Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kembang Desa (part 1)

Kembang Desa (part 1)

Tantangan Hari ke-30

Setiap kami bertemu dengan teman-teman mama di acara baralek saudara sering sekali mereka bilang, "Cantik Rosmani turun ke siapa?" atau sambil bercanda etek-etek tuh bilang, "Kok tidak ada yang secantik Uwa? Uwa kalian cantik sekali." Kalau sudah begini senjata yang paling ampuh untuk menjawabnya adalah "Kami dapat serpihan Uwa saja Tek.." Semua akan tertawa kalau sudah mendapat jawaban begitu.

Rosmaniar nama lengkap Uwa, teman-teman kami biasa memanggil Uwa Mani. Tinggi semampai, hidung mancung, kulit putih dan di usia 80 an gurat kecantikan itu masih terlihat jelas. Sangat berbeda dengan kami cucu-cucu yang umumnya berhidung mancung ke dalam alias pesek.

Biasanya sambil memijit-mijit kaki Uwa, kami akan mendengar cerita Uwa tentang masa lalu yang serasa dongeng sebelum tidur. Uwa seorang anak piatu sejak berusia 6 tahun Amak Uwa meninggal, menurut Uwa semenjak melahirkan Adek Uwa, amak sakit-sakitan dan tidak berapa bulan setelah itu Amak meninggal. Uwa belum mengerti betul saat itu Amak sakit apa, tetapi pas bangun tidur di pagi hari Uwa melihat sudah ramai sanak saudara di rumah dan Amak tidur di tengah rumah. Uwa berteriak-teriak memanggil Amak tapi sudah tidak ada sahutan.

Dibesarkan oleh Amak Rahanun, Rosmani kecil sangat dimanja. Karena Amak Rahanun juga belum dikaruniai keturunan saat itu. Semenjak Amak meninggal, Bapak tidak lagi tinggal di rumah mereka tapi datang sekali seminggu melihat Uwa dan mengantar uang belanja.

Mengapa Uwa tidak tamat Sekolah Rakyat? Menurut Uwa dulu tuh rasanya sekolah itu sulit sekali, terutama ilmu berhitung. Amak Rahanun setiap pagi pergi ke sawah dan pulang sebelum waktu maghrib, tidak ada yang mengajarkan Uwa membaca apalagi ilmu berhitung. Pernah suatu hari Ibu guru memarahi Uwa karena tidak bisa menyelesaikan soal berhitung, Uwa dicubit ibuk sampai membiru. Sampai di rumah uwa menangis, entah mengapa cerita ini sampai ke Bapak Uwa. Bapak datang ke sekolah dan marah kepada Ibu guru, "Anak ambo tidak punya Amak, jangan Ibu marah-marahi dan cubit. Kalau nanti kedapatan lagi Ambo cari Ibuk!" hal itu menyebabkan guru takut mengajar Uwa terlalu keras di kelas. Dan di ujung cerita Uwa akan menasehati kami, "makanya kalian rajin-rajin belajar biar bisa sekolah tinggi"

Allan suka bertanya, "Bagaimana ceritanya Uwa bisa bertemu Atuak? " Uwa bercerita bahwa dulu Uwa dan 6 orang teman belajar menenun di Balai Cacang. Setiap hari mereka menenun dan sekali seminggu ke pasar membeli benang.

Suatu hari sedang asyiknya menenun teman-teman Uwa bilang "Wan Bahar pulang, lihat mereka sedang bersepeda di jalan depan." Teman-teman Uwa akan mengintip di jendela. Lalu Uwa bertanya, " Siapa Wan Bahar tuh?" dengan memandang heran kawan-kawan uwa menjawab, "masak kau ndak tau Mani? Wan Bahar anak guru Miran yang mengajar di Kuok. Pujaan hatinya jak Ijah." Uwapun hanya tersenyum melihat teman-teman Uwa dan Kak Ijah melihat rombongan Wan Bahar dan teman-temannya sampai hilang di ujung jalan.

