Lestari, S. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pagi bersama Ayah dan Ibu

"Disssss....."

Suara khas itu selalu mewarnai pagiku, suara malaikat tak bersayapku. Aku yang mendengar panggilan itu langsung menggerakkan tubuhku yang masih tertarik menatap kasur lengkap dengan guling dan bantalnya.

Biasanya aku sudah bangun sebelum ibu meneriakiku dengan nama panggilanku di keluarga yaitu "Gadis". Nama itu hanya diketahui oleh keluargaku dan beberapa orang terdekat saja.

"Iya bu, Ridha sudah bangun kok" aku langsung menyaut panggilan itu karena jika tidak panggilan itu akan berulang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan dengan volume yang cukup lantang ditenga.

"Kharidatun Nafisa... Tidak malu sama ayam yang dari tadi sudah berkokok ya? " Ayahku ikut-ikutan membangunkanku.

"Iya yah, Ridha bentar lagi keluar" panggilan dengan nama lengkap itu menandakan bahwa Ayah sudah cukup marah yang sontak melayangkan langkah kakiku bergegas menuju dapur.

Aktivitas pagi selalu terawali dari ruangan pavorit di rumahku yaitu dapur, dari ruangan itu segala cerita dimulai. Aku, Ayah dan Ibu selalu berbagi tugas. Ayah segera menyiapkan sebutir pil berbentuk tablet sebesar kuku jempol tanganku untuk segera dikonsumsi dan setengah jam setelah itu barulah Ia sarapan.

Ibu dan aku tentu saja menyibukkan diri dengan pisau, panci dan seperangkat alat dapur lainnya lengkap dengan sayur mayur yang akan kujadikan satu didalam sebuah wadah yang sering kusebut dengan kuali.

Semua aktivitas itu tentu tertunaikan setelah Sholat Shubuh sebab Ayah selalu marah jika aku tak menunaikan itu. Iya, meskipun tahun ini usiaku 24 tahun Ayah dan Ibu masih menganggapku gadis kecil mereka.

Setelah selesai masak aku beralih ketugas yang kedua yaitu mencuci piring, meskipun aku belum terlalu pandai masak untuk hal yang berkenaan dengan cuci mencuci dan membersihkan rumah adalah keahlianku.

"Mak, nanti setelah nyuci piring Ridha langsung mandi ya, soalnya hari ini piket jad iu Ridha mesti datang lebih awal" Aku mengkomunikasikan jadwal piketku di Sekolah. Ibuku sudah terbiasa dengan kata-kata piket 2 tahun belakangan semenjak aku bekerja menjadi salah satu tenaga pendidik sebuah sekolah di Desa tetangga.

"iya, nanti biar mak yang membereskan pekerjaanmu" jawaban menenangkan dari ibu yang pengertian

Ayah dan Ibu tergolong lansia, Ayahku usianya 79 Tahun dan Ibuku 10 tahun dibawahnya. Jarak usia mereka termasuk jauh namun tak menghalangi sebuah kebahagian dalam keluarga. Menurut cerita keduanya mereka menikah karena dijodohkan tanpa pacaran seperti yang marak dijaman sekarang. Inilah alasanku tidak memakai prinsip pacaran dalam kisahku selain karena perintah Allah aku juga terinspirasi dari cerita Ayah dan Ibu.

"oke Mak, si bungsu Mak dan Bapak mau berangkat kerja dulu" sambil menarik tangan kanan ibu dan mencium aroma punggung tangannya yang pagi itu agak sedikit aneh.. "kok tangan mak bau ikan teri sih mak?" ceplosku. "Iya tadi Mak sarapan nasi sama sambel ikan teri" wajar saja tangan ibuku sedikit beraroma iwak teri.

"Bapak,, Ridha berangkat dulu" sambil menunjuk kearah sepeda motorku yang mengisyaratkan aku akan mengendarai motor untuk berangkat kerja. Ayahku memang memiliki gangguan pendengaran makanya kalau berbicara dengannya harus dengan volume besar atau menggunakan isyarat tangan. "Ridha mau menyalami tangan Bapak" menyodorkan tanganku ke arah Ayah

"Tidak usah, tangan Bapak kotor terkena dedak, langsung berangkat saja dan hati-hati dijalan nak.. " sambil mengangguk dan menoleh kearahkan yang beberapa menit kemudian kembali disibukkan oleh anakan dan indukan Ayam kampung peliharaannya.

Begitulah cerita pagiku bersama Ayah dan Ibu

"Sesungguhnya pintu untuk menuju syurga itu dekat, ia ada didalam rumahmu, ia adalah ridho Ayah dan Ibumu.. Cintai dan kasihi Ayah dan Ibu kita sebelum perpisahan menyapa lalu meninggalkan berjuta sesal"

#Sagusabu Muara Bungo angkatan ke-2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa, lanjut berkarya. Salam sukses dan barakallah.

09 Mar
Balas

Terimakasih bunda, Aamiin Allahumma Aamiin

10 Mar
Balas



search

New Post