CINTA DI SEPOTONG
Keesokan harinya, Nunik mendapat kabar kalau bi Inah kesehatannya belum sepenuhnya pulih. Ini artinya bahwa Nunik masih harus membantu mengerjakan pekerjaan bi Inah di villa keluarga pak Gunadi.
Hari masih terlalu pagi, kabut masih menggelayut di langit sekitar Puncak. Udara masih terasa sangat dingin. Para wanita pemetik teh, seakan berbaris rapi menyusuri jalan-jalan setapak diantara kebun-kebun teh. Dengan mengenakan switter putih, Nunik nampak bergegas menuruni tangga rumahnya, setengah berlari agar secepatnya sampai di villa Melati.
Tidak lama kemudian, Nunik pun sampai di villa Melati. Dan betapa terkejutnya Nunik, di beranda depan villa, telah berkumpul keluarga pak Gunadi yang sedang bersenda gurau seakan mengurai kerinduan yang lama terpendam karena menjalani kehidupan yang terpisah.
"Ya Tuhan...saya pasti telat, ternyata keluarga pak Gunadi sudah berkumpul", guman Nunik resah.
"Assalamualaikum.....!" Nunik memberi salam.
"Waalaikum salam.....Nunik...ayo masuk", pak Gunadi dengan ramahnya menyambut Nunik
"Apa kabar Nunik? Kamu sudah menjadi gadis cantik sekarang....". Kata pak Gunadi lagi.
Wajah Nunik memerah saat mendapat pujian dari pak Gunadi. Sejak masih kanak-kanak Nunik biasa di bawa bi Inah ke villa dan berjumpa dengan pak Gunadi. Makanya Nunik sudah sangat di kenal oleh pak Gunadi.Tak lama bertegursapa, Nunik segera pamit ke belakang hendak menyiapkan sarapan pagi. (bersambung)
#Salam literasi
Palu, 010221
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar