Lisata

Saya Lisata. Lebih sering dipanggil Mr. Lee atau ustadz Li. Alumni kelas menulis Solo pada 2017. Ya, lumayan lama. Sayangnya, selama ini saya off. Kok bisa. heh...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keutamaan tadarus Al-Quran

Keutamaan tadarus Al-Quran

Membaca Al-Qur’an, dalam diksi bahasa Arab ditemukan beberapa penggunaan kata yang berbeda. Ada qiraah, tilawah, tartil, tahsin, dan tadarus. Tentu saja arti dan maksudnya berbeda-beda.

Qiraah berarti membaca, mengumpulkan informasi, meneliti, mengkaji, dan lainnya. Sifatnya umum dan lebih luas. Qiraah (membaca) ini, baik yang tersurat (tertulis) maupun yang tersirat (yang tidak tertulis). Misalnya, membaca kondisi jamaah. Bukankah kondisi jamaah ini tidak tertulis? Membaca seperti ini dalam kategori qiraah.

Tilawah berarti membaca. Sering digabungkan penggunaannya dengan Al-Qur’an. Barangkali spesialisasi membaca Al-Qur’an lebih tepat dengan tilawah. Kita tidak pernah mendengar ada perlombaan MQQ (Musabaqah QiraatuL Qur’an). Pasti MTQ, Musabaqah Tilawatil Qur’an. Jadi, tilawah berarti membaca dengan memperhatikan tajwid dan menitikberatkan pada irama.

Bagaimana dengan tartil? Tartil juga membaca. Konsentrasi tartil berada pada tajwid yang bagus dan iramanya yang khas. Biasanya, cara membacanya agak lebih cepat dibandingkan dengan tilawah.

Lalu apa hubunganya dengan tahsin? Tahsin bukan membaca. Namun, kata tahsin sering dikaitkan dengan Al-Qur’an. Sehingga tahsinul qur’an berarti memperbaiki tata cara membaca Al-Qur’an, sesuai tuntunan dan tuntutan ilmu tajwid, agar setiap huruf yang disebut memenuhi haknya masing-masing. Hak huruf yang dimaksud adalah makharifjul huruf dan sifatul huruf.

Titik berat tahsinul quran adalah mengembalikan cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan standar bacaan nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alihi wa sallam. Sehingga di dalam dunia tahsin dikenal dengan istilah ‘sanad’. Bagaimana caranya? Belajar, berguru dan tallaqi (orang tua dulu menyebutnya dengan basimuncuang) dengan guru-guru yang sudah memperoleh ijazah (sertifikat mengajar) dari gurunya. Cara bacaan ini tersambung dari guru ke gurunya, ke gurunya lagi, dan seterusnya hingga sahabat dan Raulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bacaan yang terus bersambung dari guru, guru, guru, dan seterusnya hingga Rasul yang mulia, tanpa putus, tanpa cela, dan tanpa cacat inilah yang disebut sanad.

Mengapa perlu tahsin? Barangkali karena masih banyak diantara kita yang bacaannya belum sempurna sesuai tuntunan dan tuntutan ilmu tajwid. Jika kita mau jujur, jangankan anak-anak yan tengah belajar mengenal huruf-huruf hijaiyah, para imam masjid pun masih banyak ditemukan kekeliruan dalam bacaannya. Ya, inilah realita kita saat ini. Bukankah ini ironi? Sungguh, kondisi ini menyayat hati kita.

Sedangkan tadarus berada pada level tertinggi. Tadarus berasal dari kata darsun, artinya pelajaran. Kata mudarris, guru, madrasah, sekolah, idris, nabi idris (orang yang paling suka belajar), dan darsun, pelajaran, berasal dari tiga huruf pokok, yaitu; dal, ra, dan sin. Ta-da-rus, ada penambahan huruf ‘ta’ sebelumnya. Bentuk fi’ilnya berupa ta-da-ra-sa, ya-ta-da-ra-su, dan mashdarnya ta-da-ru-san (tadarus).

Dalam undang-undang kaidah bahasa Arab disebutkan, “Ziyaadatul mabnaa tadullu ‘ala ziyaadatul ma’naa.” Bertambahnya huruf berpeluang dalam bertambahnya makna (perluasan makna) yang diinginkan oleh kata tersebut. Sehingga, darsun yang berarti pelajaran, ketika bertambah hurufnya menjadi tadarus, berarti (saling) mempelajari.

Tadarus Al-Qur’an adalah upaya (saling) mempelajari Al-Qur’an, baik dari segi bacaannya (tajwidnya, iramanya, dan tahsinnya) maupun maksud atau pesan yang disampaikan oleh bacaan pada ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Mengapa ada kata saling? Saling berarti adanya sinergi atau jamaah dalam komunitas tadarus tersebut. Ada yang membaca, ada yang menyimak, ada yang mengoreksi, da nada yang menjelaskan.

