Bukan Hasil yang Utama
Tantangan hari ke-19
Minggu pagi, di tengah sibuknya mak menyiapkan sarapan pagi. Tiba-tiba teringat kalau pagi ini Bapak Mursal guru pembimbing ekstrakurikuler kriya kemaren mengatakan akan ke sekolah pagi ini bersama anak-anak dan Taufik staf TU kami. Kegiatan hari ini adalah penyelesaian papan nama sekolah yang kemaren terhenti karena hujan lebat. Sebenarnya kemaren sore salah satu murid kami Adek sudah memasang lem kertas untuk papan nama di bawah naungan terpal. Tapi pekerjaan belum selesai karena hujan yang semakin lebat.
Mak mencoba menepis sebentar keinginan untuk berada di sekolah karena ada 4 bidadari kecil yang sedang menunggu nasi goreng dan jus buah sesuai selera mereka. Sebagai seorang Ibu, hari minggu adalah hari yang paling berharga untuk keluarga. Persiapan menu untuk satu minggu ke depan dimulai pagi ini. Tapi teringat bagaimana semangatnya anak-anak mau ke sekolah pagi ini, membuat separoh hati sudah berada di sekolah. Pak Mursal juga jauh-jauh dari Bukittinggi pagi ini sudah di sekolah padahal hari minggu tentunya waktu untuk berkumpul keluarga.
Sambil memasak akhirnya mak telpon ke sekolah. Ternyata semua sudah mulai bekerja, kata pak Mursal ada 4 orang siswa yang membantu pekerjaan hari ini. Hadi, Rahmah, Adek dan Aisyah. "Mereka dapat ijin dari orang tua pak? Karena sekarangkan anak-anak dirumahkan?" Terdengar anak-anak yang menjawab, "udah ijin Bu....". "Mohon maaf, Ibu belum bisa bergabung nak. Insyaallah nanti Ibu ke sekolah," kata Mak.
Akhirnya selesai juga rutinitas di minggu pagi, tepat jam 11:00 mak baru bisa meluncur menuju sekolah. Cuaca terasa panas dan udara kering, teringat anak-anak di sekolah pasti mulai haus. Kembali mak menelpon mereka, "ananda mau dibawakan apa? Thai min atau jus?" Semua memilih jus dan kompak jus Alpukat termasuk kedua Bapak pembimbing. Dilanjutkan dengan membeli mskan sisng, akhirnya baru mendekati waktu sholst dzuhur mak sampai di sekolah.
Memasuki gerbang sekolah terlihat kesibukan mereka memotong lem kertas di sekitar huruf yang sudah ditempel. Tulisan SMAN 1 kecamatan Akabiluru dan alamat sekolah sudah tertempel. "Wah...., mantap bagus sekali nak," mak terpesona." Kemaren kolam yang berada di bawah papan nama masih berlumpur prkat dan kotor. Tapi siang ini sudah bening dan terlihat cat biru mudah yang menambah keindahan. "Ini baru dicat nak?, mak memandang takjub. "Tidak dicat Ibu, memang sudah dari dulu cat biru tapi karena berlumpur tidak kelihatan," jawab Rahmah.
Sebenarnya papan nama sekolah ini sudah dibuat dengan mengukir batu oleh pak Mursal bersama beberapa tahun yang lalu. Tapi ketika SMA pindah kewenangan ke provinsi tulisan kabupaten di papan nama sekolah harus ditukar ke provinsi, dan itu butuh waktu lama. Sedangkan 3 minggu lagi UN akan dimulai, tentunya sangat diharapkan papan nama sekolah sudah selesai. Untuk mengukir butuh waktu lama, akhirnya pak mursal merancang penulisan papan nama memakai akrilik dan dibuat dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa.
Banyak yang menyarankan diupahkan saja kepada advertising bisa cepat selesai , tapi pak Mursal tidak mau. Menurut Bapak, anak-anak kita mampu asalkan cukup waktu membimbing. Dan kegiatanpun mulai dicicil, mulai dari pembuatan tulisan di corel yang dibantu Bu Reza guru TIK. Diprint di kertas sesuai ukuran huruf dipapan, kemudian diciplak ke busa dan ke akrilik. Proses pemotongan ini butuh waktu dan ketelitian. Setelah dipotong akrilik ditempel ke busa dengan lem.
Papan nama sekolah yang sebelumnya terbuat dari ukiran, ditutup dulu dengan keramik agar huruf bisa ditempelkan. Pekerjaan diawali penempelan kertas bertulisan nama sekolah sebagal dasar dengan lem kertas sesuai ukiran tulisan yang mau ditempel. Kemudian ditempelkan huruf yang sudah dilapis antara busa dan akrilik pada kertas dasar, setelah huruf menempel sempurna, dilanjutkan dengan pemotongan sisa lem kertas di sela-sela huruf.
