MEMELIHARA TRADISI ZIARAH KUBUR
JURU KUNCI MAKAM YANG LAYAK DITIRU Oleh : Lukman Nur Hakim Tulisan yang saya goreskan untuk pembaca, bermaksud hanya ingin berbagi cerita saja, karena menurut saya, sangat layak untuk disampaikan dan ditiru. Sehingga saya hanya berharap mudah-mudahan ada manfaatnya. Khususnya bagi yang ingin mengingatkan juru kunci makam atau aparatur pemerintah yang ada di desa, agar dapat merawat tempat pemakaman dengan baik, rapi, bersih, dan tidak terkesan menyeramkan. Ada beberapa hal yang saya temukan di areal pemakaman, ketika berziarah ke makam orang tua istri, yang ada di Desa Tendas, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Kami menyebutnya "mudik nyekar" pada lebaran tahun 1440 H. Tempat peristirahatan terakhir di dunia, bagi masyarakat kampung di desa tersebut, bukanlah makam yang dikelola oleh pemerintah, ataupun keluarga. Namun pemakaman untuk umum dan tidak dikenai biaya apapun bagi yang akan dimakamkan disitu. Hanya tradisi masyarakat sajalah, yang kadang memberi sedekah atau tip untuk penjaga makam yang telah merawat makam orang tua atau saudaranya. Beberapa hal, yang mungkin dapat ditiru, oleh para juru kunci makam lainnya. Atau juga para pembaca, yang kebetulan kenal akrab dengan juru kunci di daerahnya, untuk balajar atau meniru juru kunci makam yang saya temui. Lebih khusus lagi untuk para pemimpin atau yang akan memimpin karena baru diberi amanat untuk memimpin. Agar dapat meniru gaya kepemimpinan pengelola makam dalam cerita yang saya tulis di bawah ini. Memang pada saat saya sampai di makam, untuk ziarah ke orang tua pada tahun1440 H ini, tidak bertemu dengan juru kunci makam, seperti ziarah pada tahun sebelumnya. Namun kebutuhan untuk para peziarah sudah disediakan oleh juru kunci makam yang disimpan di pintu masuk makam. Sepertinya juru kunci makam, sudah hafal betul dengan apa yang dibutuhkan oleh para peziarah. Sehingga para peziarah yang kebetulan lupa membawa peralatan atau bacaaan yang akan dibaca saat berziarah sudah disediakan oleh juru kunci makam. Hal ini dimaksud agar membuat para peziarah terasa nyaman dan khusus dalam mendoakan orang tua maupun saudaran di kuburnya. Ada beberapa hal yang difasilitasi oleh juru kunci makam untuk menyambut peziarah agar tenang dan nyaman, yang menurut saya selayaknya perlu ditiru. Pertama, juru kunci makam menyediakan sumur timba beserta perangkat seperlunya. Air sumur ini biasa untuk bersuci maupun membersihkan badan setelah berziarah atau untuk para penggali kubur yang setelah membuat galian menguburkan mayat. Tentunya air yang disediakan di ambil dari sumur yang digalinya di dekat pintu masuk makam. Sehingga sebelum memasuki makam bisa bersuci dulu dari air yang disediakan oleh juru kunci makam. Kedua, dipintu masuk makam juru kunci menyediakan beberapa sapu lidi yang barangkali ada para peziarah yang ingin membersihkan makam, ditempat yang ingin diziarahi. Namun menurut saya, saat berziarah ke makam saat itu dalam kondisi bersih, kemungkinan sudah dibersihkan terlebih dahulu oleh juru kunci makam, karena kata adik saya, juru kunci makam tersebut sering membersihkan makam, setiap pagi maupun sore. Sehingga setiap saat makam terlihat bersih. Ketiga; menyediakan tempat duduk pendek (Jawa : dingklik) (Brebesan : jengkok) untuk duduk para peziarah ketika berada di depan pusaran makam yang akan diziarahi. Jengkok yang disediakan oleh juru kunci makam memang dibuat dari kayu kecil dan kokoh. Sehingga para peziarah duduk di samping kubur yang diziarahi terasa nyaman. Bagi saya jengkok tersebut sangat bermanfaat karena ketika jongkok enggak ada tempat duduknya membuat cepat capai dan ketika bangun kepala terasa pusing. Apalagi bagi yang sudah berumur dengan postur tubuh yang sudah membesar, jongkok juga menjadi masalah tersendiri. Keempat, disediakan buku tahlil atau yasin, yang ditempatkan di rak khusus di pendopo masuk gerbang makam, yang tertata dengan rapih. Penataan buku yasin mapun tahlil yang tertata rapih, dapat diindikasikan juru kunci makam orangnya baik dan benar-benar memelihara makam tidak hanya fisiknya semata. Ketersediaan buku yasin maupun tahlil, barangkali peziarah mau membaca yasin atau tahlil, di pusaran makam orang yang banyak berjasa dalam hidupnya, dapat difasilitasi. Menghadiakan pahala dari