Memang gagah-gagah sekali mereka terlihat mengayuh sepeda. Terakhir Uwa mendengar Kak Ijah tidak direstui keluarga untuk menikah dengan Uwan Bahar, karena Kak Ijah sudah dijodohkan dengan keluarga bakonya sejak dari dalam kandungan Ibu. Tetapi setiap kali terdengar lonceng sepeda dan segerombolan pemuda itu lewat teman-teman Uwa tetap mengintip. Ada sepupu Kak Ijah yang ikut menenun di situ ingin menggantikan Kak Ijah nampaknya.

Pelajaran menenunpun selesai dan Uwa melanjutkan menenun sendiri di rumah. Semakin bertambah gadis, sudah mulai berbagai pinangan datang ke Uwa tapi belum ada yang rasanya di hati Uwa. Ada orang kaya, sawah ladangnya banyak tetapi Uwa dengar dia suka berjudi. Dan itu pantangan sekali buat Uwa yang kemana-mana selalu memakai egel untuk menutup aurat. Di kampung kami hanya tiga orang gadis yang memakai egel selebihnya anak gadis memakai selendang kata uwa. Egel itu seperti selendang pashmina yang dililitkan ke wajah. Berbeda dengan selendang yang diletakkan di kepala yang sebagian rambut dan leher terlihat, egel lebih rapi dan menutupi dan yang terlihat hanya wajah.

Suatu sore Atuak Gindo Malin datang dan mengatakan bahwa ada seorang yang bekerja di kapal melamar Uwa. Tapi menurut Atuak sudah 2 minggu orang itu di kampung belum pernah Atuak melihatnya pergi sholat berjemaah ke Surau. Dan Atuakpun setuju saat Uwa menggeleng. Kata Uwa sepreman apapun orang minang pasti bisa adzan dan membaca Al Qur'an, kalau sholat sudah dilalaikan bagaimana dengan kehidupan yang lainnya tentu jauh dari ajaran agama.

Amak Rahanun mulai gusar, pinangan sudah silih berganti tapi belum juga ada yang berkenan di hati anaknya. Akhirnya Amak mengajak Atuak Uwa untuk bertanya, "Rosmani, sudah banyak pinangan yang datang tapi tak satupun yang kau terima. Apa yang sedang kau pikirkan, sekolah memasak dan menenun sudah tamat, mengaji juga sudah Khatam. Amak takut kalau Amak meninggal nanti kau dengan siapa akan tinggal?" " Kau sebatang kara nak, Amak hanya berdua dengan Amakmu bersaudara, tidak ada Mamak yang akan melindungi Kau," begitu amak Rahanun membujuk Uwa.

Akhirnya Atuak bertanya, "sekarang kau sebutlah Piak. Siapa yang rasanya Kau ingin Atuak tanyai untuk menjadi junjunganmu?" Dengan tertunduk Uwa bilang, "guru Bahar Tuak". Atuak nampak terkejut, " maksud kau si Bahar anak guru Miran yang mengajar di Kuok?" Uwa mengangguk perlahan. " Ondeh Rosmani, anak tuh tinggi hati. Sudah bertiga keponakan Den ajukan ke Dia tidak satupun yang diterimanya. Tak enak hati mau menanyakan lagi." Jawaban Atuak dengan gusar.

" Ada anak muda lain yang Kau Sukai? tanya Atuak dan dijawab Uwa dengan geleng. " Kau nak.. Kita orang susah, mereka orang tinggi. Bapaknya guru Miran sangat disegani orang sekampung. Kau tunjuklah yang lain akan segera Atuak tanyai," kembali Atuak menanyakan kesungguhan hati Uwa. Dijawab Uwa dengan diam. Mak Rahanun akhirnya ikut bicara, "Pak, nampaknya bulat hati Rosmani ke si Bahar tuh. Cobalah Bapak tanya ke orang tuanya. Mana tau memang berjodoh mereka."

(...)

Etek : tante

Uwa : nenek

Atuak : kakek

Mamak : paman ( saudara laki-laki Ibu)

Piak : panggilan untuk anak perempuan

Den : saya

Egel: selendang pashmina

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu sambungannya ibu... Menarik ceriitanya...

02 Apr
Balas

Terima kasih Ibu..InsyaAllah haari ini dilanjutkan.

03 Apr



search

New Post