Balasan dari Sikap yang tulus

Kala pagi menyapu halaman tepatnya halaman pinggir jalan. Banyak kendaraan yang lalu lalang. Semuanya membunyikan klaksonnya. Mereka membuka jendela dan mendongakkan kepala sambil tersenyum. Aku pun membalasnya dengan senyum.

Lalu mereka pamit melanjutkan perjalannya. Lain lagi dengan pejalan kaki yang melintas. Ada yang tegur sapa sekadar basa basi. Ada juga yang memang sengaja menghampiri dan bercerita kehidupannya. Sebagai pendengar yang baik. Yang pegang sapu pun duduk menyimaknya. Itulah etika yang baik. Tapi akhirnya malah kerjaannya tidak selesai. Tetiba ada pejalan kaki lain yang mengambil alih posisi. Mengambilnya sapu itu dan menyapunya hingga selesai.

Dengan sigap menyimpan sapu dan alat lainnya dalam bok. Rupanya dia memerhatikan apa yang biasa kulakukan. Aku memberinya imbalan sekadarnya,. Namun, tangan trampilnya tidak mau dibayar. Kedua bibirnya merekah, senyumnya membuatku terbuat. Apalagi lagi saat tangan kanannya menggamit tanganku lalu menciumnya. Dan dia berkata "aku membantunya tulus dan ikhlas". Spontan bibir dan kedua tanganku tengadah "semoga Allah membalasnya berlipat ganda". Belum juga bibir ini kering dan menutupnya. Sebuah mobil yang melaju lalu berhenti tepat di depan orang yang baru saja ku doakan.

Ia Pak Aman turun dari mobil itu dan memberikan sebuah amplop pada bi Rina. "Ini rejeki bibi". Aku pun menganggukkan kepala. "Terima kasih pak Aman, semoga keluarga bapak tambah berkah". Allah membayar kontan apa yang telah dilakukan bi Rina. Semoga kita selalu tulus dan ikhlas dalam berbuat dan membantu siapa pun.

H. 213

Bukitberbunga, 15 Oktober 2023