Tantangan hari ke-21

Keluarga adalah tempat kita bernaung, menggabungkan rasa kasih dan sayang sesama anggotanya. Ketika salah satu sakit maka yang lainpun seolah merasakan sakit itu, ketika ada yang sedang berduka yang lainpun ikut merasakan. Dan saat salah satunya sedang bahagia yang lainpun lebih merasakan luapan kebahagiaan itu.

Allah yang mentakdirkan perjalanan usia kita, janjian yang tidak bisa dimajukan ataupun dimundurkan walaupun sedetik. Bukan penyakit yang menyebabkan seseorang meninggal tetapi janji kepada Allah saat roh ditiupkan kepada insan ketika masih di dalam rahim ibunda.

Begitulah rasa sayang, apapun sebabnya perpisahan ini menggoreskan luka. Ketika seorang suami yang setiap hari menemani sang istri, mengantar dan menjemput ke sekolah, melalui hari-hari bersama dalam suka dan duka, tentunya tidak mudah menghadapi hari ini dan hari esoknya.

Tak jauh berbeda dengan anak gadis dan anak bujang yang merasakan kasih sayang ibunda. Bukan jarak yang akan menjadi penghalang Nandi dan Suci untuk mendapatkan kasih ibu. Dan bukan perjalanan yang mudah dari Jogya menuju Padang di saat rute penerbangan Jogya-Padang tidak lagi dibuka karena efek wabah korona. Rasa sayang itu yang membuat ananda berharap ditunggu Ibunda.

Bapak mengatakan, "kita tunggu Nandi sampai jam 3, kalau terkendala dalam perjalanan, Nandi sudah ikhlas kita selenggarakan Ibu." Tentunya ini bukan keputusan yang mudah, tapi keputusan yang diiringi derai air mata. Mengalir cerita Bapak bagaimana Ibu tetap ingin ke sekolah saat penyakit mulai dirasakan. Tidak pernah terlihat bahwa Ibu sakit, tetap semangat menyiapkan siswa-siswi untuk menghadapi USP. Sehari sebelum USP baru Ibu memutuskan untuk berobat ke Padang.

Begitu besar rasa sayang ke peserta didik sampai sakit itu tidak pernah dirasakan. Tentunya lebih besar lagi rasa kasih dan sayang yang dirasakan Suci dan Nandi selama ini. Ibunda, sayangmu tak ada batasnya.

Alhamdulillah, Allah memudahkan perjalanan Nandi menuju Ibu. Tepat saat adzan Ashar berkumandang kita bisa menyelesaikan sholat jenazah yang diimami Nandi, dilanjutkan dengan sholat Ashar.

Melihat Bapak, Suci dan Nandi menemani Ibu di ambulans menuju peristirahatan terakhir, air mata ini tidak bisa lagi tertahan. 3 minggu yang berat sudah Bapak, Nandi dan Suci lalui untuk kesembuhan wanita yang sangat mereka sayangi. Dan hari ini, perpisahan itu Allah takdirkan. Tepat di hari kedua masa pensiun Bapak, Ibu masuk rumah sakit. Belum sempat melalui masa pensiun ditemani Ibu, semua ini sudah tertulis di Lahul Mahfuz.

Keluarga besar Smansaka berduka, kita kehilangan orang yang kita sayangi. Berderet cerita panjang akan menjadi kenangan terindah.

Di saat himbauan untuk isolasi 14 hari di rumah, kamipun melangkah, menuju pertemuan terakhir bersamamu Ibu. Ada banyak hati yang tidak sanggup untuk berpisah, tetapi juga tidak bisa meninggalkan keluarga dan anak-anak di masa isolasi. Duka dan rasa kehilangan kita sama.

Setelah tadi malam buk Nurhayati dan pak Lubis lebih dulu bertemu Ibu. Kamipun mengharapkan pertemuan ini, pak Sido, pak Hasrizal, pak Yanverismart, Ibu Riswati, Bu Zulfa Fitri, Bu Heny Roza, Bu Nur Syamsi, Bu Yusnidar, Bu Andriati, Jorgi, Mayonda, Tami dan Rila. Teriring doa dan permohonan maaf dari keluarga besar kita.

Dan akhirnya kitapun harus berpisah, pertemuan terakhir bersamamu Ibu Yusninarida. Semoga kelak Allah pertemukan kita semua di JannahNYA. Aamiin..

24 Maret 2020, melepasmu.. #TantanganGuruSiana