LUFTIA HANIK

Lahir di kota Wali Demak Jawa Tengah sebuah Kota Religius yang santun. Domisili di kota Semarang. Suami asal Malang. Berputra 2 anak, si sulung lulusan sarjana...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA KABUR MENJADI SOLUSI

KETIKA KABUR MENJADI SOLUSI

Mengenyam pendidikan merupakan hak siswa sekaligus kewajiban dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Namun kenyataannya beberapa siswa ada yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Mereka masih belum berpikir jauh apa akibat dari tindakannya tersebut.

Dalam perkembangan matematika seorang siswa, ketakutan menjadi salah satu hambatan utamanya. Siswa menjadi gelisah Karena ketakutannya itu. Dan untuk menghilangkan penyebab munculnya ketakutan tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Rasa takutnya terhadap matematika menjadi faktor utama siswa untuk menghindarkan diri dari mempelajari matematika. Siswa yang ketakutan terhadap matematika akan menunjukkan berbagai macam respon emosional jika dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan angka-angka. Ketakutan terhadap matematika merupakan reaksi psikologik terhadap pikiran untuk mengerjakan matematika.

Kabur / bolos sewaktu pelajaran sudah tidak asing lagi bagi sebagian kalangan siswa. Kabur atau meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga kita. Namun tetap saja mereka melakukannya meski sudah mendapat teguran beberapa kali. Alasan yang pernah mereka sampaikan, diantaranya karena tidak suka dengan gurunya yang mengajar. Kata mereka gurunya suka marah-marah, galak, seram dan membuat siswa takut. Akibatnya mereka sulit menerima pelajaran matematika. Ada pula muncul rasa enggan di benak sebagian siswa yang tidak suka matematika, karena yang dihadapinya berupa angka-angka yang abstrak sehingga membuatnya bingung.

Diantara mereka para siswa, bolos ini adalah hal yang telah mereka rencanakan. Siswa lebih memilih untuk meninggalkan kelas daripada harus mengikuti pelajaran matematika. Jadi para siswa yang punya karakter demikian itu menganggap sepele, namun hal ini sangat di sayangkan. Terkadang mereka sampai harus berlari-lari manakala ketika bersembunyi jika ada guru yang melihatnya. Padahal guru tersebut tidak tahu duduk permasalahannya. Kebetulan saja guru tersebut lewat. Jadi pikiran dan perasaan siswa tersebut menjadi tidak tenang. Takut jika kepergok.

Beberapa siswa seringkali begitu tegang ketika menghadapi pelajaran matematika. Tak heran pula saat pelajaran berlangsung, ada saja alasan-alasan siswa yang tidak menyukai matematika ini. Alasannya pun seperti dicari-cari. Ada yang ijin ke kamar mandi sampai waktu pelajaran habis. Ada pula yang ijin sakit dan berlama-lama di UKS (Unit Kesehatan Siswa). Bahkan ada yang dengan sengaja sembunyi di kantin dengan alasan lapar, karena belum makan. Bersembunyi di perpustakaan juga merupakan tempat incaran mereka. Malah ada siswa yang beralasan solat di masjid, tetapi hingga akhir pelajaran tidak kunjung tiba. Beberapa siswa lain yang menjadi aktifis OSIS, menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan. Aktifis rohis masjid yang sering terlambat karena sibuk mengurusi kotak amal. Demikian pula yang karena kegiatan ekstrakurikuler.

Ketidak sukaan siswa pada pelajaran matematika dan mencoba untuk kabur / meninggalkan jam pelajaran, jelas ini menunjukkan indikasi yang tidak baik. Dengan berbagai macam alasan , siswa menjadi resah dan tidak tentram hatinya. Dari kegelisahan dan rasa tidak nyaman ini, akibatnya mereka melanggar peraturan tata tertib sekolah. Siswa yang tidak suka pelajaran matematika, akhirnya makin memperparah keadaannya sendiri. Akibatnya mereka sulit menerima pelajaran matematika. Dan ini bukan jalan keluar yang benar.

Kegelisahan atau ketakutan pada pelajaran matematika bisa juga disebabkan oleh pengalaman negative. Mungkin siswa pernah mendapat hukuman karena salah menyelesaikan soal – soal matematika. Pengalaman traumatic akan selalu membekas di benak mereka. Jika hal ini terjadi maka kita sebagai guru harus dapat mengembalikan siswa untuk berpikir positif. Sampaikan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadi suatu kebutuhan.

Alasan Siswa sakit, ada saudara yang meninggal, ibu / saudara yang sedang sakit, ban roda sepeda motor yang kena paku adalah yang paling sering mereka jadikan sebagai alasan. Karena ada tugas / PR (Pekerjaan Rumah ) dari guru, yang belum diselesaikannya maka mereka pilih menghindar. Mereka takut mendapat hukuman. Seperti sudah direncanakan Karena siswa tidak siap menghadapi hukuman.

Ada pula siswa yang mengeluh kalau matematika itu pelajaran yang membingungkan mereka. Rumusnya banyak, maka hafalannya juga makin banyak. Hitungannya pun rumit dan njlimet. Para siswa lebih senang mengandalkan kalkulator / alat penghitung digital yang mereka anggap lebih praktis tanpa berpusing-pusing. Karena siswa tidak tahan, akhirnya siswa lebih memilih minta ijin keluar untuk menenangkan diri daripada makin pening. Hem…ada-ada saja siswa ini. Memang tak dapat dipungkiri bahwa kesulitan siswa bukan karena tidak bisa, tetapi ada beberapa titik pelajaran matematika itu sudah sulit mereka terima.

Berbagai alasan memang sering dicari-cari siswa, malah ada siswa yang nekad tidak masuk sekolah. Mereka lebih memilih berkeluyuran di jalanan, di tempat bermain PS ( Play Station ), di tempat keramaian sambil mengenakan seragam sekolah, berada di warnet (warung internet). Hanya Karena jam pertamanya matematika.

Matematika di jam terakhir ? Wah…ini makin parah lagi buat siswa yang tidak suka pelajaran matematika. Ngantuk, lapar, bosan dan ingin segera sampai rumah. Siswa yang sudah dalam kondisi seperti itu tidak akan konsentrasi lagi dalam menerima pelajaran. Pikiran sudah melayang-layang. Ingin pelajaran matematika segera berakhir. Sebagian ada yang merebahkan kepala di meja, ada pula yang mengekspresikan menguap terus pertanda ngantuk. Macam-macam gaya mereka. Dalam kondisi seperti itu, diberi dengan metode dalam bentuk yang menarikpun, para siswa ini sudah tidak berminat lagi hanya numpang lewat saja. Apalagi memberikan tes di jam terakhir, bisa dipastikan hasilnya tidak akan memuaskan. Hem…tragis sekali. Pada akhirnya, guru sendiri yang dibuat repot.

Dapat dipahami, bahwa siswa yang kurang minat dalam pelajaran matematika, dengan model apapun jika dipaksa kiranya akan sulit untuk menerima. Ada siswa yang pernah menyampaikan hal tersebut, lebih baik mempelajari bidang ilmu lain yang lebih cocok, santai, yang bisa membuat mereka nyaman dan lebih mudah memahaminya. Dari pada harus berpusing-pusing menghadapi pelajaran matematika. Mereka bahkan mengatakan lebih baik jadi sineas dari pada harus jadi ilmuwan. Rasa apriori yang berlebihan terhadap matematika ini, tidak dapat dibiarkan begitu saja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post