LUFTIA HANIK

Lahir di kota Wali Demak Jawa Tengah sebuah Kota Religius yang santun. Domisili di kota Semarang. Suami asal Malang. Berputra 2 anak, si sulung lulusan sarjana...

Selengkapnya
Navigasi Web
KEMANA PERGINYA HATI NURANI...

KEMANA PERGINYA HATI NURANI...

Malam itu Minggu 2 Juli 2017 pukul 22.00, aku suami dan si bungsu antar si sulung ke bandara Ahmad Yani Semarang yang akan pulang ke Jakarta karena harus masuk kerja esok harinya. Si sulung mendapat flight terakhir.

Sesampai di bandara, suami dan si bungsu menemani si sulung sambil membawa kopor dan oleh-oleh. Aku tidak turun karena agak ngantuk. Tak lama setelah aku sendirian di modil, ada sebuah insiden yang membuatku kaget dan terkesima.

Awalnya dari dalam mobil sayup-sayup aku mendengar ada pembicaraan antara seorang anak muda dan orang yang sudah tua, mereka bagaikan kakek dan cucunya. Aku memang kurang memperhatikan apa yang mereka bicarakan karena jarakku dengan mereka terpisah jalan sekitar 20 meteran. Namun pembicaraan mereka makin lama makin keras dan tegang. Setelah kuamati dan kudengar meski sambil ngantuk ternyata masalahnya karena bagian belakang mobil si anak muda agak sedikit lecet dan menuduh bahwa kakeklah yang menubruk dari arah belakang mobil si anak muda. Namun si kakek membela diri karena dirinya merasa sejak tadi diam tidak menghidupkan mesin mobil karena mau menjemput seseorang. Pembicaraan mereka makin menjadi-jadi karena si anak muda tetap bersikeras bahwa kakek telah menubruk mobilnya hingga lecet. Nampak si anak muda makin emosi karena sang kakek membela diri merasa tidak melakukannya. Hingga pada akhirnya, si anak muda tersebut teriak-teriak seperti orang kesetanan sambil memukul kepala sang kakek untuk mengaku dan menggantinya. Tetapi sang kakek sampai minta ampun-ampun tetap pada pendiriannya. Akhirnya sambil berkacak pinggang penuh amarah, si anak muda yang sombong tadi menghampiri kakek sambil menarik bajunya. ’Ayo segera ganti !’ teriaknya. ‘Saya sopir mas…saya gak punya uang…saya hanyalah orang miskin…’ pinta sang kakek dengan nada menghiba. ’ Kalau begitu kamu harus minta maaf sama saya !’ teriaknya lagi sambil menunjuk kakinya. Spontan sang kakek langsung memenuhi keinginan si anak muda meminta maaf dengan mencium kakinya. Suasana di sekitar kejadian memang sepi karena sudah tidak banyak penumpang dan mobil. Dari kejauhan aku memandang kejadian itu tanpa berkedip melongo dan gak habis pikir, sebegitu marahnya si anak muda itu hanya karena mobilnya lecet. Aku makin tertegun saat sang kakek mencium kakinya, si anak muda masih memberi tamparan ke kepala kakek. Aku yang saat itu masih kondisi mengantuk, tanpa sadar air mataku pun meleleh membasahi pipi. Subhanallah…Bibirku bergetar…aku baru tersadar, antara kaget, heran dan berkecamuk berbagai macam perasaan melihat kesewenang-wenangan anak muda itu. Aku menjadi geram dengan kondisi itu. Ku tengok kanan kiri mobilku mau minta pertolongan siapa saja untuk sang kakek. Kemudian, kulihat ada seorang sopir taxi sambil mendekati tempat kejadian. Ternyata dia sempat ikut melihat kejadian tersebut dan mengatakan bahwa sejak tadi sang kakek belum menghidupkan mesin mobilnya. Jadi sebenarnya si anak mudalah yang mundur tanpa sadar dan karena kondisi gelap maka dia tidak merasa. Orang-orang di sekitar mulai ramai berdatangan menghampiri kakek yang masih termangu. Namun si anak muda dengan sigap langsung masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi dengan sombongnya. Sepeninggal anak muda tersebut, sang kakek lalu menceritakan kronologis kejadian dengan terbata-bata kepada beberapa orang yang mendekatinya.

Saat itu pula suami dan si bungsu pas datang. Akupun masih tertegun dengan kejadian tersebut. Kemana perginya hati nurani si anak muda tadi ? Sebegitu jahatnya dia memperlakukan sang kakek dengan tanpa perasaan hanya karena mobilnya lecet. Hatinya dibutakan oleh materi tanpa belas kasih. Kesombongan telah menguasai dirinya. Padahal jikalau matipun harta tak akan dibawanya….

Ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk para orang tua agar mendidik anak-anaknya untuk tidak mendewa-dewakan materi, membekali dan meneladani anak-anak dengan didikan yang santun dan beradab. Tidak mengedepankan emosi dan nafsu manakala muncul hal yang tidak nyaman. Menghormati orang lain apalagi yang lebih tua. Mengajarkan pada anak-anak agar tidak menjadi orang yang sombong, tetap rendah hati dan bisa menjaga diri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Klo ingat sy ikt miris dg sikap anak muda itu pak...

07 Jul
Balas

makasih bunsay...

07 Jul
Balas

iya bun...makasih njih..

07 Jul
Balas

Yang bisa saya ucapkan adalah astagfirullah. Semoga Allah membuka hati anak muda. Memberi hidayah pada peristiwa lain yang membuatnya mengingat peristiwa tersebut.

07 Jul
Balas

Astagfirllahal adziim, hiks kasihannya si kakek.

07 Jul
Balas



search

New Post