JENDELA 1
Tantangan 5
27 Januari 2020
JENDELA 1
Ctt: Lis Ms
(sedang belajar menulis)
Memasuki tantangan hari ke 5, alhamdulillah akhirnya dapat ide untuk tetap memiliki supply gagasan yang saya kira cukup karena berkelanjutan. Ide itu adalah menuliskan pengalaman , kesan dan mungkin segala rasa serta segala sumber inspirasi ketika saya berkunjung ke negara Jerman bagian utara tepatnya di Wittmund.
Semula saya sedikit cemas dengan ketersediaan ide menulis.Alhamdulillah inshaallah cukuplah untuk bertahan hidup dalam tantangan selama 30 hari. Dalam keadaan terdesak inshaallah ini bisa jadi supply naskah. Amiin.. ( segitunya!)
Ok, ini adalah kunjungan atau perjalanan saya ketiga ke Eropa. Yang pertama dalam rangka studi banding dan sosialisasi atau penjajakan kerja sama antar sekolah di Sma tempat saya bekerja SMAN I Puri Mojokerto dengan beberapa perguruan tinggi di berbagai wilayah di Jerman. Termasuk di dalamnya pengetahuan, informasi, tips dan triks belajar di negara negara Eropa khususnya negara Jerman. Karena selain Jerman dengan berbagai kota kota besar tujuan seperti Heiderburg, Frankfurt, Xxx kami juga berkesempatan singgah di Perancis, mampir di Swiss, xxxxxxx.
Tahun 2016 saya berangkat bersama kepala sekolah bapak Raden Imam Wahyudi, juga kolega dekat saya, teman sejawat dari Madiun bapak Eko Wahyudiono yang hebat itu dan alhamdulillah kini jadi konco plek...heheh.
Kunjungan yang kedua adalah ketika saya menjadi guru pendamping bersama satu guru bahasa Jerman di program Short Students Exchange dengan KGS Alexander Von Humbolt di Wittmund Nort Germany, selama 2 minggu di bulan Agustus 2017.
Dan yang ketiga juga di program yang sama baru baru ini di 2019.
Nah karena masih hangat, inshaallah catatan yang spesial dan berkesan bagi saya, akan saya bagikan dengan pembaca. Mudah mudahan ada guna manfaat.
Bersama 10 siswa dan 2 guru pendamping kami melakukan program pertukaran yang kali ini mengusung tema "Plastic Waste"
Padatnya kegiatan tidak membuat kami surut semangat mengikuti dengan antusias semua kegiatan yang banyak terkonsentrasi di daerah daerah utara. Agendanya ketat dan seru apalagi saya yang kebetulan di kantor diberi amanah sebagai penanggung jawab Adiwiyata atau kegiatan yang berhubungan dengan Eco School sangat menikmati dan banyak mendapat inspirasi di sana dari hal kecil hingga besar selama masa kunjungan.
Kesan pertama yang kali ini ingin saya bagi adalah tentang host family dimana saya ditempatkan.
Mereka adalah keluarga Flathman yang super. Mengapa demikian. Ya semua yang tampak dan saya rasakan adalah kehangatan dari semua anggota keluarga Flathman. Mereka semua sangat manis.
Saya ingat dengan Garuda xxx kami terbang menuju Amsterdam. Dan sepanjang perjalanan 26 tersebut saya diserang batuk yang lumayan parah. Inshaallah di lain kesempatan saya akan tulis bagaimana tips melakukan perjalanan jauh ala ala saya. Dan yang mungkin akan menjadi cerita lumayan seru adalah bertahan dalam penderitaan serangan batuk selama berjam jam dalam pesawat!
Ok, mari kembali pada keluarga Flathman. Heiko sang suami, dan Birthe kolega saya memiliki satu anak laki laki Jan mereka memberi nama. Dan seorang gadis cantik pintar dan memiliki komunitas luas. Lena nmanya.
Sesaat ketika kami tiba di Wittmund setelah menempuh kira kira 4 jam perjalanan dari Shcippol Amsterdam saya harap harap cemas akan seperti apakah keluarga itu, ah bagaimana mereka semua mendapati kesan akan batuk kering saya yang menjadi jadi? Daya tahu ini bisa jadi hal krusial dan sensitif tetapi Ah pasrah...
Bagaimanapun seseorang yang datang dari negara lain wajib diwaspadai tentang sekecil apapun gejala yang ia bawa.Saya paham bagaimana masyarakat dari negara negara maju sangat protective bahkan terkesan out of proporsional terhadap sekecil apapun gejala penyakit terutama dari orang asing, tak terkecuali siapapun dia.
Tiga jam sebelum tiba saya mengirimkan pesan singkat kepada Birthe bahwa saya on the way Wittmund dan saya ceritakan sedikit kondisi batuk saya.
Alhamdulillah, penyambutan berjalan cantik bahkan satu persatu memeluk saya hangat ohh syukurlah.
Tiga puluh menit berikutnya saya tiba di kediaman keluarga Flathman.
Rumah itu sama dengan rumah rumah keluarga yang lain , ditata sangat rapi, indah dan manis. Mereka hampir semuanya menyukai menata rumah terutama melengkapi dengan aneka rupa dan warna tanaman.
Di luar, di dalam rumah, di taman taman, di sepanjang jalan, di restoran restoran, di pasar, di toko toko,di kantor kantor bunga bunga ada di mana mana. Dan itu saya sukaaa....
Sedikit lain dengan kebanyakan rumah rumah disini. Kita semua banyak yang masih semaunya meletakkan barang barang dan juga malas bertanam, serta tak memiliki jiwa seni dalam menata rumah.
Kamar saya sendiri ada di lantai atas. Kamar itu dibagi menjadi dua bagian, satu bagian itu terdapat dipan, dan meja hias berwarna putih sesuai dengan warna dipan. Diatas meja terdapat benda benda cantik sebagai hiasan ornamen meja. cermin disamping meja putih itu melengkapi ruang kamar.
Yang menarik adalah bahwa jarak antara atap dan lantai menurut ukuran saya adalah sangat pendek. Saya yang hanya155 cm bahkan hampir bisa menyentuh plafon atap rumah ketika saya mengangkat tangan kanan saya tinggi berusaha menyentuhnya.
Yang unik, tepat di atas kepala saya, jika saya dalam posisi tidur berebah di kasur, maka tepat diatas saya terdapat sebuah jendela dari kaca kokoh yang menempel di atap. Kaca itu juga dilapisi semacam krepyak (ah apa ya namanya disini) yang bisa dibuka tutup begitu. Jadi setiap saat jendela kaca itu bisa saya buka atau tetap saya tutup tanpa kaca karena krepak tersebut bisa dibuka tutup sesuai keinginan, dengan sangat mudah.
Dengan duduk diatas kasur saya bisa melakukan buka tutup jendela itu. Sering setelah sholat subuh saya membuka jendela itu...dan brrrr...brrrr...dingin dingin sejuk. Walau subuh di pukul 07.00 tetap saja angin yang dihembuskan terasa dingin sekali. Dari jendela itu saya bisa mengamati beberapa ujung pohon pohon yang tumbuh sangat lebatnya disana.
Saya jatuh cinta dengan suasana pedesaan ini. Jika siang saya ingin terang tanpa lampu baca, saya adjust hanya memakai kaca saja. Cahaya matahari bisa masuk dan kita membaca dengan cahaya yang sangat memadai. Dan yang pasti HEMAT ENERGI!
Dan disebelah ruang yang lain di kamar saya terdapat satu meja belajar, satu almari buku kecil, satu TV dengan layar besar dan segala perangkatnya. Didepan layar, sebuah sofa merah nyaman diletakkan disitu. Satu lagi sebuah gantungan jas , mantel atau apalah terdapat di ruang itu. Model gantungannya berdiri de gan beberapa cantolan mantel dengan lekukan panjang dan kuat.
Yang membuat inspirasi saya tumbuh subur adalah letak lagi lagi jendela.
(bersambung
#tantanganGURUSIANA
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Benar bu, maturnuwun perhatian ibu.. Salam kenal...
wow..langsung dibabat habis melalui jendela pengalamannya..he.he
Heheh...nggih kak...
Pengalaman tidak semua orang bisa men8kmatinya.......
Saya bersyukur dan berterimakasih pada jenengan bu..