"Terimakasih, Mbak Rona!"
Sejak Work from Home didengungkan dan anak-anak diliburkan, maka dampak pertama adalah dapur menjadi tempat persinggahan terlama. Anak keduaku yang gadis lebih dahulu pulang dua minggu dibanding anak pertama. Kedua-duanya bersekolah di Pesantren yang berbeda. Bagaikan keluar sarang, anak gadis memiliki daftar permintaan yang sering membuatku nyengir. Maka setiap hari saya berseluncur di cook pad, sebuah situs memasak yang menampilkan tahapan masak disertai gambar. Akhirnya tersajilah nasi liwet, kwetiau goreng, sop iga, ayam teriyaki, brownies, macaroni schootel, spaghetti, roti bakar spesial, dan juga dimsum. Saya takjub betul. Seumur-umur baru sekali membuat dimsum. Saat adonan isi akan dimasukkan ke kulit pangsit, saya merasa adonan terlalu encer. Maka saya tambah lagi tepung tapiokanya dua sendok makan. Setelah dimsum jadi, ternyata hasilnya keras, Mak! Untung saus dimsumnya enak. Buatnya gampang. Saus sambal botolan divampur gula dilarutkan dengan air panas. Karena jarang terjun ke dapur sebab mengajar seharian ditambah les privat sepulangnya, membuat masakanku tak langsung sempurna. Kurang bumbu, keasinan, kegosongan, mewarnai hari-hariku di dapur. Tak jarang juga hasil masakan mendapat apresiasi tinggi dari suami dan anak-anak. Nyatanya, bagaimanapun rasa dan rupanya, keluargaku tetap menyantap dengan senyuman. Ya iyalah, mau makan apalagi! Karena itu, saya harus berterima kasih pada Corona. Karena dengannya saya mengalami percepatan dalam dunia masak-memasak. Atau, apakah ini jawaban dari lintasan pikiran saya? Ketika ajang master chef di TV menampilkan para kontestan berduet dengan ibunya. Mereka rata-rata memasak makanan favorit mereka, alias resep keluarga yang sangat istimewa. Saat itu saya bicara lirih, Kalau anak-anak ada yang ikut master chef, terus ngajak Ibunya masak. Apa yang istimewa dari saya ya? Karena masakan saya standar saja. Nasi goreng, sayur sop, tempe goreng, nugget, dan telur dadar. Wah, jangan sampai nanti anak saya menjawab, "Waktu kecil saya tidak punya masakan istimewa, karena ibu saya jarang memasak!". Halahhh, memalukan dunia emak-emak saja. Tepat seminggu setelah ucapan itu keluar, datanglah wabah Corona. Sekali lagi, ambillah hikmah positif dari setiap peristiwa. Terimakasih Mbak RONA!
#Tantanganmenulis30hari
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semua peristiwa ada hikmah yang diberikan Allah. Mudah-mudahan musibah ini cepat berakhir. Kita bisa beraktifitas seperti biasa kembali. Salam literasi bu.
Ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Lanjutkan terus bakat memasaknya Bu...
Terimakasih banyak Bu.