Lutvi Aprilian Wulandari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kepingan Kisah Bapak dan Ibu (12) (Tulisan Ke-25)

Kepingan Kisah Bapak dan Ibu (12) (Tulisan Ke-25)

#Tagur H-24

Kepingan Kisah Bapak dan Ibu (12) (Tulisan Ke-24)

Bulan puasa  merupakan saat yang kami tunggu-tunggu. Bagi anak seusia kami, banyak aktivitas yang bisa kami lakukan di bulan Ramadhan. Sebulan penuh sekolah diliburkan. Jadi, kami biasa menghabiskan waktu untuk mengaji maupun bermain.

Saat masih kecil, Bapak dan Ibu selalu membujuk agar kami kuat berpuasa hingga maghrib. Biasanya kami hanya berpuasa sampai setengah hari saja. Tahun ini, aku berniat untuk puasa hingga maghrib.

Menjelang maghrib Bapak mengajak aku dan adikku jalan-jalan keliling sawah naik sepeda. Ngabuburit bersama Bapak sangat menyenangkan. Kami bisa menikmati indahnya pemandangan hamparan sawah yang membentang dari tanggul.  Biasanya Bapak mengayuh sepeda hingga ujung persawahan di kampung belakang rumah kami. Tepat di bawah tanggul, Bapak meminta kami turun dari boncengan. Beliau menuntun sepeda hingga sampai ke atas tanggul. Kami mengikutinya dari belakang. Sampai di atas tanggul, kami duduk dan menikmati pemandangan sawah yang menghampar di bawahnya. Sungguh indah alam ciptaan Allah. Sembari menikmati pemandangan, kami berbincang banyak hal. Bapak banyak bercerita hal hingga kami lupa bahwa sedang berpuasa.

Semburat jingga mulai tampak di ufuk barat. Lukisan alam yang menakjubkan. Warna hijau persawahan berpadu dengan langit yang kini mulai berubah jingga. Subhanallah!

“Yuk, kita pulang. Sebentar lagi maghrib!” ucap Bapak.

“Waah, sebentar lagi kita buka puasa dong!” sahutku.

“Besok kita ke sini lagi, ya, Pak,” ucap adikku. Sepertinya ia sangat senang bersepeda sore hari bareng Bapak.

“Iya, besok kita sepedaan lagi. Yuk, kita cepat pulang. Pasti Ibumu sudah menyiapkan kolak pisang yang enak buat buka nanti,” ucap Bapak sembari mengambil sepeda. Kami pun segera naik di boncengan dan berpegangan erat dipinggang Bapak.

Bapak mulai mengayuh sepedanya. Wuuussh…roda sepeda berputar sangat cepat saat kami melewati jalanan yang menurun dari arah tanggul. Kupegang pinggang Bapak erat-erat, melindungi adikku yang duduk di tengah. Tangannya melingkar kuat pada pinggang Bapak. Angin bergembus menerpa badan kami. Rasanya sangat mendebarkan, tapi seru.

BERSAMBUNG

Depok, 7 Maret 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post