. Duh gusti llahi, kapankan peraduan cantik iti bisa ia miliki. Sekedar merebahkan diri dan melihat istrinya terlelap disisi tanpa polesan. Akhirnya tak tahan lagi, selepas shalat maghrib Hay tak mau keluar kamar lagi. Ia memutuskan berpura-pura tidur. Ia berharap Wati segera datang menemani dan mereka bebas bermadu kasih. Saudara Wati dari Bandung dan Palembang belum lagi beranjak pergi kepenginapannya. Entah berapa lama lagi Hay harus menunggu menikmati bidadarinya. Ia kelelahan dan terlelap sampai pagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post