Bagaimana dengan tadarus Al-Qur’an yang kita jumpai saat ini di masjid atau mushalla? Namanya tadarus, isinya baragkalai pada level tilawah wal istima’, membaca dan mendengarkan. Kalaupun ada tadarus yang mendekati tadarus yang sebenarnya, boleh dikatakan tidak terlalu banyak.

Namun, kita mesti tetap bersyukur dengan adanya tilawah Al-Qur’an yang digaungkan di masjid-masjid, mushalla, dan tempat lainnya. Khususnya di bulan yang mulia ini, Ramadhan. Sudah menjadi ciri khas keumatan kita, muslim Indonesia, bulan ramadhan identik dengan syiar bacaan Al-Qur’an. Tentu saja, setiap waktu dan kesempatan kita manfaatkan untuk memperbaiki bacaan kita. Dengan demikian, terbukalah peluang kita untuk bertadarus Al-Qur’an.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونِ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةَ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةَ وَحَفَتْهُمُ الْمَلاَئِكَةَ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ “.

“Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : “Tidaklah satu kaum berkumpul dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya diantara bereka, kecuali ketenangan akan turun kepada mereka, kasih sayang akan menyelimuti mereka, malaikat akan menaungi mereka, dan Allah akan menyebutkan mereka di tengah makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim no.7028, Ibnu Majah no.225, Ahmad no.7421)

Apa saja keuntungan bagi orang yang bertadarus Al-Qur’an? Minimal ada empat keuntungan yang diraih oleh orang yang bertadarus AL-Quran.

Pertama, Allah Ta’ala tanamkan rasa tenang, tenteram, aman, dan nyaman dalam hati mereka. (Nazalat ‘alihaimus sakiinah)

Setiap kita pasti menginginkan ketenangan. Bukankah doa dan harapan setia orang yang memulai rumah tangganya agar berharap sakinah? Penat badan di tempat kerja, pusing kepala karena beban pekerjaan, obat mujarabnya tak lain rumah tangga yang sakinah.

Bagi orang yang gemar tadarus Al-Qur’an, Allah tanamkan di hatinya sakiinah, ketentraman. Kalau Allah yang memberi ketenangan, siapa yang sanggup mengusiknya? Nyaman, aman, tenteram letaknya di hati dan tidak bisa dibeli.

Kedua, Kasih sayang Allah Ta’ala menyelimuti mereka. (Wa ghasyiathumur rahmata)

Kasih sayang Allah bahasa Al-Qur’annya adalah rahmat. Rahmat seakar kata dengan rahman dan rahim. Terdiri dari huruf ra, ha, dan mim. Satu-satunya asmaul husna, nama Allah yang terbaik dan sifatnya yang ia titip kepada manusia istimewa adalah ra-ha-mim, rahim.

Rahim tempat mulia dan paling istimewa, khusus bagi kaum hawa. Di alam rahim ini, dulu, kita menikmati awal kehidupan setelah dititipkan ruh. Ibu hamil yang sehat, wajar, dan tidak stress, pasti akan sangat menyayangi janin dalam rahimnya. Sesayang sayangnya ibu kepada anaknya, jauh lebih sayang Allah Ta’ala kepada orang yang gemar tadarus Al-Qur’an.

Ketiga, Mereka dalam naungan Malaikat-malaikat Allah Ta’ala. (Wa haffathumul malaaikata)

Orang yang berada di dalam majelis tadarus, senantiasa dalam naungan para Malaikat. Malaikat menjaga dan melindungi mereka. Malaikat mendoakan yang terbaik untuk mereka. Malaikat ingin berada di dekat orang yang tadarus Al-Qur’an. Jika mereka dalam naungan malaikat, mustahil akan diganggu oleh jin, syetan, dan sejenisnya.

Keempat, Allah Ta’ala membanggakan dan menyanjung mereka di hadapan makhluk lainnya. (wa zakarahumullahu fiiman ‘indahu)

Pernahkah kita melihat di ruang tamu seseorang ada piagam, sertifikat, atau piala? Barangkali itu adalah piagam, sertifikat, atau piala anak si pemilik rumah. Mengapa diletakkan di ruang tamu, bukan di kamar atau di dapur? Salah satu alasannya agar orang lain melihatnya dan orangtuanya akan sangat senang dan bangga menyebut-nyebut kehebatan anaknya. Itu, pasti.

Bagaimana dengan posisi orang tadarus Al-Qur’an di hadapan Allah Ta’ala? Allah Ta’ala menyebut-nyebut nama mereka, membanggakan mereka, dan menyanjung mereka di hadapan makhluk lainnya, bahkan juga dihadapan para maliakat. Subhanallah.

#Wallahu a’lamu bishshawaab.

#Tantangan menulis setiap hari, hari yang ke-196

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

17 Apr
Balas



search

New Post