Tak Percaya
Tak Percaya
Oleh Lilis Suamarni
Kulewati jalan setapak seiring waktu yang kutempuh bersama sang Surya yang selalu setia. Tampak dua jalan yang berbeda aku menempuh jalan yang lurus tapi menanjak curam, sedangkan kau melewati jalan datar yang berkelok-kelok. Harapan kita sama sampai di tempat yang sama. Namun harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Aku yang lebih cepat sampai menunggumu yang tak kunjung datang. Namun Kau menghilang bagaikan embun yang hilang karena menguap oleh sinar mentari.
Jalan itu yang menjadi sebuah kenangan dan menjadi penantian yang panjang. Aku tidak menyesali sebuah kepergian tapi bagaimana agar kepergian menjadi penentu arah dalam menentukan langkah. Jalan yang mengharapkan sebuah pertemuan ternyata hanya wacana tanpa berita. Aku sempat berpikir mungkin kamu tidak tahu arah karena rimbunya rimba belantara. Atau kau dihadang oleh putri penguasa hutan sehingga kau tidak hapal arah pulang.
Hari berganti hari, mimggupun berlalu. Namamu sering hadir menyelinap dalam ruang yang hening. Jejak langkah yang pernah kita ayun hanya dijadikan pijakan sebuah harapan untuk mengejar impian. Ketika daun harus berguguran bersama sapuan sang angin. Disitu hatiku masih berharap walau hatiku tak percaya dengan sebuah berita. Ternyata kau tewas ketika kita jalan bersama.
Tamat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tragis bu ceritanya..sukses selalu
Iya Pak terimaksih kunjunganya aamiin yarobal alamin
Sedih, hiks
iya sangat ,Terimakasih apresiasinya, salam literasi