KUPAT

Pulang Bimtek Literasi Menulis. Kulangkahkan kaki ini ke pasar Baros Cimahi. Berharap masih ada penjual bungkus ketupat. Kudapati bapak tua penjual bungkus ketupat menggelar dagangannya di pinggir jalan. Persis di sebelah warung padang. Berapa seikat Pak? Delapan ribu Neng. Entah itu murah atau mahal aku tak tahu. Yang jelas daripada bikin repot ya sudah beli saja. Sempat teringat wejangan dari seseorang. Aku sendiri lupa dimana aku mendapat wejangan itu. Mohon maaf mengutip. Jangan menawar kalo yang jualan orang kecil. Untungnya gak seberapa. Beli aja.

Kulanjutkan perjalanan pulang ke rumah dengan naik angkot. Di angkot aku berfikir. Kenapa kupat hanya ada di hari raya ya? Ini ndak ada hubungannya dengan penjual kupat tahu petis yaa…. Kupat. Apa maknanya kupat. Aku cari di mbah google ternyata arti kupat adalah Ngaku Lepat. Artinya mengakui kesalahan. Trus kenapa bungkusnya janur? Ya iyalah… Kalo bungkusnya daun namanya lontong.

Dari mbah google juga kuperoleh alasan kenapa dibungkus janur. Dalam bahasa arab ditulis Jaa a al nur artinya telah datang cahaya. Lha kenapa juga pasangan makan kupat kok opor. Bukan jangan bening. (jangan dalam bahasa jawa artinya sayur). Begini… opor itukan pakai santen. Santen dianalogikan dengan nyuwun pangapunten. Jadi itulah alasan kenapa kupat ada di hari raya. Begini kesimpulannya, setelah bulan ramadhan pasti akan datang cahaya terang. Cahaya kemenangan. Semua orang ingin melebur kesalahan dengan saling bermaaf-maafan.Sampun nggih... Kupat jangane santen menawi lepat kulo nyuwun pangapunten…

Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H