Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web
GAMELAN DEGUNG DENGAN SEJUTA MAKNA

GAMELAN DEGUNG DENGAN SEJUTA MAKNA

GAMELAN DEGUNG, DENGAN SEJUTA MAKNA

#TantanganGurusiana

Hari ke-14

Gamelan Degung, merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Dibandingkan dengan gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Timur atau Bali, gamelan Degung ini memiliki bebrapa persamaan mungkin karena wilayahnya berdekatan.

Gamelan Degung ini pada umumnya memiliki titi laras atau tangga nada yang disebut pelog dan madenda.

Laras pelog biasanya untuk lagu-lagu klasik degung disebut ‘Lagu Ageung’ misalnya, Ayun Ambing, Palwa, Paksi Tuwung dan banyak lagi. Laras Pelog ini juga dapat digunakan untuk mengiringi lagu-lagu lainnya yang mempunyai patokan yang disebut ‘Lagu Alit’, misalnya Catrik, Kulu-kulu, Rancag, Jipang Lontang, Jipang Prawa dan banyak lagi.

Sedangkan untuk laras Madenda, disebut Madendaan biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pop sunda, yang biasa juga diiringi oleh alat musik modern (Band).

Adapun gamelan yang dimiliki Jawa Barat lainnya adalah gamelan Salendro yang biasa digunakan mengiringi ‘Wayang Golek, atau Tarian Jaipongan. Cara sinden (penyanyi) lagu-lagu salendro lebih memiliki kemiripan dengan Tembang Jawa yang melengking dan ‘khas’ . Berbeda dengan cara Juru Kawih (penyanyi) lagu Degung yang cenderung lebih lembut.

Lagu-lagu Degung pada umumnya berasal dari ‘Guru Lagu’ yang disebut Pupuh, terdiri dari 17 jenis Pupuh. Menurut para tokoh Musik Tradisional Sunda, bahwa seorang Juru Kawih, belum disebut sebagai Juru Kawih yang profesional, bila belum belajar Pupuh.

Gamelan degung pada umumnya terdiri dari, Bonang, Saron, Panerus, Jenglong,Kendang dan Goong.

Terkadang juga dilengkapi dengan Kecapi, Suling dan Rebab.

Dari berbagai macam Gamelan Degung ini, dapat kita perhatikan bahwa masing-masing alat musik ini memiliki filsafat yang berbeda-beda.

Diawali dengan Rebab. Rebab adalah alat musik gesek yang memiliki dua buah senar. Filsafat yang terkandung di dalamnya adalah dua kalimat Syahadat, yang merupakan komitmen umat Islam dalam mempercayai keberadaan Allah dan Nabi Muhammad. Bunyi Rebab, mirip dengan kata, teang, teang... dalam bahasa Sunda berarti carilah.

Apa yang harus dicari, dijawab oleh Saron, nyaeta saran anu hade, artinya saran/pendapat/ilmu yang baik.

Kemudian dijawab oleh Bonang, lamun geus meunang saran anu hade, pek cekel sing beunang, artinya, bila sudah mendapatkan saran/ilmu yang bagus, peganglah erat-erat, jangan sampai lepas.

Jeung lamun arek ngalengkah, kade memeh ngajleng kudu dipelong, begitu kata Jenglong. Artinya kalau mau melakukan sesuatu hendaknya difikirkan masak-masak.

Kade urang ulah poho ka Indung Bapa, begitu kata kendang, blangdung bangpak.. artinya awas jangan lupakan jasa-jsa orangtua/ berbaktilah kepada orang tua.

Karena kita semua nanti akan kembali ke Yang Maha Agung...gung kata Goong.

Selain alat musik yang disebutkan tadi, masih ada kecapi dan suling.

Kecapi memiliki 20 buah senar/ kawat melambangkan 20 sifat-sifat Allah yang harus diketahui oleh manusia.

Suling, supaya eling memiliki bentuk seperti alif atau satu. Artinya kita harus beriman kepada Allah yang Esa. Suling degung memiliki enam lubang dengan lima buah nada. Yang melambangkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.

Lima buah nada yang dimaksud adalah : Da Mi Na Ti La.

Da artinya umat Islam harus memegang teguh dua kalimat Syahadat

Mi artinya Migawe Sholat Lima Waktu, mengerjakan Sholat lima waktu.

NA artinya dari kata Nu Aya, kudu ngaluarkeun zakat, atau yang mampu harus mengeluarkan Zakat sesuai dengan aturannya

Ti artinya tirakat atau Puasa wajib yaitu pada bulan Ramadhan

La artinya Lamun Aya, aya pakaya jeung aya tanaga jika mampu, baik secara finansial untuk ongkosnya dan mampu secara fisik yaitu sehat, wajib menjalankan Ibadah Haji ke Tanah Suci

Demikianlah sedikit ulasan mengenai kekayaan budaya Sunda dan kemampuan nenek moyang kita dalam menyampaikan pesan. Semoga dengan demikian kita semua semakin mencintai budaya sendiri dan menjaga nilai luhur yang terkandung di dalamnya, serta melestarikan keberadaannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bun...

17 Feb
Balas

Keren abis...

16 Feb
Balas



search

New Post