Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Cerita di Tahun 1998
Kompas.com

Sebuah Cerita di Tahun 1998

Tahun 1998, menjadi tahun yang penuh perjuangan dan kenangan bagi saya. Di awal tahun itu, saya harus menyelesaikan dan mempresentasikan penelitian saya di sidang skripsi dalam bahasa yang belum sepenuhnya saya kuasai, yang dipenuhi dengan puluhan senior dan beberapa professor. Sebuah penantian yang panjang, Setelah 8 tahun, akhirnya saya berhasil menyelesaikan kuliah, yang bukan sekedar kuliah, melainkan kuliah plus-plus. Di tahun itu pula, saya harus pulang kembali ke negeri tempat saya dilahirkan, setelah lima tahun meninggalkannya. Sebulan setelah itu, untuk pertama kalinya saya berperan sebagai warga masyarakat yang sudah harus berdiri di atas kaki sendiri, dengan bekerja di sebuah perusahaan.

Di akhir tahun 1997, dari kantor berita NHK (Nippon Hoso Kyoukai, Perusahaan Penyiaran Jepang), menyiarkan kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, akibat resesi ekonomi dalam negeri. Sempet ngeri juga melihat warga yang beringas menyerbu beberapa pusat pertokoan dan membawa paksa barang-barang yang ada di dalamnya. Saat itu, Jakarta masih terkendali. Beberapa teman yang melihat kejadian tersebut, menyarankan agar saya tidak kembali ke Indonesia. Bahkan dosen saya sendiri juga menyarankan agar saya bekerja di Jepang sambil meneruskan kuliah S2. Tetapi karena sudah berjanji akan kembali, maka sambil mempersiapkan diri, sayapun mulai mencari pekerjaan di indonesia atau di Jepang. Untungnya, universitas di Jepang, mempunyai program khusus bagi mahasiswa tahun terakhir. Mahasiswa di tahun ketiga, sambil menyelesaikan skripsinya, diperbolehkan mengikuti program Job fair. Dan Alhamdulillah, saya mendapatkan pekerjaan dengan penempatan di Indonesia.

Di bulan April 1998, kondisi dalam negeri Indonesia semakin mengkuatirkan. Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah semakin menguat. Demo masyarakat terutama para mahasiswa dan buruh, semakin menguat dari hari-hari. tetapi rupanya, presiden saat itu, almarhum presiden Soeharto tetep keukeuh untuk bertahan.

Di bulan itu pula, saya kembali ke Indonesia, dengan sejuta kegalauan. Namun, right wrong my country. Saya tetap meneguhkan hati untuk pulang. Singkat cerita, sambil terus memantau keadaan, saya memulai kehidupan sebagai seorang pekerja kantoran.

Tanggal 19 Mei 1998, tanpa di sangka, saya tergerak untuk ikut berdemo di gedung MPR –DPR. Sampai hari ini, sayapun masih belum sepenuhnya percaya, bahwa saya turut menyaksikan proses prosesi pergantian kepemimpinan di gedung tersebut. Tanpa direncanakan, saya juga menyaksikan bagaimana mantan menteri penerangan saat itu, almarhum bapak Harmoko, di bawa ke sebuah ruangan dan dipaksa untuk menyampaikan kepada presiden saat itu, agar segera mengundurkan diri. Hingga akhirnya, di tanggal 21 Mei 1998, mantan presiden Soeharto mengundurkan diri dan menyerahkan kepemimpinan kepada wakilnya sebagai presiden Republik Indonesia.

Tahun 1998, sungguh tahun yang berat dan sangat penuh dengan kenangan. Sebuah tahun yang menjadi titik awal kehidupan saya sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab serta menjadi titik awal perjuangan bangsa ini. Besar harapan saya, agar generasi muda Indonesia, mampu memelihara semangat dan harapan para pendahulunya, agar bangsa ini menjadi lebih maju dan beradab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post