Navigasi Web

Aku 'Tidak' Akan Memaafkanmu

Ceffi berlari ke arah Gora yang berada di parkiran sekolah. Tapi sebelum Ceffi sampai, Gora sudah berlalu dari parkiran. Wajahnya masih menunjukkan kekecewaan teramat dalam kepada Ceffi. Ceffi hanya memandang punggung Gora yang semakin jauh meninggalkannya. Sudah tiga bulan ini Gora selalu menjauhinya.

Pagi yang begitu cerah, Ceffi bergegas ke sekolah yang tidak jauh dari rumahnya. Hari ini Ceffi dan kelompoknya mendapat tugas piket harian. Kelompok yang berjumlah lima orang itu segera mengambil tugas masing-masing. Ceffi mendapat tugas menyapu kelas. Dengan semangat Ceffi menyapu lantai kelas. Tidak ketinggalan lantai di bawah lemari dan meja. Untuk mempermudah pekerjaannya, meja dan kursi digeser satu persatu. Tanpa sengaja, tas yang berada dalam satu meja jatuh. Prakk! Ceffi panik, tas itu milik Gora. Ceffi segera menaruhnya kembali ke meja. Tugas menyapu diselesaikan dengan hati yang gundah gulana.

Tugas piket harian selesai bersamaan dengan bel masuk. Semua siswa kelas XI IPA 1 memasuki kelas. Guru yang mengajar Biologi memasuki kelas dan menyapa dengan suara yang lembut. “Selamat pagi, Anak-Anak!” sapa Ibu Guru. Semua kelas menyambut dengan berkoor. Guru menyampaikan bahwa presentasi hari ini akan dinilai sebagai nilai ketrampilan. Setiap siswa mendapat kesempatan selama 6 menit. Sesuai nama yang dipanggil, siswa bergantian melakukan presentasi. Tibalah waktunya untuk Gora. Tiga kali namanya dipanggil, dia hanya duduk tidak bereaksi. Setelah ditanya Ibu Guru, Gora mengatakan bahwa laptopnya tidak bisa menyala. Semalam dia juga tidak sempat memindahkannya ke flashdisk.

Serr! Jantung Ceffi berdegup kencang. Dia ingat kejadian tadi pagi. Dari semua siswa, hanya Gora yang tidak presentasi. Bel istirahat menyudahi pelajaran Biologi. Guru mengajak siswa beristirahat. Satu persatu siswa keluar sekedar cari angin, ke kantin atau ke kamar mandi. Gora hanya diam dengan wajah yang sangat sedih. Sudah dua bulan Gora menyiapkan bahan presentasinya. Semalam dia berlatih cukup keras agar presentasi hari ini berjalan baik. Tapi pagi ini laptopnya tidak bisa dinyalakan, padahal semalam masih baik-baik saja.

Dengan perlahan disertai perasaan bersalah, Ceffi menceritakan kejadian tadi pagi. Gora tiba-tiba berdiri dan berteriak, “Mulai hari ini dan selamanya, kita bukan lagi teman.” Ceffi terdiam. Dia tidak mampu berkata-kata atau melangkah mengejar Gora. Ceffi menerima kemarahan Gora. Hanya saja dia tidak menduga Gora mengatakan itu. Mereka sudah sahabatan sejak duduk di kelas X IPA 1. Kesamaan hobbi membuat mereka sering bersama. Seperti bermain musik dan membaca.

Sekarang mereka seperti musuh bebuyutan. Jika ada Ceffi, Gora segera menjauh. Gora jarang mengikuti rapat OSIS dengan alasan kurang sehat. Tapi Ceffi tahu kalau Gora menghindari dirinya. Chatting di WA tidak pernah centang dua biru. Ceffi berusaha ke rumah Gora tetapi tidak berhasil menemuinya. Mamanya Gora mengatakan kalau Ceffi mencari hari yang lain uantuk menemui Gora. Ceffi tidak diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.

Pada saat makan malam, Ibu Gora menanyakan sikap Gora kepada Ceffi. Dengan hati yang masih marah, Gora menceritakan kejadian yang sudah terjadi tiga bulan lalu. Gara-Gara Ceffi, Gora gagal mempresentasikan tugasnya dan mendapat nilai bagus. Syukur Ibu Biologi memberikannya dispensasi dengan mengirim file hasil pekerjaannya ke WA. Walau pun diberi nilai, tapi Gora tidak puas dengan nilai yang diperolehnya. Gora merasa Ceffi sudah menghancurkan impiannya untuk mendapat nilai sempurna.

Ibunya bercerita kalau laptopnya rusak mungkin bukan karena Ceffi. Malam itu Ibunya memasuki kamar Gora untuk mematikan lampu kamarnya. Ibunya mendapati laptop itu sudah berada di lantai, dan Gora sudah tertidur.

Saat jam istirahat pertama, Gora mendekati Ceffi yang sedang membaca di kursi taman sekolah. Gora mengulurkan tangan dan meminta maaf. Ceffi tetap membaca. Gora kembali mengatakan maaf dengan menyodorkan permen karet kesukaan Ceffi. Ceffi mengalihkan pandangannya ke arah Gora. Gora menceritakan kalau malam itu dia tertidur sehingga laptop yang dipegangnya terjatuh di lantai. Itu artinya laptop itu sudah rusak sejak dibawa dari rumah. Gora mengaku menyesal karena telah menyangka Ceffi yang bersalah.

Ceffi berdiri menghadap Gora. Matanya tajam menatap Gora. “Tidak semudah itu memaafkanmu, Gora,” kata Ceffi. Gora menatap dan memegang bahu Ceffi. Dia mengatakan akan siap menerima syarat dari Ceffi asal bisa dimaafkan. Gora berjanji tidak akan pernah melakukan hal yang sama. “Kejadian ini memberiku pelajaran, Ceffi!” kata Gora dengan wajah yang begitu tulus.

Ceffi berkata: “Aku tidak akan memaafkannmu, karena aku juga bersalah telah menjatuhkan tasmu.”Aku juga minta maaf ya,” pinta Ceffi. Gora tersenyum melihat wajah sahabatnya. Sudah lama dia tidak melihat senyum itu. “Ayo, aku traktir makan bakso.” pinta Gora. “Tiga porsi sekaligus, sebagai ganti tiga bulan menyakitimu,” lanjut Gora. Buku yang ditangan Ceffi segera dibanting ke badan Gora. Gora hanya pasrah, karena bantingan buku menjadi obat kerinduannya selama ini. Rindu yang ditutupi oleh kemarahan atas kesalahannya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerpen yang menarik, lanjutkan karyanya ya bu, semoga makin sukses

08 Jul
Balas

Keren. Indahnya persahabatan.

09 Jul
Balas



search

New Post