LARA HATI SANG PENGABDI
Dua bulan berkenalan dan bersama dalam satu lingkup kerja adalah waktu yang terlalu singkat untuk bisa saling mengenal lebih dalam tentang pribadi masing-masing.
Sama-sama menjadi pengabdi kemanusiaan di desa terpencil menjadikan kebersamaan terasa begitu dekat dan penuh kekeluargaan.
"Dokter....rasanya baru kemarin dokter ada di tengah-tengah kami, tanpa terasa dokter sudah harus kembali". Lirih suara bidan Nurul mengungkapkan kesedihannya karena akan berpisah dengan dokter Rian.
"Iya ya...saya juga merasakan seperti itu", jawab dokter Rian.
Bidan Nurul adalah penduduk asli desa terpencil ini. Tekadnya untuk bersekolah bidan di kota tak lain karena ingin mengabdi di tanah kelahirannya yang terpencil dan tertinggal dalam semua aspek kehidupan. Dan cita-cita berhasil, dengan ijazah lulusan bidan Nurul telah membuktikan kepeduliaannya membantu sesama di desa yang sangat dicintainya.
Kedatangan dokter Rian sebagai dokter kontrak di puskesmas tempatnya mengabdi, memberi kehangatan dan warna baru dalam dinamika pengabdian mereka. Keramahan, ketulusan dan jehalusan budi sang dokter begitu memukau hati masyarakat desa itu. Terlebih para pengabdi yang sudah lama bertugas di puskesmas tersebut.
"Dokter....sebetulnya kami sangat berharap dokter bisa terus mengabdi di desa kami ini". Lanjut bidan Nurul penuh harap.
#Kami pasti akan kehilangan...". Sendu suara bidan Nurul membuat hati dokter Rian terenyuh.
Sebetulnya, dokter Rian juga sangat berat untuk meninggalkan desa terpencil ini. Meskipun medannya sangat berat, tapi keramahan masyarakatnya dan masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang begitu kental dengan kearifan lokal yang luar biasa, membuat dokter muda ini sangat betah. Belum lagi panorama alamnya yang begitu mempesona dengan keasliannya.
Memang beberapa hari terakhir ini, dokter Rian telah mulai merasakan sikap bidan nurul kepadanya yang beda dari biasanya.
Sangat memberi perhatian yang lebih.
"Dokter...tadi saya masak makanan kesukaan dokter". Kata bidan Nurul di suatu pagi di puskesmas sambil menyodorkan rantang berisi makanan.
"O ya...terima kasih...maaf merepotkan". Jawab dokter Rian datar.
Dan tanpa di suruh, bidan Nurul langsung menyajikan makanan yang di bawanya serta mempersilahkan dokter Rian makan.
"Silahkan dokter sarapan dulu, mumpung belun ada pasien". Kata bidan Nurul lagi sambil membereskan meja pendaftaran.
"Ayo...kita sarapan sama-sama, kapan lagi kita sarapan pagi seperti ini bersama", Ajak Dokter Rian sambil bercanda.
Bidan Nurul yang sudah merasakan getaran hatinya sejak pertama bertemu dokter Rian, dengan tersipu malu menerima tawaran dokter Rian untuk sarapan bersama.
(berrsambung).
#Salam Literasi
Palu, 030121
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar