Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mencari Cinta di Pintu Ka'bah (part 5)

Tantangan hari ke-8 "Pulang cepat lagi Upik?" Pertanyaan yang sering terlontar dari guru-guru di sekolah Upik. Sejak Abak pulang dari RS, Upik selalu meluangkan waktu untuk banyak berkomunikasi dengan Abak. Dengan sering bercerita, verbal Abak jadi mulai lancar dan memoripun mulai berangsur stabil.

Dulu waktu Upik menjadi salah satu waka di sekolahnya, begitu banyak waktu yang dihabiskan di sekolah. Karena sekolah mereka yang baru berdiri dan banyak yang harus dipersiapkan dan dilengkapi sekolah. Saat itu Abak masih sehat, Abak sangat mendukung untuk kemajuan sekolah begitu juga dengan Uda. Abak tempat Upik bertanya tentang dilema-dilema meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah baru.

Begitu juga ketika penilaian akreditasi sekolah, kadang sampai jam sebelas malam tim bekerja di sekolah menyelesaikan administrasi. Sebagian besar hari dihabiskan di sekolah, bahkan Uda dan suami-suami teman Upik ikut menemani mereka bekerja. Komitmen yang kuat untuk memberikan yang terbaik untuk peserta didik yang didukung rasa kekeluargaan, membuat sekolah menjadi rumah kedua mereka.

Tapi sekarang keadaannya berbeda, baru 2 bulan setelah akreditasi A diperoleh, masa jabatan Upik akan berakhir dan Abakpun tiba-tiba sakit. Langsung Upik tutup buku untuk masuk periode berikutnya menjadi waka. Sekarang Abak lebih membutuhkan Upik sedangkan sekolah tinggal bagaimana teman-teman melanjutkan dan mempertahankan predikat A tersebut.

Hari ini setelah 2 bulan Abak keluar dari RS dan bolak-balik kontrol. Dokter merujuk ke RSUP Bukittinggi untuk terapi bicara Abak. Menurut dokter di Payakumbuh ada seorang dokter yang sedang mengambil spesialis rehabilitasi medik, dan baru akan selesai pendidikan 6 bulan lagi. Akan lama jika Abak menunggu dokter tersebut. Jalan terbaik adalah terapi ke Bukittinggi. Jadwal terapi dua kali seminggu pada hari Senin dan Rabu. Inilah rutinitas yang membuat Upik segera pulang setelah kelasnya berakhir, karena ada kelas berikutnya di RSUP Bukittinggi untuk terapi bicara Abak.

Ruang terapi yang nyaman di lantai 2, Upik memandang lorong panjang yang lantainya terbuat dari kayu, ada 4 ruangan di sana. Di bagian kiri, 1 ruang untuk terapi bicara dan satu ruang besar untuk senam rehab sedangkan 2 ruang dikanan untuk terapi anak dan konsul dokter. Ketika mereka masuk sedang berlangsung senam rehab, terlihat ceria dan bahagia sekali pasien-padien pasca stroke bergerak. "Abak punya banyak teman di sini" kata Upik . Abak tersenyum memandang teman sebayanya yang sedang bergerak diiringi musik lembut. Gelak tawa terdengar dari dalam.

Akhirnya perawat memanggil Abak untuk memasuki ruang terapi. Upik, Amak dan Uyuang mengikuti. "Boleh kami masuk ibuk?" Tanya Uyuang dengan santun. "Oh, boleh-boleh. Silahkan, ini anak Bapak ya?" Perawat menyambut mereka dengan ramah.

Terapis menyalami Abak sambil berkata "Saya Iref Pak. Mulai hari ini Bapak akan bersama saya dan Rani. Kami siap menemani Bapak." "Silahkan Bapak sebutkan nama Bapak." Iref memulai terapi dengan sangat bersahabat. Abakpun menyebutkan nama lengkap. "Ini siapa Pak?" Tanya Iref lagi. "Ini anak saya Upik dan Uyung," jawab Bapak.

"Coba Bapak sebutkan satu persatu nama Bapak dari yang sulung sampai bungsu," permintaan Iref lagi. Abak menyebut satu persatu nama lengkap anaknya dari Uni sampai Uyuang. "Kenapa anak ketiga nama panjangnya tidak pakai nama Bapak seperti yang lain?" Iref menggali lagi memori Abak. Abak tertawa dan mengatakan "si Angah tuh tidak mau memakai nama Bapak di belakang namanya, katanya dia suka bandel nanti terbawa-bawa nama Abak kalau dia nakal di sekolah." Semua yang di ruangan tertawa.

"Sekarang Bapak baca Alfatihah ya.." permintaan Iref lagi. Abakpun membaca satu persatu ayat pada surat Alfatihah dan bacaan Abak fasih. Amak, Upik dan Uyuang sangat lega mendengarnya. "Subnallah, Bapak membaca Alfatihah sangat lancar." Ucap Iref dengan gembira.

"Bapak coba ulang kata-kata saya. Ular berputar-putar di samping pagar" sambung Iref. Abakpun mengulang kata-kata Iref dengan terbata-bata, huruf "r" agak sulit buat Abak. Tapi saat membaca "Arrohmanirrohiim..." sangat lancar. Subhanallah ternyata untuk ayat Al Qur'an Lidah Abak tidak keluh sama sekali.

Di akhir terapi Iref mengajarkan cara melatih otot punggung dan leher serta latihan lidah buat Abak kepada Uyuang dan Upik. Kelas terapi ditutup dengan perasaan lega buat Upik sekeluarga dan terapis. "InsyaAllah kita bertemu lagi hari Rabu ya Pak.." kata-kata Iref dengan ramah.

Terlihat senang sekali Abak hari ini, senyumpun tersungging dibibir. Amak, Upik dan Uyuang jadi terharu. Saat di perjalanan pulang, Upik bertanya. "Ayat apalagi yang Abak ingin baca?" Sambil menyandarkan kepala ke jok Abak membaca "Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik." Amakpun bergumam "InsyaAllah kita kesana Bak..."

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post