Mencari Cinta di Pintu Ka'bah (part 6)
Tantangan hari ke-9 Hari terus berganti, waktupun berputar kondisi Abak semakin membaik. Rutinitas di pagi hari Abak dan amak sekarang jalan pagi keliling kampung. Udara pagi yang bersih membantu pemulihan fisik, langkah kaki Abak makin kokoh. Kalau ada yang masih tersisa adalah kemampuan pengucapan huruf yang masih belum begitu fasih. Masih susah untuk pengucapan huruf r, s gabungan huruf ng, sy. Abak bisa mengucapkannya tapi perlu berpikir dulu.
Saat konsul di di RS, dokter Anton menyampaikan bahwa temannya dokter Dya telah pulang dari tugas belajar untuk spesialis KFR (Kondisi Fisik dan Rehabilitasi). Abak mulai Sabtu depan bisa konsul ke Rumah Sakit Umum dan meminta terapi bicara di sana. Upik sangat gembira karena sudah 1 tahun menempuh rute Payakumbuh-Bukittinggi tiga kali seminggu. Untuk orang seumuran Amak sebenarnya melelahkan tapi tak pernah sekalipun Amak bilang lelah.
Amak istri yang tangguh, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Amak tentang sakit Abak. Wajah Amak yang teduh memberikan kenyamanan tersendiri bagi kami sekeluarga dalam menjalani keseharian. Hampir seluruh waktu Amak hanya untuk Abak, kegiatan yasin, majelis taklim dan menjadi guru TPA rutinitas keseharian semrnjak pensiun ditinggalkan Amak. Aktivitas keseharian berubah menjadi, jalan pagi bersama Abak, sholat berjemaah dengan Abak, saat sore duduk di teras memandang pemandangan gunung Sago yang terlihat indah dari teras rumah. Pemandangan di depan rumah seperti lukisan alam, bunga bermekaran, hamparan sawah menguning, pohon kelapa yang daunnya meliuk diterpa angin. Suasana ini mendukung pemulihan Abak.
Sudah 5 bulan Abak terapi di klinik rehabilitasi medik dokter Dya. Suasana di klinik sangat menyenangkan, ada resepsionis cantik dan ramah Nadya, ada Rani perawat terapi bicara RSUP Bukittingggi yang part time di situ juga dan dokter Dya yang sangat ramah. Ada-ada saja permainan untuk menguatkan memori Abak.
Pernah Rani memberi Abak miniatur pasar, Rani meminta Abak untuk menata pasar itu dengan benda-benda seperti toko buku, toko sepatu, bank, lampu merah, kantor pos, toko bunga, mushalla, zebra cross dan lain-lain yang menurut Abak ada di pasar. Cara yang mengasyikkan untuk menggali memori, tapi kalau Abak sudah terlihat lelah Rani menghentikan permainan. Menggantikan dengan mendengarkan musik lembut atau lagu nostalgia.
Kadang Rani mengajak Abak bermain puzle, rani meminta Abak membuat lawan kata, persamaan kata dari kata yang diberi rani. Menyebutkan warna, meminta Abak menyebutkan warna bunga-bunga mawar yang ada di sekeliling rumah kami, bertanya nama-nama bunga kesukaan Amak atau bercerita tentang cucu-cucu lucu Abak. Upik sangat bersyukur Allah pertemukan dengan keluarga baru di klinik dokter Dya.
Tapi akhir-akhir ini ada yang berubah, Abak sering merasa sesak nafas saat sampai di klinik. Biasanya dokter Dya suruh abak tidur-tiduran dulu, kalau sudah santai dicek tensi dan terapi dimulai kalau tensi sudah stabil. Kadang Upik ajak Abak duduk santai dulu minum jus di kafe sekitar klinik menunggu Abak merasa nyaman. Kejadian ini sudah empat kali, abak merasa sesak nafas karena perjalanan dengan mobil dari rumah mereka menuju klinik yang hanya butuh waktu 20 menit. Dokter Dya menyarankan konsul ke spesialis jantung.
Sore itu di ruang prakter dokter Indah spesialis jantung, setelah beberapa rangkaian tes dan pemeriksaan yang dilalui. "Bapak.., sesak nafas yang Bapak rasakan disebabkan pembengkakkan dinding jantung." Penyebabnya apa dok?" Tanya Upik. "Sebenarnya waktu Bapak terserang stroke dulu, jantungpun mengalami gangguan dan penurunan fungsi secara perlahan tetapi baru terasa sekarang." Jawab dokter Indah ke Upik. Pembengkakkan disebabkan hipertensi dan stroke.
Di situlah berawal menurunnya kondisi Abak. Abak tidak bisa bergerak terlalu banyak, jika jalan pagi terlalu jauh nafas sesak, sementara terapi bicara masih dijalani. Melihat kondisi Abak yang semakin menurun dokter Dya menyarankan terapi dihentikan dulu karena yang dibutuhkan Abak untuk pemulihan adalah tidak beraktivitas berat.
Rumah kedua Upik sekarang bukan sekolah lagi tapi Rumah Sakit. Konsul ke dokter syaraf, konsul jantung dan penyakit dalam. Dokter tidak menyarankan Abak untuk operasi karena kondisi pasca stroke dan faktor usia, disarankan minum obat rutin. Kekuatan tubuh Abak berkurang, kadang mau berdiri dari posisi duduk di kursi Abak terjatuh. Memegang gelas untuk minum gelasnya jatuh. Pernah juga Abak mau berjalan tapi tiba-tiba terjatuh dan pingsan. Keadaan yang sungguh terbalik dengan sebelumnya.
Upik tidak lagi melihat wajah gembira Abak setelah terapi bicara, tidak bisa lagi melewati akhir minggu di lembah Harau, atau Ngalau Indah atau di Kapalo Banda. Itu adalah tempat favorit Abak melewati minggu pagi dan Sabtu pagi sambil melatih pernafasan. Udara di lembah Harau, Ngalau dan Kapalo Banda sangat sejuk. Tapi semua itu tidak bisa lagi mereka nikmati. Minum jus di kafe menunggu jadwal terapi pun sudah tidak ada lagi. Amak selalu mengingatkan anak-anak, jangan lupa berdoa untuk kesembuhan Abak. Walaupun begitu Abak tetap ingat bahwa mereka berniat ke Mekah bersama.
#Tantangan GuruSiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar