Bayang Bayang Dusta
Mulut manis itu
Merangkai untaian aksara bak pujangga
Membisikkan kata kata mesra
Mengikrarkan janji bagaikan kesatria
//
Aku terpana, terkesima dalam indahnya kata
Ternyata pujanggaku hanyalah pengobar dusta
Kepercayaanku pudar sudah
Hanyut bersama gelombang kecewa
Terserak bersama puing puing duka
Tak pernah kusangka
Martabat yang di sanjung tinggi
ternyata
hanya berlindung di bawah bayang bayang dusta
//
Padang, 12 Februari 2021
Tagur hari kedua setelah remidi yg kedua
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi
Terimakasih pak Dede. Salam balik pak.
Judulnya sangat greget, apalagi puisinya. Salam sukses dik. Mantaaaps
Terimakasih uniku. Sukses juga buat uniku
Puisi menawan dengan gambar memesona. Sehat dan sukses selalu Bu Cantik
Terimaksih hunda Elvina. Doa yang sama buat bunda.
Keren banget pujangga ku goresan pena yang selalu kutunggu setiap hari
Terimakasih sahabat penaku dari pulau seberang. Semoga bisa terus berkiprah di gurusiana
Bagus Bu, izin follow. Ditunggu followbacknya
Terimaksih bunda.
Bayang - bayang dusta. , Jangan percaya mulut manis , Mari kita lihat hati nurani nya SJ .
Benar bu Titin. Terimakasih telah mampir