Lutvi Aprilian Wulandari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

71. Kedasih (3)

71. Kedasih (3)

Aku sudah janji sama suamiku untuk menjenguk Bang Firman siang ini. Kubereskan semua urusan rumah tangga. Nyapu, ngepel, nyuci, sampai memasak semuanya selesai tepat saat jam di ruang tengah menunjukan pukul 10.00.

Aku pun segera mandi dan bersiap-siap. Suamiku sudah siap sejak tadi. Sembari menunggu ia membaca buku di ruang tengah. Anakku sedang asik menonton tv. Kebetulan ini hari libur, jadi semuanya bersantai.

Usai mandi segera aku bersiap-siap. Saat berganti baju dan berdandan, terlahan terdengar lagi suara burung itu. Aku mencoba mengabaikannya.

“Huff, lagi-lagi suara itu. Kenapa sih, burung itu ngga pergi-pergi. Apa dia mau bikin sarang di samping rumah, ya?” batinku.

Tiba-tiba terdengar suara gawai berdering. Rupanya gawai suamiku yang sedang diisi daya di kamar. Kulihat di layar gawai nama Pak Sabar, kakak Bang Firman. Deg. “Ada apa ini?” batinku. Segera kuserahkan gawai pada suamiku.

“Yah, ada telepon dari Pak Sabar. Coba angkat, mungkin kabar tentang Bang Firman,” ucapku sedikit khawatir.

Suamiku segera mengangkat telepon.

“Wa’alaikumussalam, ada apa, Pak Sabar? Saya baru mau ke sana, nih, sama istri,” ucap suamiku. Beberapa saat ia terdiam mendengar jawaban dari Pak Sabar. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun!” teriak suamiku.

Aku segera mendekat, mencoba menguping informasi dari Pak Sabar tentang kondisi Bang Firman. Dari yang kudengar, ternyata Bang Firman baru saja berpulang ke rahmatullah pukul 09.00 tadi.

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,” ucapku lirih. Aku jadi teringat suara burung yang kini sudah tak terdengar lagi. “Ah, mungkin hanya kebetulan saja,” ucapku menepis pikiran aneh yang melintas sejenak.

Kami pun segera mengabarkan informasi itu di grup whatsapp RT. Ucapan duka cita muncul silih berganti. Pak RT pun segera mengerahkan para tetangga untuk membantu mempersiapkan semuanya. Mereka mendirikan tenda di depan rumah Bang Firman dan membersihkan bagian dalam rumahnya.

Pukul 13.00 jenazah Bang Firman tiba. Para tetangga dan sanak saudara mulai berdatangan mengucap duka cita. Kulihat ayah Bang Firman yang biasa tinggal berdua dengan begitu terpukul. Sesekali ia menyeka air mata yang terus mengalir sembari menyalami para tamu yang hadir silih berganti. Kini buah hatinya itu telah pergi untuk selamanya.

Usai disholatkan di masjid kompleks, tepat pukul 14.00 jenazah Bang Firman dikuburkan. Cukup banyak tetangga dan kerabat yang mengantarnya ke peristirahatan terakhir. Suamiku pun turut mengantarnya.

***

Suara burung kedasih kembali terdengar jelas menjelang maghrib usai pemakaman jenazah Bang Firman. Suara itu terus saja melengking-lengking di kebun samping rumah hingga seminggu berturut-turut. Terkadang menjelang manghrib hingga isya. Terkadang juga pagi-pagi. Pokoknya sering sekali suara itu muncul akhir-akhir ini. Aku mulai terbiasa dengannya.

Hari ini, tepat seminggu setelah kepergian Bang Firman.

Pagi-pagi, seperti biasa aku menyapu halaman dan menyirami tanaman hias di depan rumah. Kulihat pagar rumah Bunda Azmi yang bersebelahan dengan rumah Bang firman, terbuka. Kudengar suara mobil dinyalakan. Sepertinya Keluarga Bunda Azmi akan pergi.

“Kemana mereka pagi-pagi begini,” batinku.

Saat mobil keluar dari rumah, kulihat hanya Bunda Azmi dan suaminya yang ada dalam mobil. Raka, anak pertama mereka yang menutup pintu pagar. Mobil pun berhenti sejenak saat melewati rumahku. Pak Arka, suami Bunda Azmi, menurunkan kaca mobilnya.

“Bunda, nitip rumah dan anak-anak, ya! Ada neneknya juga sih, di rumah. Saya antar istri dulu ke rumah sakit. Sepertinya sudah mau lahiran ini,” ucapnya. Kulihat Bunda Azmi yang duduk di depan tersenyum padaku. Lebih tepatnya meringis. Sepetinya ia menahan sakit. Tangannya mengelus-elus perut yang sudah makin membesar.

“Oh, iya. Iya, Pak! Tenang saja, nanti saya cek anak-anak dan neneknya. Mudah-mudahan lancar, ya, persalinannya,” ucapku.

“Terima kasih, Bu! Saya pamit, ya!” ucap Pak Arka. Ia pun segera menutup kaca mobil dan segera melaju.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post