Serpihan Hati Srikandi
Di sudut malam nan sunyi Srikandi duduk terdiam hening mencekam. Sendiri, sunyi, tanpa suara. Anak-anak sudah tertidur pulas, wajah lugu dipandangi satu persatu dari sudut ia terduduk. Tanpa ia sadari buliran bening itu luruh juga setelah membakar bola matanya yang ia coba menahannya sedari tadi. Ingin rasanya ia memekik beban jiwa nya begitu berat, namun semua harus tertahan dan hanya mampu terdiam.
Srikandi wanita anggun yang penuh kelembutan dan tetap teguh pada prinsip hidup yang tertanam dalam jiwanya. Kini Srikandi sendiri tanpa sandaran dan penopang hidupnya. Jalan pahit yang harus ia pilih demi kebahagian putra-putrinya. Perpisahan itu telah meninggalkan luka yang menganga tanpa sisa. Tidak mudah perjalanan hidup yang harus ia hadapi sendiri, godaan silih berganti namun dengan tegas dan tegar ia mampu menangkis nya satu persatu. Hatinya terkunci rapat, dan terkubur dalam-dalam, ia tidak ingin terluka kembali, oleh karena itu ia begitu sangat hati-hati.
Suatu ketika hadir pada nya seorang pria yg bersahaja, teduh, tutur katanya begitu lembut. Srikandi masih juga mengubur hati nya tanpa membuka sedikit pun juga. Namun pria itu perlahan-lahan mampu membuka hati yang telah ia kunci begitu rapat-rapat. Srikandi terlena oleh kalimat kesungguhan pria tersebut bahwa akan menghalalkannya. Masih dengan hati-hati Srikandi belum bisa membuka hatinya secara utuh. Pria itu bagaikan lentera bagi Srikandi yang hening, sunyi dalam kegelapan. Semburat wajah penuh harap dan mimpi-mimpi kembali hadir menyeliputi hati Srikandi. Ia mulai kembali menorehkan harapan dan mimpi yang akan ia ukir. Srikandi begitu sangat berharap bahwa pria yang hadir padanya adalah malaikat yang Allah kirimkan untuknya.
Srikandi begitu terpesona dan mulai terbuai oleh mimpi yang telah dirangkai nya bersama malaikatnya. Ia bersikeras untuk menjadi wanita yang lebih baik, yang akan takzim pada imamnya, karena belajar dari mimpi buruk yang pernah ia alami. Ia akan mengubah segalanya, ia bahkan siap menyerahkan segala jiwa raganya untuk seorang imam yang didambanya. Sosok yang Srikandi impikan ada dalam malaikat yang hadir padanya. Meskipun Srikandi belum terlalu lama mengenalnya, tapi Srikandi begitu yakin dan percaya pada malaikatnya.
"Srikandi, bawa aku pada orang tuamu jika nanti sudah pada waktunya ya? " (Ungkap malaikat Srikandi). Saat itu Srikandi masih ragu akan kesungguhannya. Namun ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Menilai kembali, apa yang telah terjadi dalam perjalanan itu. Meskipun tanpa bersua dan bertatap muka, hanya melalui WA. Keyakinan itu dengan susah payah ia bangun, agar ia mampu kembali bangkit dan mengukir mimpi.
Namun, perlahan keyakinan yang telah begitu sulit ia bangun, sedikit demi sedikit harus ia runtuhkan kembali. Srikandi terduduk diatas sajadah, menangis, meraung tanpa ujung hampir setiap malam tak pernah ia tinggalkan di sepertiga malam hanya untuk mengadukan hatinya yang kembali rapuh, kembali terluka. Srikandi kembali tak berdaya, kembali sakit dan lebih sakit. Ternyata lentera yang menjadi harapan pelita hidupnya harus padam perlahan-lahan. Malaikat yang ia impikan harus kembali terbang menghilang bersama gelap sunyi malam tanpa pesan sepatah katapun. Malaikatnya kini telah pergi, kembali pada pemiliknya. Srikandi hanya mampu tersungkur, membisu, dan hanya air matanya yang mampu berbicara.
Sudut sunyi tempat Srikandi terduduk membisu kini semakin sunyi senyap menemani keheningan hatinya yang semakin luluh lantah berkeping-keping. Putra-putrinya nya lah saat ini sebagai penguat jiwa dan raganya agar tetap kuat dan tegar menghadapi semuanya. Srikandi pun perlahan-lahan kembali menutup hatinya, kembali menguburnya dalam-dalam. Ia beranjak dari duduknya berjalan mengambil air wudhu mebasuh wajahnya yang sayu, dan kemudian ia memilih meluapkan segala dukanya pada Sang Pemilik Jiwa raganya.
Kinali, 23032021
#4uRd
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Salam literasi juga pak... Terimakasih
Salam literasi bunSemoga bunda berkenan singgah di gurusiana saya CINTA BUKU. Mohon dukunganya . Lagi ikut lomba
Salam literasi juga bu... Iya bu, semoga sukses...