Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan pil PCC yang telah membuat puluhan anak dan remaja di Kendari mendadak harus memenuhi rumah sakit . Mereka ternganggu kesadaran dan kejang-kejang. Kabarnya mereka hanya menelan satu butir pil PCC. Yah ! satu butir saja sudah membuat mereka harus berurusan dengan nyawa. Menyeramkan!!

Apa sih pil PCC ? Begitu dahsyatnya sehingga hanya menelan sebutir saja nyawa taruhannya.

BNN menjelaskan bahwa PCC adalah Paracetamol, Caffeine dan Carisoprodol. BNN juga menjelaskan bahwa PCC ini bukan narkoba, namun sejenis pil penghilang rasa sakit. Obat ini diperuntukkan bagi penderita jantung. Jika dikonsumsi terlalu banyak berakibat mual-mual, kejang-kejang dan terasa sakit seluruh badan. Secara medis jenis obat ini tidak boleh dijual bebas. Faktanya, obat ini telah beredar.

Senin, 18 September 2017 telah dilakukan penggerebekan di sebuah gudang penyimpan pil PCC di Jl. Kihapit Timur Leuwigajah Cimahi Selatan. Jarak antara gudang dengan tempat tinggalku hanya 2 Km saja. Setiap hari gudang yang tampak tak berpenghuni itu dilalui warga. Bukan tempat yang terpencil pula.

Berdasarkan informasi dari media massa, gudang yang di Cimahi itu salah satu gudang penyimpanan terbesar. Terbukti dari hasil penggerebekan ditemukan kurang lebih 2 ton bahan pembuat pil PCC.

Astagfirullah… selama ini bahaya itu hadir di sampingku. Ancaman itu ada di pelupuk mataku, namun semua orang tidak menyadarinya. Terdapat banyak anak kecil di komplek itu. termasuk anak-anakku. Bagaimana jika orang-orang biadap itu memberikan anak-anak sebutir pil saja untuk ditelan. Tiiidaaak….!!!!!

Miris, ngeri jika mengingat bahwa aku tidak bisa setiap saat mendampingi anak-anakku. Siapa orang yang telah dengan tega ingin menghancurkan generasi emas, penerus bangsa.

Gusti Pengeran…Hukumlah orang yang telah dengan tega ingin membuat bangsa ini hancur. Hanya Engkau yang bisa menghukum.

Gusti Pengeran… lindungilah anak-anak tak berdosa, lindungilah anak-anaku, lindungilah negeri ini. Negeri yang aku cintai. Negeriku Tumpah Darahku.*

Cimahi, 22 September 2017