Perlombaan merupakan hal yang normal. Bisa saja dilaksanakan dalam banyak kondisi, tidak terikat oleh keadaan tertentu. Namun, sering dikaitkan dengan momen atau peristiwa tertentu. Misalnya, perlombaan 17 an, biasanya dikaitkan dengan 17 Agustus setiap tahun. Perlombaan islami seperti pekan maulid Nabi, pekan isra dan mikraj, dan lainnya.

Dalam bidang oleh raga, perlombaan juga sering diselenggarakan, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah. Demkian juga dengan hal yang hubungan langsung dengan kemampuan akademis siswa-siswi, juga sering diukur dengan perlombaan atau kompetisi.

Sebaik-baik perlombaan adalah perlombaan yang tidak ada unsur judi di dalamnya. Untuk menghindari judi ini, panitia perlombaan atau para pengurus perlombaan ini mesti berani memastikan bahwa uang pendaftaran tidak digunakan untuk hadiah perlombaan. Nah, jika uang pendaftaran ini digunakan sebagai bagian dari hadiah, sedikit atau banyak, disitulah dia berubah menjadi ajang perjudian.

Bagaimana kita bisa memberikan hadiah jika bukan dari hasil uang pendaftaran? Sebagai pantia penyelenggara memang mesti ektraordinari dalam mencari, emenmukan, dan mengumpulkan dana. Biasanya dana terkumpul dari uang pendaftaran, donatur, sponsorshif, dan lainnya. Silakan diatur sedemikian rupa uang non uang pendaftaran itu, misalnya; dana dari donatur atau sponsorship, itu oleh, sah, legal, dan halal.

Begtu ya? Ya, memang begitu hukumnya dalam kajian fiqih Islam. Sehingga mengharuskan panitia untuk juga memahami hukumnya, agar tidak kena delik dosa jariyah. Bukankah hal in merugikan panitia berkali lipat? Sudah lelah, penat, capek, bonusnya dosa jariyah. Na'uzubillahi mn dzalik.

...

#Ruang rindu

#Tagur H-991