Latifatul Husna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DEKADENSI MORAL PADA KALANGAN PELAJAR

DEKADENSI MORAL PADA KALANGAN PELAJAR

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyisakan beberapa persoalan yang perlu perhatian. Memang, banyak hal hal positif yang didapat dari perkembangan iptek. Kini, masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi untuk menjadi alternatif penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.

Salah satu bentuk perkembangan iptek yang sangat popular dan dirasakan hamper seluruh masyarakat yaitu telepon genggam berbasis android yang kini hampir menjamur diseluruh pelosok negeri. Jika kita survey, mungkin hanya 10-20% dari masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan android. Selebihnya, mereka telah lihai menggunakan dan mengakses dengan mudah apa apa saja yang mereka inginkan dari sebuah android.

Namun pada kondisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut kurang mampu menumbuhkan moralitas/akhlak yang mulia. Perkembangan teknologi saat ini, yang ditandai hadirnya zaman modern, disertai dengan gejala gejala dekadensi moral yang benar-benar berada pada taraf yang memprihatinkan, terkhusus pada kalangan pelajar.

Kemerosotan moral atau yang sering kita dengar dengan istilah ‘dekadensi moral’ sekarang ini tidak hanya melanda kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar yang menjadi generasi penerus bangsa. Orang tua, guru, dan beberapa pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku di luar batas kesopanan.

 

Akhlak mulia seperti sopan santun, menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda sudah mulai terkikis oleh penyelewengan, penrtikaian, permusuhan, penindasan, saling menjatuhkan, penganiayaan, dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya, tidak lagi ada tata krama yang baik.

Bukan maksud untuk membandingkan pelajar zaman now dengan pelajar zaman old. Nyatanya, seiring berjalannya masa dan juga seiring berkembangnya zaman, akhlak pelajar pun semakin mengalami kemerosotan. Pelajar pelajar sekarang kurang memiliki attitude terhadap para guru gurunya.

Dapat kita lihat sendiri yang terjadi dilapangan. Ketika berbicara dengan guru, suara lebih tinggi daripada sang guru, sudah tidak ada lagi batasan antara guru dengan siswa. Minimnya siswa yang mengucap salam ketika bertemu atau berpapasan dengan gurunya, apalagi untuk membungkukkan sedikit badannya ketika melewati guru dijalan bagaimana yang dilakukan oleh para pelajar terdahulu, kini tak lagi bisa diharap.

Meskipun terlihat kurang beradab, namun sedikit banyak masih bisa ditoleransi dan diperbaiki perlahan. Lalu bagaimana dengan pelajar yang sanggup melakukan penyelewengan terhadap para gurunya. Siswa sekarang tidak bisa lagi dikuasasi seutuhnya, berbeda pada era 1990 hingga 2000an yang mana ketika orangtua mengantarkan dan mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah, maka para orangtua secara tidak langsung menyerahkan sepenuhnya sang anak untuk dapat di didik dengan baik di sekolah. Tapi tetap dengan dibarengin respon dan perlakuan yang baik pula dari para orangtua.

Namun dewasa kini, tidak sedikit orangtua yang sudah tidak percaya dengan para guru. Bagaimana tidak, ketika sang anak melakukan kesalahan dan kemudian guru memberikan sanksi atau punishment dan sejenisnya, orangtua merasa tidak terima anaknya diperlakukan demikian, malah membalikkan kesalahan tersebut kepada sang guru dengan dasar perlindungan anak dibawah umur, pnegakkan hak asasi manusia dan lain sebagianya. Alhasil, tidak sedikit kasus dari kalangan guru yang dijebloskan ke balik jeruji besi karna perlakuan dan usaha sang guru untuk mendidik para siswa generasi penerus bangsa yang dianggap salah oleh para orangtua.

Miris seklai hati ini, ketika melihat berita-berita sejenisnya. Kini mereka yang kita sebut pahlawan tanpa tanda jasa tak lagi dipandang. Ilmu serta pengetahuan yang disampaikan dengan rasa ikhlas dan penuh cinta tak lagi dihargai. Namun, masih banyak sekolah sekolah diluar sana yang masih mampu menghargai dedikasi seorang guru. Itu semua tergantung sejauh mana kita dapat menghormati dan menghargai perjuangan seorang guru yang tujuannya tak lain dan tak bukan hanyalah untuk sama sama mencerdaskan anak bangsa. Sebab, nantinya mereka mereka lah yang menggantikan posisi dan mengambil peran para guru guru sebagai penerus bangsa di generasi selanjutnya. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap ibu

03 Mar
Balas



search

New Post