Kalau Memang Tertakdir (ENDING)
Oktober 2019
Dengan setengah hati, Vino menghadiri pesta pernikahan Alisa. Awalnya dia tidak ingin pergi. Tapi karena desakan teman-temannya, akhirnya dikuatkannya juga hatinya untuk berada ditengah hiruk-pikuknya pesta ini. Ada rasa sakit yang tak terkira ketika dia mulai memasuki tempat pesta itu. Suara musik seolah-olah mentertawakannya. Demi menjaga gengsi nya depan lima orang teman lainnya, dia bersikap seolah-olah tidak merasakan apa-apa. Padahal lubuk hatinya Dia sangat hancur.
”Kamu nggak nyumbang lagu Vino?” usul Erik tanpa rasa bersalah. Sepertinya sahabatnya masih mengira bahwa Vino tidak benar-benar mencintai gadis itu.
”Mau aja, sih. Tapi takutnya nanti semua orang di sini terpesona sama suaraku” katanya sombong
”Bagus kalau mereka terpesona. Kali aja bisa rekaman. Aku request lagu armada” Timpal Soni, temannya yang lain.
” Mana mungkin aku menyanyikan lagu cengeng itu?” Dia mengelak. Padahal lagu ‘Harusnya’ armada benar-benar mewakili perasaannya saat ini.
”Tidak usah banyak protes. Kalau kamu berani nyanyi, semua makan siang kamu, aku yang bayarin. Itu juga bukti bahwa kamu benar-benar tidak terluka ditinggal kawin” tantang Riko teman yang satu lagi. Vino masih diam. Bagaimana mungkin dia akan menyanyikan lagu yang begitu baper disaat hatinya memang lagi galau. Jangan-jangan nanti dia malah terbawa suasana dan makin terpuruk.
Belum sempat dia menjawab, seorang gadis manis berambut sebahu sudah berada di panggung.
Harusnya aku yang di sana
Dampingimu dan bukan dia
Harusnya aku yang kau cinta
Dan bukan dia
Harusnya kau tahu bahwa
cintaku lebih darinya
Harusnya yang kau pilih bukan dia
Gadis itu menyanyikan lagu itu dengan suara yang sangat Tiba-tiba jantungnya berdebar sangat kencang saat menyadari bahwa gadis itu adalah cinta pertamanya.
Saat Gadis kembali ke mejanya, mata Vino tak lepas mengamati dari jauh. Senyumnya makin mengembang saat tahu bahwa gadis itu hanya duduk seorang diri. Segera dihampirinya cinta Pertamanya itu
“Dea?” Sapanya.
Gadis itu menoleh ke arah Vino dengan senyum yang begitu lebar. Dia sedikit takjub melihat Vino tampak semakin keren.
"Wow, kebetulan sekali. Sudah lama nggak ketemu. Kamu kenal sama penganten ini?" kata dia membuka percakapan.
"Pengantin wanitanya adalah mantanku" Jawab Vino pelan yang disambut gelak tawa gadis yang duduk dihadapannya itu. Vino sedikit kesal dengan tawa Dea.
“What a coincidence! Pengantin prianya juga mantanku"
Mereka berdua saling tatap penuh makna lalu tertawa terbahak-bahak tanpa mempedulikan tatapan banyak orang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sdh mantap tulisan dona.. ayo jadikan buku lagi
tulisan yang menginsprasi, saya tunggu tulisan berikutnya, semoga tambah sukses
tulisan yang menginsprasi, saya tunggu tulisan berikutnya, semoga tambah sukses
TAk lama setelahnya merekapun.... keren ceritany bu Dona. lanjutkan..