Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Payakumbuh dan Corona

Tantangan hari ke-11 Adzan subuh baru berkumandang, bergegas Rini berangkat ke mesjid. Turun dari anak tangga rumah berpapasan dengan Uni Teti tetangga mereka. UniTeti langsung menyapa "Tante Rini... besok Bunga pulang dari Jakarta. Kampusnya diliburkan sampai akhir semester." "Kenapa begitu uni? Bukannya belum ujian?" Tanya Rini. "Sudah ada pasien Corona di Jakarta. Jadi kampus meliburkan mahasiswa, kuliah online sampai akhir semester dan ujian semester juga online." Ingatan Rini langsung berputar ke sekolahnya, ada empat ratusan anak yang masih awam pencegahan corona. Rasa tidak sabar menunggu jam sekolah dan bisa mengingatkan anak-anak. Pagi ini PBM hanya 2 jam saja, guru-guru mengoreksi USP dan siswa akan training motivasi dengan psikolog remaja. Tema hari ini "Problematika Generasi Z". Berkali-kali Rini menghubungi Kepala Puskesmas untuk minta tolong bergabung di acara ini supaya anak bisa cepat tau pencegahan covid ini. Tapi tak kunjung dijawab pak Kapus telpon itu. Dalam hati bilang, "sudahlah Bu, anak-anak pasti sudah baca di medsos." Tapi tidak semua anak memiliki android di sini. Daerah pinggiran dengan ekonomi menengah ke bawah. Di panggilan ketujuh akhirnya dijawab pak Kapus " Assalamualaikum Bu...Maaf saya baru dengar telpon dari Ibu. Apa yang bisa saya bantu Bu?" Rini bercerita tentang kejadian di jakarta yang didengar dari tetangganya dan mohon bantuan pak Kapus. "Mohon maaf Bu, hari ini ada kegiatan di lapangan. Insyaallah Senin saya datang ke sekolah" "Bagaimana kalau Bapak sekalian menjadi pembina upacara" "Ok bu. InsyaAllah ", jawab pak Kapus. Jadilah hari ini training motivasi anak tidak disertai Pak dokter dan keinginan menyampaikan materi pencegahan corona belum tercapai. Sesampai di rumah, Rini dapat kabar kalau Uda yang sudah beberapa minggu pulang dari Jakarta mendadak balik besok. Kata Uda, anak-anak diliburkan sampai tanggal 28 dan uda cemas dengan keadaan anak-anak di Jakarta. Kata anak-anak masker jadi barang langkah di jakarta. Karena mendadak, semua serba belum ada. Biasanya anak-anak dikirimkan rendang dan kue-kue khas minang kalau papanya kembali ke Jakarta. Akhirnya Rini mengajak Uda untuk mencari oleh-oleh setelah sholat maghrib, mama dan ponakan yang SD juga ikut. Dalam perjalanan , tiba-tiba uda teringat "bagaimana kalau kita beli masker di sini saja. Besok di jakarta mungkin susah." Mobilpun menepi di apotik besar di pinggir jalan utama kota Payakumbuh. Dengan menggandeng ponakan Rini masuk apotik. Ada 2 orang yang sedang membeli obat, dan mereka harus menunggu. "Ada yang bisa dibantu Ibu?" Sapa kasir. "Ada masker mbak?" "Ada Bu, tapi ibuk cuma bisa beli 2. Karena masing-masing kepala hanya boleh membeli 2 buah masker saja." Rini terperangah dan bilang "saya bawa anak? Jadi saya boleh beli berapa?" "Oh ya, ada anak. Ibuk bisa beli 4 helai masker." Jawab kasir dengan senyum manis. "Kami bisa beli 8 dong mbak.." Ibu muda yang sedang antri bersama suami dan anaknya bertanya sambil tertawa. "Iya Bu..." jawab kasir. "Tapi kami gak beli masker mbak, beli obat," sambung Ibu