HAN FEI ZI
Tantangan 4
26 Januari 2020
HAN FEI ZI
Ctt: Lis Ms
(sedang belajar menulis)
Sebentar, sebentar... Tenang ya...
Saya tak mungkin akan membahas secara detail dan terperinci tentang filsuf dan pemikir besar Tiongkok ini. Apalagi dengan seluk beluk paham Legalisme yang diusungnya.Tentu tidak! Saya bukan sejarawan, pula saya bukan ahli filsafat.
Kali ini saya cuma seorang pendengar yang baik. Yang kebetulan tadi sore mendengarkan ceramah agama tentang Han Fei Zi. Seorang filsuf pengusung aliran FA ini adalah seorang pangeran dari keturunan kerajaan HAN, dari negri HAN.
Saya terkesan dan sedang berusaha saya hubungkan dengan beberapa misi tak tertuntaskan. . Dan tentu ini tak saya lewatkan begitu saja. Apalagi dengan tantangan GURUSIANA ini. Mulai seret ide.
Sebagai seorang yang sedang lapar ide dan haus inspirasi, tentu saya dengan cepat menangkap umpan itu! Han Fei Zi ini.
Siapa itu HAN FEI ZI? Aoa itu Legalisme?Silahkan anda baca sendiri, silahkan anda cari sendiri, beneran jika anda penyuka segala hal. itu seru sekali! Betul itu.
Lalu inspirasi apa yang kemudian saya dapatkan dari tokoh ini?
Ya dengan teori FA atau legalitas Han Fei Zi disebutkan secara sederhana sebagai berikut.
Lagi lagi ini menurut pemahaman saya saja ya. Bahwa aliran Fa atau legalisme adalah aliran yang memfokuskan pada sistem pemerintahan. Salah satunya adalah tentang pemberian penghargaan dan hukuman. Satu dari tiga hukum Fa Zi ini yang ingin saya garis bawahi.
Dikatakan bahwa potensi seseorang itu sebenarnya egois dan hanya mau enaknya sendiri. Bahwa manusia itu sebenarnya memiliki kecenderungan jahat dan egois. Jadi apa apa yang menyenangkan dirinya dan yang menguntungkan dirinya sajalah yang akan ia dahulukan.
Manusia tidak bisa diberi pembiaran dan keleluasaan atas apa apa yang seharusnya diharapkan. Ga bisa manusia itu di beri pilihan! Ia tidak bisa diharapkan memiliki kemampuan memilih yang tidak hanya mengenakkan dirinya sendiri.
Ambil contoh misalnya, sudah dibilangi, sudah diceramahi, sudah dipaparkan dengan gamblang bahaya bahaya penggunaan tas plastik misalnya. Sebenarnya mareka itu tahu bahaya bahaya yang mengancam dengan tindakannya itu. Misalnya lagi, sudah tahu akibat membuang sampah sembarangan itu berakibat buruk. Tetapi kita tetap saja tak mau melakukan pengurangan plastik di kesehariannya. Tetap saja walau diberitahu berulang kali kita tak bisa melakukan membuang sampah di tempatnya!
Itu karena kecenderungan kita bahwa kita suka yang enak enak saja. Pada dasarnya kita mau yang menguntungkan kita saja. Melakukan sesuatu yang mengenakkan kita saja. Itu fitrah asal kita kata legalisme. Kita iti secara fitrah sebenarnya sakarepe dewe, semauinya sendiri.
Jadi mau tak mau hanyalah Hukum yang bisa mengendalikan kita.
Dengan sistim hukuman dan rewardlah baru kita bisa melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan.
Apa tidak tahu bahwa MENULIS itu penting? Tahu! Tapi mengapa tak juga dilakukan? Karena memang kita lebih aman dan merasa nyaman tanpa upaya menulis.
Kita memiliki potensi untuk (hanya) melakukan yang enak enak saja. Maka ketika kita di paksa dipush bahkan akhirnya diberi ancaman hukuman barulah kita bergerak. Barulah kita berubah.
Misalnya guru mengatakan kepada murid muridnya, "Jika kalian tidak mampu menerbitkan sebuah buku dalam dua semester ini maka kalian bisa terancam tidak naik kelas. Jika sudah begitu dengan terpaksa mau tidak mau mereka tentu akan menulis buku.
Dan misalnya seorang kepala sekolah, jika ia hanya menanti kesadaran anak buahnya untuk melakukan sesuatu yang ditargetkan. Itu akan memakan waktu lama. Jika itu hanya himbauan dan anjuran saja. Semua itu sulit berhasil guna. Dan bahkan mungkin tak akan dilakukan oleh anak buahnya.
Tetapi akan lain jika kepala sekolah tersebut misalnya menerapkan hukum atau ancaman. Maka sesuatu itu akan cepat mencapai tujuannya. Jadi hukum diberlakukan dan dikuatkan dengan konsisten dan penegasan.
Begitulah teori Fa yang dapat saya tangkap. Tentu saja teori yang dipakai di masa 280 – 233 SM itu, mencapai keemasan di masa itu. Dimana pemerintahan memang membutuhkan hukum untuk 'memaksa' masyarakatnya melakukan seperti yang diharapkan penguasa demi kehidupan lebih baik bagi pemerintahaannya.
Saya pribadi mostly kurang setuju paham ini. Tetapi pada keadaan tertentu dengan kasus yang sangat krusial, saya sungguh menyatakan Setuju! Dan ingin sesekali seseorang bisa mengambil langkan ini untuk kebaikan bersama.
Jika sebuah kesadaran terlalu lama untuk dinanti kemunculannya maka satu satunya jalan ya menerapkan prinsib FA ini. Sebaliknya Han juga menerapkan pola reward untuk yang telah mematuhi apa apa yang sudah dirumuskan.
Begitu saja sharing saya. Dan satu lagi, paham penentang teori ini juga asyik untuk diikuti. Anda bisa lebih mengetahui secara mendalam dan menerapkan beberapa hal sesuai dengan kebutuhan.
#tantangan gurusiana 4
#situasional dan bisa diterapkan
#plus 62 tak bisa selalu diberi kebebasannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar