Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Yang tak Tergantikan

Yang tak Tergantikan

Tantangan Hari ke-34

Pagi ini saat membuka jendela dan menikmati kesegaran udara pagi penulis teringat biasanya jam segini sudah berada di sekolah, menunggu kedatangan anak-anak dan majelis guru. Ada kerinduan yang semakin hari semakin membuncah untuk kebersamaan selama ini di sekolah kami yang teduh. Sekarang kalau penulis ke sekolah yang terlihat hanyalah padang rumput dan halaman yang dinaungi pepohonan rindang. Bangku taman yang sekarang diduki oleh daun-daun kering.

Beberapa hari yang lalu percakapan kami di grup WA sekolah bagaimana galaunya Bapak-Ibu menghadapi daring bersama peserta didiknya. "Rasa mau muntah lihat HP karena tugas siswa yang tiap sebentar masuk," chat dari Bu Novi. Lain lagi Bu Sumini karena mengajar di dua sekolah berjam-jam di depan HP dengan membuka dua buku nilai sekaligus, untuk SMA kami dan SMA tempat Ibu ini menambah jam mengajar.

Penulispun ikut bergabung dengan kehebohan malam itu, "Bapak-Ibu guru, kasihan matanya sudah sangat lelah melihat HP karena kiriman tugas dari anak-anak. Ada alternatif lain Bapak-Ibu, kita bisa mintak laporan tugas dengan dobel folio. Dan dikumpulkan di awal sekolah nantinya."

"Tidak harus setiap hari memberi tugas Bu.. Sesuaikan dengan jumlah jam pelajaran kita setiap minggu saja. Silakan memvariasikan metode, mungkin ada proyek yang akan dibuat siswa. Bisa saja hari itu mengirim video pembelajaran untuk siswa tanpa tugas. Yang penting KD tercapai dan mata Bapak-Ibu juga bisa istirahat."

Tiba-tiba masuk chat dari Bapak Hendri, guru matematika di sekolah kami, melaporkan jumlah siswa yang merespon di google classroom. Grup jadi heboh, Bapak Ibu guru minta diajarkan google classroom juga. Betapa semangatnya Bapak Ibu guru ingin menyampaikan materi pada peserta didiknya. Walaupun dalam kondisi saat ini yang tidak bisa tatap muka di kelas bersama siswa.

Hari berikutnya berbagai cerita di google classroom masing-masing beredar di grup. Melihat sudah banyak yang bisa, penulispun menyarankan Pak Hendri untuk menggunakan aplikasi Zoom. Alhamdulillah, hari ini sudah mulai juga beberapa guru diajarkan oleh pak Hendri untuk menggunakan aplikasi Zoom.

Pagi tadi di saat mulai membuka grup lagi, ada chat dari siswa yang diteruskan Ibu guru, " "Waalaikumsalam Bu, maaf sebelumnya Bu, tapi belajar dirumah ini sungguh menyiksa Bu. Mending sekolah, walaupun banyak tugas tapi teman juga banyak Bu.. Sehingga tugas tak terasa berat Bu ," di akhir chat Bu Novi menulis, " Itu curahan hati siswa Bapak-Ibu."

Bapak-Ibu guru bagaimanapun canggihnya teknologi, tetaplah Bapak-Ibu tidak tergantikan. Seperti chat salah satu siswa, "Assalamualaikum Ibu.. Apa betul libur kita diperpanjang Bu? Duh gak enak libur tuh Bu. Pengen sekolah, pengen berkumpul dengan teman-teman dan Bapak-Ibu guru."

Lain lagi cerita orang tua yang mulai repot melihat anak biasanya buru-buru bangun di subuh hari karena takut terlambat sekolah. Sekarang banyak yang sholat subuh terus tidur lagi. Lihat HP buat tugas, kirim tugas terus main lagi atau ada yang sibuk nonton drama korea sampai larut malam dan besoknya telat sholat Subuh. Tidak seperti saat sekolah, mereka yang mendisiplinkan diri karena takut terlambat.

Ada juga orang tua yang anaknya biasa di boarding school mulai kerepotan untuk mendampingi hafalan anak karena sibuk bekerja juga. Sulit membangunkan anak untuk sholat malam, padal di asrama mereka melakukan semua ibadah dengan kesadaran sendiri. Ayah-Bunda pun membayangkan bagaimana pandai ustadzah mendidik anak mereka sehingga tahajud itu bukan hal yang berat saat di asrama.

Ternyata ujian wabah Corona ini,menyadarkan kita bahwa guru tidak tergantikan dengan teknologi apapun. Aplikasi tercanggih sekalipun tidak akan mampu mendidik anak, karena guru bukan mentransfer ilmu melainkan membangun karakter untuk menciptakan manusia seutuhnya. Menambah ilmu, melatih fisik, mengisi jiwa dan mengolah rasa. Tidak satupun teknologi yang bisa mengisi jiwa dan mengolah rasa.

Hanya guru yang mampu menunggu Ananda yang belum paham untuk bisa menyelesaikan tugas dengan pandangan lembut," Coba lagi ya Nak. Ibu yakin kamu bisa?" Hanya guru yang mampu membuat si berandal buru-buru lari ke kelas mendengar bunyi sepatu yang mendekati kantin. Atau lirikan tajam saat terdengar berisik di upacara yang membuatmu kembali khitmad.

Hanya gurumu yang saat adzan dzuhur berkumandang engkau masih lalai, tetap sabar mengingatkanmu. Saat engkau cabut saat di forum Annisa, besoknya kembali merangkulmu untuk bergabung. Ketika engkau tersandung dan tersungkur tidak akan tega membiarkanmu jatuh melainkan menguatkanmu untuk berdiri dan kembali melangkah.

Dan hanya guru yang tetap sabar dengan semua lalai dan bandelmu Nak. Tetap berharap dan berusaha agar anaknya bisa naik kelas padahal mungkin sikapmu pernah melukai hatinya. Kalau lah Ananda tau bagaimana sibuknya Bapak-Ibu gurumu memikirkan cara supaya materi pembelajaran tetap sampai ke Ananda di situasi yang rumit sekarang. Bagaimana Bapak-Ibu gurumu yang setiap hari mendata siswa yang merespon pembelajaran jarak jauh ini. Bagaimana curhat di grup, "Anak saya pada kemana ya? Mengapa pembelajaran hari ini sepi? Semoga tidak kumpul-kumpul di luar dan tetap ingat himbauan untuk stay at home"

Dan saat engkau di rumah, tidak ada lagi yang piket di kelas hanya Bapak-Ibu gurumu yang tutun tangan sibuk membersihkan kelas. Menyiram bunga-bunga di taman depan kelasmu karena tidak tega saat nanti Ananda kembali ke sekolah menatap sedih disebabkan semua bunga itu sudah mati.

Sekolah bukan untuk mentransfer ilmu seperti buku dan banyak aplikasi canggih yang bisa memberikan berbagai ilmu. Tetapi sekolah membentuk karaktermu untuk menjadi manusia seutuhnya. Sekolah untuk kehidupan dan Bapak-Ibu gurumu tidak tergantikan oleh apapun dalam memberi bekal kehidupan untuk masa depanmu.

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post