itu. "Kalau gitu boleh dong mohon bantuan Ibu beli masket saya?"kata Rini ke Ibu muda tersebut. Kasir apotik menjawab "maaf, tidak bisa Bu. Hanya Ibu dan anak Ibu, besok kan bisa beli lagi." "Duh repot Dek, setiap hari ke pasar beli masker. Mengapa dipersulit Dek?" Tanya Rini dengan lembut. "Bukan dipersulit Bu, tapi pemerataan pasien. Banyak yang butuh masker sedangkan persediaan terbatas. Biar sama-sama dapat." Kembali kasir menjelaskan dengan sabar. Rencana semula mau beli oleh-oleh berubah cari masker dulu. Apotik di simpang Benteng, jawabannya "lagi kosong Bu." Lanjut ke toko obat di pasar, ada 3 toko obat yang dikunjungi dan jawabannya sama. Mereka lanjutkan pencarisn ke arah terminal, lagi-lagi jawabannya sama " lagi habis Bu." "Kita beli oleh-oleh saja dulu kata Uda, nantik pas balik kita mampir ke cabang apotik yang pertama yang di jalan Nusantara mungkin ada dan bisa 2 helai masker perkepala," Rini dan mama mengangguk setuju. Ada satu lagi Apotik yang sama di jalan menuju terminal, Bu Rinipun bersiap pasang strategi kalau tadi hanya berdua ponakan. Sekarang berempat mereka turun dengan harapan bisa beli 8 masker. Baru saja mereka membuka pintu, pelayan bertanya "ada yang bisa dibantu Ibu?" "Ada masker mbak?", dan jawabannya "maaf, habis Bu" pupus sudah harapan padahal berharap turun berempat bisa beli 8 masker. Kembali menyusuri jalan menuju pasar dan berbelok menuju Bunian, ada apotik sebelum lampu merah, kembali turun Rini turun bersama mama, Noli ponakannya sudah mulai mengantuk. Pemilik.apotik tetangga mereka dulu. Tersenyum ramah Bapak bertanya, "ada yang bisa dibantu Bu?" "Apa di sini masih ada stok masker nak?" Tanya mama. Dan jawaban sama, "sedang habis Bu" "Kalau cadar ada Bu?" Rini dan mama tersenyum. "Kita disuruh pakai cadar kayaknya Bu" jawab pemilik toko. Kembali mereka berpikir, toko yang mana lagi yang belum ditanya. Oh ada satu toko disudut pasar buah. Mobilpun melaju menuju pasar buah, Noli sudah mengantuk sekali nampaknya, mamapun kelihatan capek. Bu Rini turun sendiri ke toko dan langsung bertanya "ada masker uda?" "Ada dek, mau berapa? Satu kotak 150 ribu isi 50 buah. Kalau beli eceran satu buah empat ribu," jawab pelayan toko. "Kok mahal sekali uda?" tanya Rini lagi "ini yang termurah dek, yang lain jual lebih mahal" "Tadi saya beli di apotik harganya dua ribu uda," berusaha menawar. "Kalau apotik jatahnya dek dari pusatnya kalau kami ndak." Karena memikirkan besok Uda mau ke bandara butuh masker, anak-anak di Jakarta juga butuh masker. Jadilah malam minggu ini ditutup dengan membeli masker seharga empat ribu rupiah sehelai. Dan ini satu-satunya toko yang masih punya masker. Merekapun pulang, di jalan menuju rumah, mereka kembali melewati apotik pertama Rini masuki tadi. Uda berhenti, "sebentar Uda mau ke apotik tadi, kan tadi uda tidak turun, berarti bisa beli dua lagi." 3 menit kemudian Uda kembali ke mobil dengan tangan kosong, "kata pelayan, masker sudah habis dan besok ada kiriman baru bisa beli lagi." Masker oh masker kota kecil kamipun ternyata sudah kekurangan masker karena Corona. #TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post