Siang ini anak-anak sedang memotong sisa lem kertas dengan mengiriskan pisau mengikuti lekukan huruf, membukanya dan merapikan. Sambil bercanda anak-anak menyelesaikan pekerjaan. Tulisan provinsi Sumatera Barat dan dinas pendidikan belum tertempel. Taufik sedang membantu menempelkan akrilik ke busa dan pak mursal membimbing anak-anak menempelkan huruf ke keramik, memotong sisa lem kertas, mengangkat dan membersihkan.
Adzan dzuhur berkumandang dan waktunya untuk istirahat, sholat berjemaah dan makan siang bersama. Momen yang selalu membuat bahagia, dari jauh kami pandangi pekerjaan anak-anak. Alhamdulillah, saat teman-temannya di rumah mereka memilih berkegiatan di sekolah.
Cukup lama mak berada di kantor untuk merapikan beberapa dokumen. Ketika kembali ke halaman sekolah ternyata semua huruf sudah tertempel, dan mesin air yang semula dikira rusak ternyata bisa hidup. Anak-anak bersorak melihat air menyembur di sela batu berbentuk bunga , "rasanya ingin berenang," kata Adek. Dan merekapun bercanda saling menyepak air dan semua kecipratan. Suasana berubah heboh penuh gelak tawa, padahal rasa capek tentunya sudah mulai terasa.
Untuk pemotongan lem kali ini Aisyah tidak ikut karena terlalu tinggi, karena tulisan provinsi berada paling atas papan dan butuh bantuan meja. Mak mengajak Aisyah mengitari halaman belakang, kami memandang deretan kelas kosong yang ditinggal semua siswa karena belajar di rumah. Kelas yang biasanya disapu oleh piket sudah berdebu, teras dipenuhi daun-daun kering dan sampah. Mak mengambil sapu mulai menyapu teras, Aisyahpun langsung mengikuti. Dari kelas terdekat ke kantor sampai ke kelas paling ujung.
Alhamdulillah, 11 kelas terlewati kami, diujung kami memandang dengan perasaan legah. Aisyahpun tersenyum, "gak capek Syah?" tanya mak."gak Bu, hanya teras. Biasanya kami piket luar dalam kelas dan halaman depan kelas. "Aisyah rindu sekolah lagi Bu," kata Aisyah. Kamipun melangkah ke labor, "kita sapu saja Bu," kata Aisyah. Tiba-tiba datang Sisi mantan ketua OSIS, " biar Sisi Bu," katanya. Ternyata Sisi mau daftar USMI dibantu ibu Dini di kantor, melihat kami di kejauhan kami menyapu Sisi menyusul. Bertiga pekerjaan jadi cepat selesai.
Kamipun kembali ke halaman depan, papan nama sudah rapi. "Kita beres-beres dan pulang," kata pak Mursal. Sisi mintak ijin duluan pulang karena bawa ponakannya. Rencana kami sholat Ashar di rumah, tapi terlihat langit mulai gelap. "Semoga tidak kehujanan di jalan," gumam anak-anak. Tapi baru juga mereka berwuduk hujan lebat mengguyur bumi. Semua jadi termenung tidak bisa pulang, mak mulai cemas bagaimana anak-anak pulang kalau hujan sampai malam.
Sambil menunggu hujan reda, kamipun makan bersama. Bakso hangat terasa nikmat di saat hujan begini. Saat anak-anak sholat pak Taufik pergi ke persimpangan membeli santapan sore, padahal hujan deras. Baru jam 5 sore hujan mulai agak reda dan berganti gerimis. Anak-anak mintak ijin pulang, mak menawarkan mengantar mereka dan sepeda motionya ditinggal di sekolah tapi mereka menolak.
Menjelang maghrib ini saat anak-anak sudah pulang kami bercerita. Jika kita upahkan ke advertising mungkin hanya beberapa hari sudah selesai walau biayanya agak mahal. Tapi bukan hasil yang dibeli itu yang memberi kepuasan. Melainkan melihat anak-anak berproses, mereka merasa memiliki, ingin menjaga dan memperbaiki kesalahan dalam proses adalah nilai yang sangat berharga.
Saat mereka sudah berjalan dalam gerimis, tiba-tiba Hadi datang dan bilang, " pak, terpal penutup papan diterbangkan angin. Barusan Hadi betulkan dan dihimpit dengan batu, apa tidak apa-apa hurufnya pak?" tanya Hadi dengan cemas. Pak Mursal mengatakan, "InsyaAllah tidak apa-apa nak, pulanglah."
Sebuah proses pembelajaran inilah yang berharga bukan hasil bagus dari dikerjakan orang lain. Mereka merasa memiliki, cemas akan rusak dan ingin menjaga. Bukan hasil yang utama tapi prosesnya membuat sesuatu menjadi berharga.
Terima kasih untuk tim tangguh Hadi, Rahmah, Adek, Aisyah, pak Mursal dan Taufik untuk akhir minggu penuh kenangan.
#TantanganGuruSiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bu kepsek yg hebat
Cik gu Ola juga hebat...