Lilin Vs Lica
Tantangan hari ke-16
Dalam keseharian kita jarang sekali mendengar ada anak yang memanggil nama orang yang lebih besar dengan sebutan nama saja. Tidak pakai embel-embel om, tante atau kakak. Biasanya panggilan nama ini hanya untuk orang-orang terdekat.
Ririn Tri Annisa begitulah nama keponakan kami yang karena cadel menjawab "Lilin," setiap ada yang bertanya siapa namanya. Ririn yang baru berusia 3 tahun ini mempunyai panggilan sayang yang berbeda terhadap kami om dan tantenya. Tante vera, kakak ipar nomor dua dipanggil "popo" dan om Yosef suaminya dipanggil "yoyo" .
Berbeda dengan suamiku yang anak bungsu, dipanggil "uncu," dan tante Lisa seharusnya malah dipanggil "Lica" tanpa embel-embel tante. Mendengar Ririn mulai berbicara merupakan suatu kebahagian buat kami, apalagi kami semua berjauhan dan hanya bisa berkumpul di momen lebaran atau libur semester.
"Lica buatkan Lilin susu dong," kata Ririn meminta di tengah hiruk pikuknya kumpul keluarga saat lebaran. "Tante gak mau kalau gak pakai kata tolong," jawabku acuh tak acuh. "Lica..., lilin mau susu," Ririn mulai menurunkan nada suaranya. Masih dengan sikap cuek akupun menjawab, "gak mau tante, belum ada kata tolong." Ririn nampak mulai kesel, wajahnya merah dan cemberut. Aku tetap diam pura-pura tidak memperhatikan.
"Lica.....!!", teriak Ririn dengan keras. Keluarga yang terkejut dan memandang Ririn dengan heran. "Ririn kenapa?" tanya kakak ipar tertua. "Lilin gak mau temanan sama Lica lagi. Lica celit," kata Ririn dan air matanya mulai turun. "Celit" itu bahasa anak-anak kami untuk mengatakan "pelit" Mama yang melihat drama aku dan Ririn menengahi, "gimana tante Lica mau bikinkan susu, kalau Ririn perintah-perintah aja, ini tante Ririn lo..", sambung mama.
Mama Pit panggilan Ririn untuk kakak tertua langsung kedipkan mata, mengerti kalau aku sedang mengajarkan Ririn cara meminta sesuatu kepada orang lain. Kalau kami semua akan mengerti, tapi kalau orang lain mungkin tidak paham dengan gaya bahasa Ririn apalagi kalau logat Sumatera Utaranya keluar. Bunda dan Papa Ririn bekerja di Rantau Prapat, jadi bahasa anak-anak kadang berlogat daerah sana.
Begitulah Ririn, tetap tidak mau memanggil tante tapi Lica saja. Panggilan Lica sudah familiar di keluarga kami karena Ririn. Pernah aku bertanya kepada mama mertua, mengapa Ririn susah sekali memanggil tante. Kata mama, "bawaan mungkin, uncunya waktu seumuran Ririn juga begitu."
Mama bercerita kalau dulu Uncu, tidak pernah mau memanggil etek tetangga mereka waktu di Lubuk Sikaping dengan sebutan etek. Selalu panggil nama "cong". Suatu hari kaki uncu terjepit di jari-jari sepeda waktu dibonceng mama Pit. Sambil menangis uncu mengadu, "tek cong..... sakit tek cong." "Itulah pertama kali uncu memanggil etek kepada tek Cong," cerita mama.
Jadi penyakit Ririn yang tidak mau memanggil tante ini, keturunan uncu rupanya. Tapi aku penasaran juga, kira-kira suatu saat nanti apa yang akan membuat Ririn memanggil tante dan bukan Lica lagi.
Satu tahun kemudian, Uncu dirawat di Dharmais. Aku dan mama mertua tinggal sementara di Jakarta. Kami kos di belakang Rumah Sakit tepatnya di jalan Kota Bambu Selatan. Setiap jam 18:00 WIB aku mengantar mama pulang ke kos dan kembali ke RS menemani uncu. Rasanya kasian mama sendirian malam-malam. Dari 3 saudaranya hanya Ririn yang belum sekolah, maka Ririn diajak tinggal bersama kami di Jakarta untuk menemani neni. Neni adalah panggilan sayang untuk mama mertua dari cucu-cucunya yang berarti nenek.
Ririn anak yang penyayang, walaupun masih berumur 4 tahun tapi sangat peduli dengan uncu. Setiap malam memaksa uncu untuk mau makan buah dan minum jus. Kalau uncu tidak mau dan pura-pura tidur, Ririn akan mendorong buah masuk ke mulut uncu seperti orang memasukkan duit ke celengan. Dan kalau buahnya sudah masuk Ririn akan berteriak gembira, "Lica, Lilin berhasil," dan kamipun akan toas dengan semangat.
