SERI....KOLEKSI BARANG BEKAS
Kamis, 3 September 2020
Koleksi Barang Bekas
Part 7
Udara di Jogjakarta sangat panas tanpa angin sedikitpun yang lewat sehingga tidak menyenangkan akibat meletusnya gunung Merapi beberapa bulan yang lalu. Aku merasa tidak nyaman dan keringat mengucur sehingga dudukpun tak nyaman di bandingkan udara di Malang dimana aku sudah 16 tahun tinggal di kota Apel itu. Aku melihat hiasan dinding dirumahku yang sudah tua dimakan usia. Hasil karya ketrampilanku membuat kristik bunga buatanku sebelum aku meninggalkan Kotagede yang kucinta berarti sudah 37 tahun pikirku. “ Wah pigura kristikku kok disimpan di Gudang nih?”, kataku pada adikku.” Iya mbak kemarin kena gempa itu tidak di rawat lagi sama ibu,” kata adikku yang juga merantau tidak tinggal di Jogjakarta. Ku ambil pigura kristik itu yang kotor , kemudian kubersihkan sehingga bisa dilihat lagi gambar pemandangan kristik dari songketan benang yang saat itu kubuat hamper memakan waktu satu bulan. Maklum ibu sudah berusia 86 tahun dan tentunya tidak mengurusi hiasan yang sudah kotor.
Saat bersamaan kubuat hiasan kristik itu aku juga sempat merangkai kain perca yang kuambil dari tempat budeku seorang penjahit kebaya dimasa dulu.
Aku lihat pesan dari WhaaTsAap Grup teringat masa kecilku disuatu hari di saat libur sekolah kami sudah sepakat untuk bermain ke rumah Aini. Untuk mendapatkan tiket/logo batik. Sehingga koleksi kami jadi bertambah, sangat menyenangkan karena berbagai macam logo batik kami dapatkan.” Ayo masuk saja kerumahku sudah disiapkan untuk kalian agar bisa memilih tiket batik yang belum kalian miliki” , kata Aini. Aini adalah bersaudara dengan Ajeng mereka saudara sepupu yang sama-sama keluarganya memiliki pabrik batik khas Jogjakarta. Sering sekali kami main kerumah Aini maupun Ajeng. Dan kami juga setiap saat belajar bersama. Mereka berdua adalah teman yang memiliki kepandaian berhitung, aku senang dengan mereka karena aku sering diajarinya. Pada tugas menggambar aku juga satu kelompok dengan mereka. “ Ayo Wid kamu yang mulai menggambar” saut Ajeng. Aku memang diantara mereka yang lebih baik menggambarnya jadi kami saling berbagi tugas.
Saat itu kami mendapatkan tugas untuk menggambar benua Asia. Gambarnya dengan ukuran besar dengan warna cat air. Bahan cat air kelompok kami yang membelikan bapaknya Ajeng karena saat itu cat air sangat mahal. Ada kejadian yang sangat lucu. Kami belum faham bagaimana menggambarnya, kami mengintip kelompok yang lain.” Ayo kita lihat pekerjaan kelompoknya Pipu” kata Fatia. Setelah kami sampai dirumah Pipu, kami mengendap-endap naik jendela rumahnya Pipu, untuk mengintip pekerjaan kelompok Pipu yang sedang dikerjakan, ternyata kami lihat gambarnya kelompok Pipu bagus tetapi digambarkan kakaknya. “ Lah gimana tidak bagus kelompok Pipu di buatkan kakaknya yang kuliah di senirupa. “. Kata Ajeng. “ Gak apa-apa ayo kita gambar sendiri”, sautku. Sambil kami berlari menuju rumah Ajeng, akhirnya satu minggu kami kerjakan baru selesai. Kami bawa hasil karya itu ke sekolah , ternyata kami mendapat nilai bagus. Itulah jika tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan sendiri, hasilnya memuaskan. Sampai sekarang kami selalu ingat dan selalu di obrolkan di grup WhaatsAap
Selain perangko dan tiket batik aku dan teman-temanku mencari barang bekas berupa batu permata yang sudah tidak dipakai untuk perhiasan para pengrajin perhiasan / asesoris untuk pakaian penganten atau pakaian adat baik dari jawa maupun adat di luar jawa. Banyak pengusaha pengrajin perak, kuningan dan tembaga yang berada di Kotagede. Kami mencari benda-benda itu dari jogangan biasa orang jawa menyebut yaitu lubangan tanah untuk membuang sampah. Aku dan teman-temanku biasa koleksi benda imitasi yang dibuang di Jogangan dan suka mengambil barang-barang permata yang kuanggap sangat istimewa. Jika mengingat saat itu, sungguh anak-anak zaman dulu disaat aku kecil tidak ada rasa malu atau hal yang tidak terpuji. Sebuah sikap kepedulian terhadap benda dan lingkungan untuk menjadikan sebuah hoby bahkan menjadikan persaudaraan sampai sekarang masih baik.
“ Kamu ingat nggak saat kita mencari batu permata entah itu ada yang cacat sedikit tetapi kita tetap semangat dan senang sekali “, kata Ifa yang rumahnya tidak jauh dari kami bermain. “ Iya aku dapat yang besar warnanya merah delima dan ada juga yang berwarna putih” kata Laela. Senang rasanya jika ingat saat itu. Dari kebiasaan itu akhirnya menjadi sebuah hoby mengumpulkan barang bekas. Suatu saat ada tugas dari guru kami untuk membuat ketrampilan.”Aku membuat ikan gombyok dari spon berwarna orange dan matanya dari permata yang kudapatkan dari jogangan” kataku sambal kuingat , bahwa hasil karyaku mendapat nilai delapan.
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren cerpennya bun, lanjutkan
Trimakasih bunda berkat bunda saya termotifasi nulis nih.. trimakasih banget....semoga di balas kebaikan bunda oleh Allah, aamiinx2 YRA
Cerpen nya mantuul Bun.. jadi pingin belajar menulis cerpen.. Sukses selalu Bun. Salam literasi
Siip...ayoo ikut
keren..keren..kisah Ajeng...semangat bu..lama nggak muncul nih..ayo bercerber ria...ibu pengawas sih, sibuk ya he..he..
Iya mas Eko gak pernah ada waktu duduk..berkat WFH jadi hasilnya cerpen
Semangat mencari permata,... Salam literasi, sukses selalu.
Trimakasih kunjungannya,,barokallah
Alhamdulillah sdh terbitblg cerpennya. Seorg seniman tulen, pinter gambar n nulis,...smg hsl karyanya yg bs menghibur org lain akan jd amal sholeh yg berpahala buat bu Itun...
Aamiin hehe namamu biki support buat berlanjut cerpennya. Matur nuwun barokallah