Hujan mulai turun rintik-rintik. Udara pun mulai dingin menghampiri sanubari. Anak-anak bangun dari tidur malasnya di depan televisi, " nanti kalau hujannya lebat kami mandi hujan ya mi ", ucap Dzakiyya lalu kakak Azzakira pun berlari keluar memelukku dan memastikan kalau emang boleh mereka mandi bersama-sama di halaman depan rumah kami.

Berkat do'a mereka hujanpun turun sangat lebatnya, bunyi gemuruh dan petir juga tidak ada. Mereka langsung berlari ke luar rumah dengan girangnya, juga bermain-main pasir karena di depan rumahku ada tumpukan pasir, alhasil baju, tangan, badan dan kaki semuanya penuh dengan pasir. Senangnya hatiku melihat keceriaan mereka beradik-radik tanpa ada sedikitpun beban di wajah yang polos itu. Si Dzakiyya memanggilku, " ayoo Ami..kita mandi bersama, ayooo Ami.." teriaknya dengan senang. Aku hanya memandang mereka dengan senyuman yang sedikit membakar pilu di dada. Hujanpun mulai reda dan anak-anak disuruh ayahnya mandi lewat pintu samping ke kamar mandi belakang.

Setelah mereka selesai mandi, ku lihat di lemari biasa meletakkan makanan ternyata masih ada pasokan mie. Ku buatkan mereka mie goreng dan di kulkas juga masih ada nugget sekalian aku goreng buat mereka. Dengan hari dingin sehabis mandi perut pun jadi laper. Semuanya yang ku buat di santap mereka tanpa sisa dengan lahapnya.