Lista Yosefa

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Gunung Talang Kabupaten Solok ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Diary Marisa (Cerpen bagian-8 TG- 30)

Diary Marisa

(Cerpen bagian-8 :TG- 30)

“Anton, dengarkan saya bicara, ini Uda Zaini kamu. Kakak kamu, dusanak kamu, dan kita sama-sama dibesarkan dengan hasil tanah yang sama dan dari keturunan buyut yang sama. Buka hatimu, bawa “Aso paresomu”,” lanjut Uda Zaini.

“Uda, andai Uda di posisi saya, apa Uda bisa berbicara seperti apa yang Uda katakan itu?

“Ya, setidaknya Uda juga akan berpikir tentang nama baik keluarga besar Uda.”

“Hahaha, nama baik keluarga besar, keluarga besar yang mana? Yang satu dipijak yang lain diangkat, layaknya membelah bilah (bambu)? Jawab Anton yang semakin menohok.

“Anton, sekali lagi Uda meminta sama kamu, ayo! Berpikir jernih lah.”

“Da Zaini, aku sudah berpikir matang sebelum membawa kasus ini ke pengadilan. Semua sudah kutimbang baik buruknya.”

“Belum Anton, kamu belum menimbangnya, jika sudah tidak akan sampai seperti ini,” suara Uda Zaini merendah. Aku merasakan nada kecewa dari kakak sulungku itu. Aku hafal betul sifatnya.

Pembicaraan mereka terhenti. Tak lama kemudian, Mak Ibas mengulurkan tangannya dan mengangguk ke arah Uda Zaini, isyaratnya untuk mengambil HP dari tangan Uda Zaini. Barangkali Mak Ibas juga ingin menyampaikan harapannya pada Anton. Aku jengkel juga mendengarkan sikap Anton seperti itu. Saat berbicara Uda Zaini mengaktifkan volumenya agar semua dapat mendengarkan percakapan tersebut.

“Hallo, Assalamualaikum, Anton. Ini Mamak Ibas.”

“Ya Mak, “jawab ibas pendek.

“Baiknya kamu renungkanlah masalah ini dengan baik-baik, kapan perlu bawalah shalat,”

“Insyaallah saya sholat kok Mak,”

“Jika kamu memang sholat, Mamak yakin kamu akan mampu memilah satu persatu masalah kita ini. Maksud mamak mana yang bisa dibicarakan dengan baik-baik dan mana yang memang harus dilibatkan pihak aparat hukum,” kamu mengertikan maksud Mamak? Terang Mak Ibas lagi.

“Ya Mak, saya paham. Kudengar suara Anton sedikit melunak.

“Nah, apa kamu juga paham apa tujuan kami menghubungimu? Tanya Mak ibas lagi.

“Paham Mak, “jawab Anton.

“Anton, Mamak minta, jika kamu mau mundur satu langkah saja, kita bicarakan ini secara kekeluargaan semua akan baik-baik saja. Zaini dan adik-adiknya tidak akan menyulitkan keluaragamu. Keluarga kita tentunya,”

“Tapi, Mak,” Anton terdiam.

“Tapi Apa Anton?”

“Itu, dua minggu lagi kita sudah harus sidang.”

“Yaaaaa kita jalani aja, kita juga harus taat dengan kebijakan pihak ketiga karena kita sudah melibatkan mereka,” jawab Mak Ibas.

Sepertinya dari percakapan Mak Ibas dengan Anton aku sudah menangkap aroma amarah Anton sudah menurun. Anton kelihatannya sudah melunak. Meski belum ada kata-kata setuju untuk memilih jalan kekeluargaan.

“Lantas? Bagaimana menurut Mamak sebaiknya,” tanya Anton lagi.

“Menurut Mamak, kita tetap jalani sidang, kita tetap berunding secara kekeluargaan, dan apapun nanti keputusan pengadilan kita akan patuhi juga.”

“Mak, itu yang saya sangsikan. Bagaimana jika pengadilan memutuskan.....” kata kata Anton terputus.

“Maksudmu, pengadilan memenangkan kami? Tanya balik Mak ibas.

“Tidak Anton, kami akan bersaksi nantinya di pengadilan. Akan memberikan penjelasan yang sebenarnya. Jangan kamu sanksikan itu.”

“Ya Mak,” Anton sepertinya sudah bisa menerima.”

“Oh, ya, kapan kamu pulang ke sini” tanya Mak Ibas.

“Minggu depan, insyallah. Saya minta cuti satu bulan. Alhamdulillah dikabulkan permohonan saya Mak,” jelas Anton.

“Baiklah, nanti kamu sudah berada di kampung, kita akan berunding baik-baik. Tidak ada kusut yang tidak selesai. Tidak ada keruh yang tak jernih. Asalkan kita berbicara dalam mufakat,” petuah Mak Ibas.

“ Ya Mak, sebelumnya saya minta maaf. Maaf atas keteledoran ini. Saya sudah mencoreng arang di kening Mamak,” jawab Ibas merendah. Sebagai tanda kemenakan menghormati mamaknya.

“Anton, Mak Ibas bangga padamu. Ternyata kemenakan mamak meski sudah sejak remaja hidup di metropolitan, tapi kamu tetap membawa sifat laki-laki Minang. Sekali lagi Mamak bangga padamu.”

“ Ya Mak, makasih, doain saya Mak. Semoga lancar dan selamat nanti sampai kampung.”

“ Insyallah selalu Mamak doakan.”

Akhirnya pembicaraan itu selesai. Kami semua menjadi sedikit lega. Kulihat wajah Mamak dan lainnya juga sedikit tenang. Tek Baniar juga senang mendengar pembicaraan Mak Ibas dengan Anton.

“Ibas, uni tahu Anton akan lunak jika kamu yang menghadapi dia. Dari kecil kan kamu yang mengasuh dia. Mainnya sama kamu. Ke mesjid dengan kamu, barangkali setelah dia ikut keluarga bakonya ke Jakarta, barulah tidak sama kamu. Tapi, aku yakin dia tidak akan melawan dan membantah kamu,” kata Tek Baniar berkisah tentang masa kecil Anton.

“Nanti setelah Anton pulang, kita adakan acara keluarga. Kita bermusyawarah, kita undang ninik mamak, dan kaum cerdik pandai,” kata Mamak.

“ Ya, wali nagari dan Jorong jangan lupa,” kata Mak ibas mengingatkan.

“Ya, Pasti,” sambung Uda Zaini.

Kedatangan kami ke rumah Tek Baniar membawa hasil yang memuaskan. Setidaknya untuk hari ini. Etek Baniar menyuruh kami makan karena makanan sudah disajikan. Rundingan kedua kali ini ditutup dengan makan bersama. Tek Baniar benar-benar telah menyiapkan segala sesuatunya. Aku menebak-nebak, aku rasa semua ini sudah diskenario oleh Mak Ibas. Sekali lagi aku kagum sama beliau. Laki-laki yang hanya di kampung, tidak ke mana-mana alias tidak pernah merantau ke daerah mana pun di nusantara ini. Pendidikannya pun hanya tamat Tsanawiah tapi cara pikir dan sifat beliau benar-benar mehipnotisku. Sebenarnya inilah ilmu terapan manajemen, ternyata ilmu yang diperoleh dari pengalaman hidup di tengah masyarakat dengan tatanan adat dan istiadat yang kental justru lebih diakui. Aku merasa rendah diri dengan gelar Magister Manajemenku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ok mkasih

28 Aug
Balas

Next Bun

28 Aug
Balas

Mantap bu..lanjutkan..

28 Aug
Balas



search

New Post