Latifatul Husna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BONGKAHAN RINDU

BONGKAHAN RINDU

Selama dedaunan di pagi hari masih mengembun, selama rintikan hujan masih membasahi bumi, dan selama matahari masih muncul ke permukaan, aku akan tetap memupuk timbunan rindu demi rindu yang tercipta dengan sendirinya disetiap denyutan nadi dan seluruh aliran darahku. Aku senantiasa merakit lantunan doa-doa dengan penuh rasa ikhlas dan kuharap Allah terus memberi kemudahan disetiap urusanku juga urusanmu.

Tak pernah kuharap balasan darimu. Aku tak menginginkan kau akan lakukan hal yang sama yaitu kepadaku. Sebab, hakikat kerinduan itu sendiri mampu membentuk hati dan kepribadian kita untuk lebih belajar memberi dan berbuat baik tanpa ada sedikitpun mengharap pamrih. Sometimes,  terasa sakit bila rindu-rindu ini sulit kuredam padamu, namun begitu doaku tak pernah padam untukmu. 

Beberapa rindu ini terkadang memang harus disembunyikan. Disusun dengan apik pada lipatan lipatan hati kecilku. Bertumpuk dengan kerinduan kerinduan lainnya yang telah lama tersimpan. Tak ada niatku untuk menyampaikannya, sebab aku memiliki cara yang lebih efektif dan efesien untuk mengutarakan rasa rindu tersebut, yakni via doa disetiap sujudku.

Kala rindu sudah bersua menghampiri, segala momen seketika dijadikan alasan kerinduan itu muncul. Padahal rindu itu merupakan sesuatu yang alami. Yang tak dapat diatur begitu saja layaknya skenario yang sedang dikendalikan oleh para sutradara.

Salah satu momen kerinduan yang kerap dijadikan alasan yaitu ketika hujan turun. Pada hakikatnya Allah menurunkan hujan untuk menurunkan rahmat serta karunia kepada seluruh makhluk-Nya yang ada di muka bumi ini.

Namun bagi mereka yang sedang terbelenggu oleh kejamnya kerinduan, berasumsi bahwa alasan lainnya mengapa hujan turun ialah sebagai pengantar serpihan rindu yang ditiupkan bersama kencangnya angin yang mengiringi rintikan hujan yang membasahi bumi.

Pesan yang diterima melalui deraian hujan hanya akan sampai ke hati mereka ketika pikiran mulai memasuki ruang halusinasinya. Tapi bukan begitu adanya. Sebenarnya sensasi balasan rindu yang dirasakan itu disebabkan oleh adanya kesejukan dari udara yang menenangkan jiwa raga dan aroma tanah yang menyatu dikala percikan air sedikit demi sedikit menyentuh hamparan bumi yang membentang.

Jika diberikan pilihan, aku lebih memilih menikmati rinduku dari kejauhan. Aku tak mampu bertemu dan mengharuskan untuk menatapmu, sebab terlihat jelas api rindu yang menari di bola matamu yang memaksaku untuk tetap tinggal tanpa harus membuat jarak kembali. Sabar, jika saatnya telah tiba, sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru, dan rindu akan menjadi temu. Pertemuan yang kuharap tak lagi ada kata perpisahan. Sebab aku tak mampu untuk merindu (lagi).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren sangat puitis kata katanya

05 Mar
Balas



search

New Post