Titik Nol Kilometer
Prolog
Angannya menerawang, mengawang kembali ke awal abad ini, yang juga menjadi tahun awal pengalaman nyata menjalani profesi yang telah dicitakannya sejak balita. Di akhir semester kala itu, di sebuah senja yang temaramnya telah usai tersaput oleh pendar gemerlapnya lampu kota, masih terbaca di lintasan langkahnya yang sedikit ragu pada arah yang akan ditujunya, kanan ataukah kiri. Keduanya mengandung konsekuensi yang berbeda.
Keraguan yang timbul oleh hasrat tuk menyelami relung kehidupan impiannya. Kiri, berarti ke arah dari mana pada pagi hari itu tubuh yang masih penuh energi membawa jiwanya bergolak mengawali hari di ladang kehidupan baru. Kanan, berarti menyusuri kawasan rawan nan penuh tantangan. Kawasan beraura merah berseling hijau perlambang religiusitas.
Meski telah terpatri dalam kalbu dan pikiran sehatnya, bahwa keduanya akan bermuara di sana, di sebuah pusat perputaran kisah nan penuh haru biru perjalanan sebuah bangsa.
Di sanalah pada akhir senja itu, kendali hasratnya menyeret langkah kedua kakinya tuk berhenti, menyendiri. Berdiri, duduk, terpekur, dan berlama-lama menikmati suasana...
Bangunan putih berarsitektur khas Eropa abad 18 yang berdiri tegar berjejer penuh aroma kepongahan, menyisakan celah di tengah, seolah sengaja menghimpit akses masuk sebuah kawasan bangunan lambang kebesaran serumpun bangsa yang merdeka di tengah himpitan hegemoni keangkuhan imperialis masa silam.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sebulan kurang sehari, draft kisah ini mengendap menunggu sentuhan. Alhamdulillah, si mood telah kembali, prolog sebuah kisah masa lalu terapung di permukaan memory, semoga bisa terus mengambang melaju ikuti aliran yang berriak (tapi bukan berarti tanda tak dalam).
Sebulan kurang sehari, draft kisah ini mengendap menunggu sentuhan. Alhamdulillah, si mood telah kembali, prolog sebuah kisah masa lalu terapung di permukaan memory, semoga bisa terus mengambang melaju ikuti aliran yang berriak (tapi bukan berarti tanda tak dalam).
Keren menewen Mas Gagah.. Sukses selalu
Terima kasih, mas bagus...sukses juga senantiasa..
Hayuukkk semangatt...tuntaskan dg gas melon. Yesss!!!