setiap bacaan Al-Qur'an maupun tahlil di makam, sudah menjadi tradisi masyarakat di desa maupun di kota. Sehingga bila peziarah ingin membaca surat Yasin sudah tersedia. Kelima, tersedia tempat parkir yang representatif, dengan kondisi para peziarah kubur yang sekarang tidak hanya berjalan kaki semata, namun sebagian masyarakat ada yang naik sepeda ontel maupun motor, bahkan pakai mobil. Hal ini dimungkinkan ada para peziarah yang datang dari luar kota, semisal saya dan keluarga yang setiap saat ketika bersilahturahmi ke orang tua, menyempatkan waktu untuk ziarah. Tersedianya tempat parkir yang luas, aman dan nyaman membuat para peziarah mendapatkan fasilitasi yang nyaman bagi para pengendara kenderaan, baik roda dua maupun lebih. keenam, adanya bangunan pendopo kecil untuk beristirahat atau berkumpul ketika mau menuju atau istirahat dari makam. Pendopo ini juga, kadang menjadi tempat berteduh dan ngobrol sesama peziarah, yang dari berbagai daerah dan baru ketemu saat dimakam. Sebagai catatan terakhir dalam ziarah kubur untuk dapat menjadikan pedoman adalah sebagai berikut; Ziarah kubur merupakan sunah untuk mengingatkan manusia pada kematian. Dan salah satu bentuk anak tetap dapat berbakti kepada orang tua sepeninggal mereka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata, بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ». “Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Ada juga Hadits Nabi, إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ “Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim) Hadits lain tentang berbakti kepada orang tua yang meninggal sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا “Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari). Secara sederhana ada beberapa cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal; Pertama mendoakan keduanya, sebagaimana hadits Nabi “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim, no. 1631) Kedua, memohon ampunan untuk keduanya, hal ini sesuai dengan sebuah hadits qudsi, “ ….. diangkat derajat seorang yang sudah mati, kemudian berkata, “Ya Rabb, apa (penyebab) ini?”, kemudian Allah menjawab, “anakmu memohonkan ampun untukmu”. Ketiga, melunasi hutang keduanya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ruh seorang yang beriman tergantung dengan hutangnya, sampai dilunasi hutangnya”. (HR. Tirmidzi). Keempat, menuntaskan nadzar, kafarat, wasiat dan janji yang sebelum terpenuhi. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW, lalu dia berkata, “Sesungguhnya ibu saya telah bernazar melakukan haji, dia meninggal sebelum melaksanakan nadzar hajinya. Apakah boleh melakukan haji menggantikannya?” Nabi menjawab, “Lakukan haji untuknya”. (HR. Bukhari) Kelima, menjaga silaturahmi serta menghormati keluarga orang tua yang sudah meninggal. Hal ini juga sesuai hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Sesungguhnya suatu hal yang paling berbakti ialah silaturahim seorang anak kepada kerabat yang mencintai Ayahnya”. (HR. Muslim) Keenam, berziarah kemakam (kubur) keduanya, selain mendo’akan dan membacakan Al Qur’an (yasin), juga dapat membersihkan dan merawat kondisi makam seperti menyapu, mencabut rumput-rumput liar yang mengganggu, dan memperbagus makam. Ketuju. menjadi anak yang shalih, cara terakhir inilah yang merupakan inti dari 6 poin yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas. Mengapa demikian? Karena apabila kita merupakan anak yang shalih, maka sudah dapat dipastikan bahwa kita akan melakukan semua (6 poin) yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas. Anak yang shalih dipastikan akan mengetahui apa kewajibannya terhadap orang tua, yaitu berbakti. Meskipun kedua orang tuanya sudah meninggal, ia akan tetap berbakti kepada mereka dengan cara melakukan keenam cara di atas karena itu adalah kewajibannya sebagai seorang anak. Teruslah berusaha melakukan hal yang terbaik untuk mencapai RodhoAllah, salah satunya dengan cara berbakti kepada orang tua. Sebagaimana kita tahu bahwa keridhoan Allah bergantung kepada keridhoan orang tua. Oleh karena itu, tetaplah berusaha untuk selalu berbakti sebaik mungkin kepada orang tua, terlepas mereka masih hidup atau sudah meninggal sekalipun. Wallahu 'alam bishowab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar