Tagur 36

Berat sama dupikul ringan sama dijinjing. Ya itu merupakan pepatah kuno dari jaman nenek kita dulu namun nilai yang dikandungnya tak kan pernah kuno sampai anak cucu kita kelak.

Di nagari penulis untuk membangun sebuah mesjid masyarakatnya harus bergotong royong mengeluarkan batu kali dari dalam sungai bersama-sama, kegiatan yang menyenangkan untuk semua masyarakat, tua muda, laki-laki perempuan turun ke arena gotong royong dengan semangat menggebu.

Sebagian laki-laki dewasa akan turun kealiran sungai, mengangkat batu-batu yang bisa diambil, dan yang lain akan membuat barisan panjang seperti ular untuk mendistribusikannya sampai dipinggir jalan. Dijalan sudah ada mobil bak ataupun motor-motor yang dipasangkan bak untuk mengangkutnya sampai kelokasi pembangunan.

Anak-anak, mereka menikmati kegiatan ini dengan cara mereka sendiri, ada yang membatu beberapa kali abis itu pergi cari snak yang disediakan panitia, ada juga yang asik mandi disungai, tak ada yang mencemaskan anak-anak akan hanyut disungai karena semuanya saling menjaga, kapan lagi mereka mandi disungai kalau bukan saat-saat seperti ini. Hal ini tentu akan menjadi pengalaman indah bagi mereka.

Sebelum zuhur kegiatan ini biasanya sudah berakhir, dan akan ditutup dengan makan bersama. Nasi bungkus yang dibuat oleh seluruh warga nagari dikumpul menjadi satu, dan nasi itu yang kembali dibagi-bagikan dan dimakan bersama-sama.

Pemandangan ini menjadi penambah rindu perantau untuk pulang kekampung, ingin merasakan euforia masa-masa dikampung dulunya.

Dengan bersama kegiatan berat bisa ringan, yang lama bisa menjadi sebentar, yang susah bisa jadi mudah.