1,5 bulan di Jakarta bersama kami, Ririn semakin pintar. Kalau meminta sesuatu sudah pakai kata tolong. Tapi panggilan Lica tanpa tante masih belum berubah. Setiap jam 10:00 WIB Ririn dan mama ke RS dan aku pulang sebentar bersama Ririn untuk tidur di kosan sampai dzuhur. Kebiasaan Ririn selalu minta jajan susu coklat dingin dan bakery Olala yang berada di dekat lobi tumah sakit.
Sorenya kembali pulang bersama neni, lagi-lagi beli roti dulu dan susu coklat dingin. Sepanjang jalan si manis ini akan sibuk berceloteh tentang uncu yang bandel gak mau makan, tentang perawat atau apa saja yang menjadi perhatiannya. Kalau dudah sampai di tempat kos dan aku berbslik ke rumah sakit, Ririn akan bilang, "hati-hati Lica.."
Siang ini pas pulang lagi bersama Ririn, kepalaku terasa sangat berat. Badan mulai panas, mungkin karena beberapa malam ini bergadang menemani uncu yang sering terbangun tengah malam. Sesampainya di kos aku langsung tepar di tempat tidur gak kuat lagi untuk berdiri. Ririn yang baru berumur 4 tahun ini langsung memijit-mijit kening dan bilang,"Lica jangan cemas ya. Lica gak pa-pa. Ini minum dulu obatnya," ternyata Ririn memasukkan CDR ke segelas air. Duh Ririn, terharunya tante nak. Kadang sikap Ririn seperti sudah dewasa saja.
Ada satu kebiasaan Ririn setiap hari kalau kami berangkat ke rumah sakit dan melewati mushalla. Di teras mushalla ada kotak infak, Ririn akan langsung mintak uang untuk mengisi kotak. Kalau belum sampsi lima ribu maka Ririn akan selalu mengatakan, "kurang Lica, tambah ya.." sampai uang masuk minimal lima ribu. Hal yang sama juga berlaku buat Neni, tidak boleh kurang dari lima ribu rupiah.
Hari ini dokter memberi kabar gembura, Uncu dapat waktu istirahat 3 minggu dari dokter, kami berencana pulang sebentar. Aku dan Uncu pulang ke Padang sedangkan Neni bersama Ririn pulang ke Medan. Waktu keberangkatan pesawat kami hanya berbeda 20 menit. Biasanya sesampai di bandara Sorkarno Hatta Ririn minta belanja, kadang makan ayam goreng, roti, bakso dan yang paling penting gak boleh ketinggalan susu coklat dingin dan permen.
Siang ini di sebelum chek in, kami sudah berada di salah satu toko kue. Ririn mulai memesan roti, susu coklat dan permen. Mata Ririn tertuju ke lolipop yang kelihatan cantik berwarna lembut. Ririn pun menunjuk dan bilang, "Lica, Lilin mau permen itu..". Pelayan toko terkejut mendengar Ririn memanggil Lica saja.
"Ini anaknya ya mbak?" tanya pelayan toko. "Iya mbak," jawabku. Si mbak pelayan toko langsung bicara dengan juteknya. "Kenapa anaknya dibiarin panggil nama aja mbak?" Tanya pelayan toko lagi. Ririn tertegun melihat kami berdua. Tumben hari ini Ririn terpana, biasanya apapun yang dibilang keluarga, Ririn cuek saja. Mungkin karena ekspresi jutek si mbak. Aku hanya membalas pertanyaan si mbak dengan senyum manis, kami membayar makanan dan langsung menuju pintu maduk bandara bergabung dengan Neni dan Uncu.
Tidak berapa lama kami di ruang tunggu, terdengar panggilan untuk penumpang menuju medan agar menaiki pesawat. Mama bergegas dan menggandeng Ririn untuk pulang, kamipun berpelukan lama. "Baik-baik ya uncu dan tante Lisa, 3 minggu lagi kita bertemu di sini,"kata mama sambil memeluk uncu juga. Ririnpun memeluk erat uncu dan tante. Aku mencium pipi cantik Ririn, Ririnpun balas mencium pipiku dan bilang, "Ririn pamit ya tante Lica,"
Kami bertiga terkejut mendengar Ririn bilang tante. Akupun terheran-heran, "iya nak.., jagain Neni ya.." pesanku ke Ririn. Serasa mimpi Ririn memanggil tante. Mama juga heran, sambil memeluk Ririn, mama bilang, "Anak neni hebat, sudah pandai panggil tante ke tante Lisa."
Kami semua tertawa saat dengan malu-malu Ririn bilang "sampai jumpa tante Lica," Kucium lagi kening Ririn dan mengantar Ririn dan mama memasuki pintu. Kembali Ririn tersenyum dan bilang, "dah...tante Lica. Lilin ke medan dulu."
Ada saja takdir Allah yang menyebabkan Lica berubah menjadi tante Lica. Ririn...Ririn...
#TantanganGuruSiana

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ririn anak yang baik...beruntung bunda Lisa punya Ririn,salam sayang buat Ririn
Trima kasih bunda Ola