Mencari Cinta di Pintu Ka'bah (part 3)
Tantangan hari ke-4 "Landing dengan mulus. Alhamdulillah..., " sampai juga Upik di Bandar Internasional Minang Kabau tepat 1 jam 40 menit perjalanan dari Soekarno Hatta. "Abak..masih butuh waktu 3 jam lagi paling cepat anakmu datang," terburu Upik keluar dari pesawat, menuruni tangga dengan berlari-lari kecil. Tadi malam nak ndut murid kesayangan Upik waktu SMA dulu, sudah pesankan travel jam 08:00 menuju Payakumbuh. Hanya menyandang tas ransel kecil Upik melangkah cepat, tidak perlu antri bagasi. Sopir travel sudah menelpon katanya mobil di parkiran depan pintu keluar APV warna silver dan no polisi BA 1640 LH. Tidak sulit untuk mencari mobil, tapi...sesampainya di sana. Sopir bilang "maaf dek, baru adek sendiri yang menuju Payakumbuh. Bagaimana kalau kita tambah dengan penumpang ke Padang Panjang dan Bukittinggi? Daripada menunggu pesawat berikutnya." Dengan sedikit ragu Upik mengiyakan permintan sopir. Dalam hati sempat berpikir perjalanan bertemu Abak akan menjadi lama. Tapi biarlah, yang penting mobil bergerak dan Upik tidak duduk manyun menunggu mobil penuh. Hanya berempat mereka di mobil. Perjalanan yang lama, mengantar sewa di Padang Panjang dan Bukittinggi dulu, masuk ke jalan-jalan kampung yang jauh. Tepa adzan dzuhur berkumandang baru mobil sampai di depan Rumah Sakit. Abak di lantai dua ruang ruang Raudah kata Uyuang kemaren. Kembali Upik berlari menaiki anak tangga, tiba-tiba terdengar teriakan keras "Ibuk......". Seorang perawat memanggil Upik, ternyata mantan murid Upik 4 tahun yang lalu. "Ibuk baru sampai?" Perawat itu menyapa. Kamar Abak Ibuk di ujung kanan. Tadi malam Adek yang shift malam." "Bagaimana kondisi Abak nak..?" Upik bertanya. "Ibuk masuk saja dulu, Abak pasti senang sekali Ibuk datang. Ntar kalau dokter datang, Adek kabari Ibuk." Jawab Adek. Dibalas Upik dengan anggukan dan senyum manis. Semakin mendekati Abak jantung Upik berdebar kencang, memikirkan bagaimana kondisi Abak. Pas di depan pintu, diam sejenak dari kaca buram terlihat bayangan orang di tempat tidur. Rasanya itu Abak dan Amak yang duduk di sampingnya. Menarik nafas agar sampai di dalam kamar bisa bersikap wajar dan tidak menangis. Perlahan Upik bukak pintu dan ucapkan "Assalamualaikum..." Lelaki 70 an itu langsung membuka mata dan berteriak.."Upik....kenapa Upik pulang?" Dan menangis berurai air mata, Abak memeluk Upik. Dengan terbata-bata menahan tangis Upik bilang "Abak...Upik sudah di sini. Tenanglah Abak, ini bukan yang pertama kita hadapi hal ini. InsyaAllah Abak sembuh..." Ya Allah kaki dan tangan kanan Abak susah digerakkan, abak masih susah berbicara. Perih sekali hati Upik tapi tetap bertahan untuk tidak mengeluarkan air mata. Abak tidak boleh tahu bahwa Upik risau, keadaan hari ini jauh lebih berat dari serangan stroke pertama Abak 4,5 tahun yang lalu. Waktu itu Abak mau berangkat ke koperasi tempat Abak berkegiatan setelah pensiun. Pas mau berangkan dan akan ucapkan salam Abak terbata-bata, waktu itu upik di rumah. Upik bilang "dzikir Bak...jangan panik." Upik rasa Abak terserang stroke ringan." Pipi Abak seperti kesemutan berulang kali Abak ingin ucapkan salam tapi tidak kunjung bisa. Dengan tenang Abak berdzikir dalam hati sesuai anjuran Upik. Saat itu Upik sedang di rumah dan dengan cepat menelpon uda membawa Abak ke UGD RS di Bukittinggi, pertolongannya cepat, abak diberi 2 suntikan. Dan seminggu setelah itu Abak sudah normal kembali. Tapi kali ini sungguh berbeda. Setelah Abak tenang Upik mengajak Uyuang mencari perawat. "Bapak harus di CT scan Bu, kemungkinan ada pembuluh darah yang pecah." Kita akan mengambil tindakan sesuai dengan hasil CT Scan. Alatnya hanya ada di Bukittinggi Bu. Kalau ibu setuju silahkan ke BPJS di lantai satu untuk pengurusan surat persetujuan tindakan. Dan besok pagi Bapak diantar Ambulans ke RS di Bukittinggi." Demikian penjelasan perawat. Upik mengajak Uyuang ke bawah. Uang di dompet tinggal 200 ribu saja sekarang akhir bulan, biaya ke jakarta dan pemeriksaan di RS Dharmsis menguras dompet. "Uyuang, pergilah uyuang ke pasar. Jual cincin uni Yuang.." dengan pandangan heran Uyuang bertanya. "Sudah habis uang uni?", Upik jawab, "ada dek tapi untuk penyelesaian kontrol di Dharmais, InsyaAllah uda pulang masih ada tuh. 2 hari lagi uni gajian. Tadi uni bohong bilang masih banyak uang uni ke uda. Karena uni cemas tidak cukup nantik untuk pulang uda dan Adang." Uyuang memandang kakaknya dan bilang Uyuang masih ada uang ni, uang jajan yang uni kasih sebelum ke Jakarta masih cukup sampai awal bulan." "Ayok kita ke BPJS, biasanya ditanggulangi dulu semua baru di akhir kita bayar. Jangan lah uni jual cincin tuh dulu." Kata Uyuang menenangkan kakaknya "Ibuk...semua pembiayaan keberangkatan dan CT Scan di Bukittinggi kita yang tanggung , nantik di akhir saja dihitung betapa selisih bayar", penjelasan petugas ke Upik. Legalah perasaan Upik. Semoga Abak cepat pulih.. #TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul
Bagus cerpennya Uni.
Trima kasih Ibu...Baru belajar menulis ibu
Trima kasih pak...Baru mulai melangkah pak. Yang lain udah mendekati n melebihi hari ke 30