Selasa, 18 Januari 2022

Seberapa seringkah murid kita bermain HP. ketika di kelas? Seringkah kita kalah bersaing dengan HP. ketika sedang mengajar? Sudah berapa kali kita harus menegur siswa ketika asyik bermain HP. saat pelajaran?

Pertanyaan-pertanyaan ini seolah selalu menghantui saya ketika sedang mengajar. Ketika sebelum pandemi, mudah saja bagi untuk mengatasi hal ini. Tinggal melarang dan menyita jika ketahuan. Dan cara ini pun berhasil. Namun pandemi membuat siswa harus 24 jam memegang HP. untuk belajar daring membuat HP. semakin tidak bisa lepas dari siswa. Kebiasaan ini masih terbawa meskipun sekarang mereka sudah tidak belajar daring lagi sehingga pelarangan HP. dengan cara menyita bukanlah pilihan yang tepat lagi.

Tidak MELARANG, namun MENYADARKAN

Kalau mau, saya bisa saja bersikap otoriter dan menyita HP. siswa jika ketahuan bermain namun daripada mereka melakukan karena takut, saya lebih nyaman membuat tidak bermain HP. dengan kesadaran diri. Sehingga saya pun tidak serta merta melarang mereka membuka HP., hanya saja bukan untuk bermain. Awal-awal memang sulit, apalagi nyatanya masih ada siswa-siswi yang sepertinya tidak mempan dengan cara halus dan masih kecanduan bermain HP.. Apalagi saya tidak bisa mengontrol dan memantau apa yang mereka lakukan dengan HP..

Teguran halus, sindiran, bahkan teguran langsung pun saya lakukan di kelas yang tentu saja tetap melihat kondisi psikologis mereka. Belum lagi saya juga beruasah sekreatif mungkin membuat kelas yang asyik dan menarik sehingga mereka melupakan HP. namun sayangnya cara ini belum maksimal. Masih adaaaaa saja yang mencuri-curi waktu bermain HP. Berat memang harus bersaing melawan HP.

Bagaimana jika saya bermain HP?

Seperti biasa, setiap memulai materi baru maka ada hal unik yang saya berikan. Untuk kali ini saya membuat demontrasi praktikum sederhana di kelas agar dii awal matteri mereka semangat dan tertarik untuk belajar. Di tengah saya asyik menunjukkan alat dan bahan, tiba-tiba saya melihat seorang siswi dengan asyiknya bermain HP padahal semua teman-temannya sangat fokus dengan penjelasan saya. Saya jadi merasa, apa ya saya kurang menarik dengan membawa berbagai alat dan bahan sehingga masih harus kalah bersaing dengan HP? Sehingga tanpa sadarpun saya berkata kepadanya. "Kalau kamu bermain HP, berarti Bu Laila boleh dong maen HP saat mengajar?"

Sebagian besar siswa terdiam dan mencerna perkataan saya dan sebagian pun berteriak "Tidakkkkk". Saya pun kembali berkata "Kalau misalnya Bu Laila ngajarnya sambil duduk dan maen HP gpp ya? Daripada saya susah-susah bawa alat bahan, praktikum lah kok malah kalian maen HP. Pokoknya kalau ada yang maen HP, berati Bu Laila juga mau maen HP aja deh"

Dan akhirnya saya menemukan jalan keluar dari masalah yang saya hadapi di awal. Tentunya mereka tidak akan mau jika saya hanya duduk manis sambil bermain HP dan tidak bersusah payah menyiapkan praktikum. Sebagai generasi yang harus menghabiskan waktu hampir 2 tahun belajar daring, maka praktikum menjadi kebutuhan dan kesenangan mereka dalam belajar. Kondisi inilah yang membuat mereka sadar untuk lebih bijak lagi dalam menggunakan HP di kelas dan memahami konsekuensi yang apa yang mereka perbuat. Jadi, sekarang Bu Laila tak lagi takut bersaing dengan HP.

Semangat untuk semua Guru Indonesia.